54. Dingin dan Menghilang

282 72 12
                                    

Kalau langit tak lagi biru sendu, di situlah saat tepat sang mata ini merindukanmu.

•••

Sekarang Anrez dan Atlas sudah berada di Apartmen Bugenvil. Membantu Ariel membereskan unitnya.

"Gue rasa, gak perlu kalian bantu deh," ucap Ariel.

"Gak apa-apa. Kasian juga kalau lo beresin unit sendirian," balas Anrez.

"Iya, santai aja," sahut Atlas lalu kembali sibuk dengan kegiatannya. Ya apalagi kalau bukan membereskan unit apartemen Ariel.

Setelah beberapa saat ketiganya menghabiskan waktu untuk membereskan unit, akhirnya selesai juga.

"Mau pesen makan apa? Gue pesenin," tanya Anrez.

"Sushi dong, Rez," balas Atlas.

Anrez mengangguk kemudian menoleh ke arah Ariel. "Lo suka sushi?"

"Suka kok."

"Okay, gue pesen, ya," ujar Anrez diberi anggukan oleh Ariel dan Atlas.

"Gue ke kamar sebentar, ya," pamit Ariel diangguki oleh Anrez dan Atlas.

"Lo udah cerita ke Tiara soal Ariel?" tanya Atlas membuat Anrez menghentikan kegiatannya memesan makanan.

Anrez menggeleng. "Gue gak enak kalau cerita di telepon, Tlas. Kemarin aja gue nyeritain Venus udah deg-degan parah."

"Justru karena masalah Ariel lebih edan dari pada Venus, lo harus segera ceritain semuanya ke Tiara, Rez."

"Duuhhh, Tlas. Gue takut banget sumpah. Gue takut Tiara marah sama gue, takut dia gak ngerti masalah Ariel, takut dia gak percaya sama gue," ucap Anrez.

Atlas menghela napasnya. "Lo mah bukan takut, tapi ragu. Lo ragu sama kedewasaannya Tiara, lo ragu sama kepercayaannya Tiara ke lo. Lo terlalu overthinking, padahal belum lo coba. Gimana kalau dengan lo menunda cerita ke Tiara, malah Tiara marah sama lo?"

Anrez terdiam, tidak merespon ucapan Atlas. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia membenarkan perkataan Atlas padanya.

Tapi tetap saja, ketakutan dan keraguan untuk menceritakan semuanya pada Tiara masih menjalari hati dan pikirannya. Ditambah jarak sedang membentang keduanya walaupun dalam waktu yang singkat.

"Cepet cerita, Rez. Jangan sampe dia tau dari orang lain, atau dia liat sendiri gimana lo sama Ariel sekarang."

•••

Tiara mondar-mandir di hotelnya seraya menatap layar ponselnya. Sedari tadi, pesan dan juga panggilannya tak kunjung mendapat jawaban dari Anrez.

Sudah 4 hari Tiara berada di Singapura. Dan sejak 2 hari lalu, Anrez tidak mengabarinya sama sekali. Bahkan pesan dan panggilannya tidak ada satu pun yang digubris oleh laki-laki itu.

Sebenarnya Anrez kemana? Sudah 2 hari ia tidak mendapat kabar dari pacarnya itu. Ah, Tiara jadi overthinking sendiri.

Bagaimana kalau... Anrez sedang macam-macam di sana? Bagaimana kalau Anrez menemukan perempuan lain yang lebih darinya? Bagaimana kalau Anrez bosan?

"Aaaa Bundaaa, mau pulaangggg," pekik Tiara.

"Kenapa sih, Dek?" tanya Langit yang sudah duduk di samping Tiara.

"Abang suka chat-an gak sama Anrez?" tanya Tiara.

Langit mengangguk. "Suka, baru aja tadi chat-an sama Anrez. Nanyain kerjaan di sana."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang