82. Resign

239 75 10
                                    

Hari ini adalah hari Minggu. Tepat hari Sabtu kemarin, Elara dan Awan sudah menikah. Hari ini Tiara, Anrez, Hana, dan Feli sedang berada di Bandung untuk booking tempat pernikahan mereka.

"Mas, pegel, ya?" tanya Tiara.

Anrez tersenyum. "Iya, sedikit pegel."

Tangan Tiara tergerak untuk memijat punggung Anrez, siapa tau pegal sang calon suami bisa berkurang setelah dipijat olehnya.

"Ngapain dipijit segala, yang? Kamu juga pasti pegel."

Tiara menggeleng. "Kamu lebih pegel, harus nyetir juga."

"Gak apa-apa kok, sayang."

"Nanti pulangnya aku aja yang nyetir," kata Tiara.

"Enggak! Pokoknya enggak! Aku aja yang nyetir, yang. Gak apa-apa kok, gak begitu pegel. Kan ada aku, kenapa harus kamu yang nyetir?"

Tiara cemberut. "Iya deh."

"Jangan cemberut gitu, kita lagi di luar, gak bisa aku cium."

Plak

Tiara memukul bahu Anrez ketika mendengar ucapan cowok itu. Untung calon suami, kalau tidak, sudah ia tendang ke pelosok bumi.

"Kenapa dipukul sih, yang?" tanya Anrez.

"KAMU NYEBELIN!"

Anrez menggeser tubuhnya untuk lebih dekat dengan Tiara. Ia terkekeh kemudian memeluk tubuh gadisnya.

"Jangan teriak, sayang, ini bukan hutan," kata Anrez seraya mengelus puncak kepala Tiara.

"Diem kamu."

•••

"Rez, nanti anterin Bunda ke rumahnya Bintang, ya," seru Hana.

Tiara menoleh ke belakang. "Ngapain, Bun?"

"Bunda mau nginep di sana."

"Kenapa gak nginep di unit Titi aja?" tanya Tiara.

"Bunda mau nengok Kakakmu."

Tiara cemberut. "Ya udah deh."

Hana tertawa pelan. "Bunda udah sama kamu dari pagi, bosen."

"Bundaaaa. Bisa-bisanya bosen sama anak sendiri?" rengek Tiara.

Tiara menatap intens Anrez yang sedang fokus menyetir. Sadar kalau gadis di sampingnya memperhatikan dirinya, ia menoleh ke arah Tiara.

"Apa, yang?" tanya Anrez.

"Kamu bosen gak sama aku?"

Anrez mengerutkan keningnya. "Hah?"

"Bunda aja bisa bosen sama anaknya sendiri loh, apalagi kamu."

"Enggak dong, sayang. Aku gak bosen sama kamu. Lagian Bunda cuman bercanda, Tiaraaa," balas Anrez seraya mencubit hidung Tiara.

"Nyebelin."

"Ti, malu sama calon mertua," sahut Hana.

Tiara menghadap ke arah belakang lagi untuk melihat sang ibunda dan calon mertuanya.

"Biarin. Mama dipihak aku, 'kan?"

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang