9. Rindu

508 96 7
                                    

Rindu ini seperti terus mendesakku untuk segera memeluk tubuhmu erat.

•••

"Kangen, 'kan, sama aku?" bisik Anrez dengan posisi mereka masih berpelukan membuat Tiara melepaskan pelukannya.

"Kamu harus minta maaf sama aku, terus jelasin semuanya."

Bukannya menjawab pertanyaan Anrez, ia malah protes kepadanya membuat cowok itu terkekeh.

"Jejeee, Jendra minta maaf, ya?"

Tiara tersenyum manis saat Anrez memanggil dirinya dengan panggilan kesayangan cowok itu dulu.

"Iya, Jendra. Jeje maafin, tapi abis ini Jendra harus jelasin semuanya ke Jeje."

"Okay, cantik," balas Anrez sambil mencubit pelan hidung Tiara.

"Ehem, Pak, Bu, mohon maaf. Acaranya sudah selesai," kata Eartha menginterupsi adegan romantis antara Anrez dan Tiara yang baru saja berbaikan.

"Lo ganggu aja sih, Ta," protes Anrez.

"Heh, ih. Lo, ya Rez, makasih dulu kek sama kita. Kita tuh termasuk yang paling bawel nyuruh-nyuruh Tiara dengerin penjelasan lo, ya," sarkas Elara kepada Anrez.

"Iyaaa, makasih, ya, guys. Kalian baik banget, nanti gue traktir deh cilok depan kantor," balas Anrez membuat Eartha dan Elara berdecak kesal.

"Gak usah deh, Rez. Kita bisa beli sendiri kalau itu," kesal Eartha.

Perhatian Anrez kini teralih lagi pada Tiara. Tidak ada bosan bagi dirinya memperhatikan setiap inci dari wajah Tiara.

"Kamu tadi naik apa ke sini?" tanya Anrez.

"Aku bareng Abang sama Kakak tadi ke sini."

"Ohh, nanti pulangnya sama aku aja, ya?"

"Itu tawaran apa keharusan?" goda Tiara dengan kekehannya.

"Itu keharusan, kamu harus pulang sama akuu," balas Anrez.

Tiara mengangguk. "Iyaaa, nanti izin Abang sama Kakak dulu, ya."

"Mau sekarang aja gak?" tawar Anrez.

"Boleh deh, yuk."

Tangan Anrez terulur menggandeng Tiara membuat cewek itu mengulum senyumnya. Ah, Tiara sangat merindukan momen dimana dirinya dan Anrez berbahagia. Apalagi genggaman tangan mereka yang selalu bertautan.

Anrez dan Tiara berjalan beriringan sambil bergandengan tangan menghampiri abang dan kakak dengan senyum yang merekah. Bulan yang melihat pemandangan itu pun ikut tersenyum dibuatnya.

"Abis dinyanyiin, langsung luluh, ya, Ti?" goda Bulan kepada Tiara membuatnya mengulum senyum.

"Tau gitu, Anrez udah nyanyiin aja ya, Kak, dari tiga bulan lalu," sahut Anrez.

Tiara memukul pelan lengan Anrez. "Kalau kamu nyanyiinnya norak mah, aku ogah banget."

"Ya udah gih, Rez. Mau anter Tiara pulang, 'kan?" tebak Bintang.

Anrez tersenyum. "Iya, Bang. Tau aja. Boleh, 'kan?" Bintang dan Langit mengangguk kompak tanda mengizinkan.

"Ti, jangan nakal," pesan Langit kepada adiknya membuat Tiara mengerutkan keningnya.

"Emang Titi senakal itu, ya?" Langit tersenyum hangat ke arah Tiara.

"Enggak, Dek," balas Langit dengan tangannya yang terulur mengelus puncak kepala Tiara.

"Ya udah, Titi pulang, ya," pamit Tiara kepada abang dan kakaknya.

"Iya, hati-hati, ya," ujar Pelangi.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang