49. Anrez Kenapa?

321 84 10
                                    

Esok harinya, Tiara berangkat ke kantor seorang diri. Anrez tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali untuk menjemputnya. Mau tidak mau, Tiara harus berangkat sendiri menggunakan mobilnya.

Dengan tergesa, Tiara berangkat ke kantor. Untungnya ia masih bisa datang tepat waktu. Hanya tinggal beberapa detik lagi, jam menunjukkan pukul 8 pagi. Ia bernapas lega ketika absennya sudah terselesaikan sebelum jam 8.

"Kak Adam," sapa Tiara ketika berpas-pasan dengan rekan kerjanya.

"Hai, Ti. Eh, itu kenapa bibirnya? Luka?"

Tiara mengangguk kecil. "Iya nih, semalem pas makan kena garpu," jawabnya asal. Sementara Adam hanya menggelengkan kepalanya. Entah harus percaya atau tidak dengan alibi yang Tiara ucapkan.

"Kok tumben gak bareng Anrez?" tanya Adam.

"Oh, itu tadi Anrez berangkat duluan ke kantor," jawab Tiara.

"Oh, iya. Tadi aku liat Anrez bareng Orion sama Raka harus nemuin Pak Bintang dulu. Katanya sih ada briefing sebelum ditinggal sebentar," ucap Adam.

Tiara mengerutkan keningnya. "Hah? Bang Bintang masih masuk kerja?"

Adam mengangguk. "Sampai besok katanya sih, Ti. Buat bagi-bagi tugas kali, ya, sebelum off hampir dua minggu kedepan."

"Kak Bulan juga masuk?"

"Mbak Bulan bukannya udah dipingit, ya, Ti?" tanya Adam balik.

"Iya sih. Masa masih bandel mau masuk kerja," sahut Tiara diiringi kekehannya.

Setelah perbincangan singkat antara Tiara dan Adam, mereka pun berpisah. Tiara memasuki ruangannya.

Ia menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Mengumpulkan niat untuk menjalani rutinitasnya, mengerjakan semua pekerjaan yang sudah menumpuk, walaupun pikirannya sekarang tengah tidak tenang.

Dan, entah karena Tiara terbiasa dengan pekerjaannya, atau usahanya untuk konsentrasi dengan pekerjaannya, tepat pada pukul 12 siang, ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.

Bahkan pekerjaan yang lebih ringan pun, sudah Tiara selesaikan dengan mudah. Ia sampai bertanya pada Pelangi, apakah ada pekerjaan yang bisa ia selesaikan. Sayangnya tidak ada, karena pekerjaan itu harus menunggu staff lain mengerjakannya terlebih dahulu.

Matanya memandang ruangan di sebelahnya. Terlihat di sana Anrez sedang berkutat dengan laptopnya. Hal yang ia hindari sejak tadi, kali ini Tiara mengalah.

Tiara menghela napas panjang lalu berdiri dari duduknya. Ia akan mencoba ke ruangan Elara, siapa tau ada pekerjaan yang bisa ia selesaikan.

•••

"Lo kenapa sih, Ti? Kenapa hari ini uring-uringan gini dah? Lo tadi, 'kan, udah minta kerjaan ke gue. Udah selesai?" tanya Elara heran dengan tingkah sahabatnya hari ini.

"Udah, tuh," jawab Tiara seraya menunjuk pekerjaan yang dibawa dari ruangannya.

"Buset, lo kenapa, cok? Ada apaan sih sampe lo kayak flash gitu kerjanya?"

Tiara hanya mengangkat bahunya acuh, ia masih bersandar di sofa dengan tidak bersemangat.

"Ih, lo mah. Tadi diajak makan siang gak mau. Mau gak makan siang? Gue laporin Anrez nih," cerocos Elara.

"Laporin sana."

"Yah, tau gue. Berantem, 'kan, lo? Makan siang aja dah, yuk, sama Tata," seru Elara.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang