Tepat seusai Anrez menunaikan sholat Maghribnya, ia memutuskan untuk menghampiri Tiara ke apartemennya. Ia sedikit gelisah karena sejak makan siang, Tiara tidak kunjung kembali ke kantor.
Dari Elara dan Eartha ia tau kalau Tiara pergi dari kantor karena pekerjaannya sudah selesai. Dari mereka juga ia tau kalau Tiara hari ini tidak bersemangat.
Bukannya Anrez tega membuat Tiara seperti itu. Niatnya hanya memberikan sedikit pelajaran kepada kekasihnya. Tak menyangka jika aksi diamnya membuat Tiara uring-uringan seharian.
Mengabaikan kebiasaannya membunyikan bel terlebih dahulu, Anrez langsung memasuki unit Tiara dengan keycard miliknya. Sejujurnya ia juga khawatir dengan kondisi Tiara.
Ia membuka pintu, melangkahkan kakinya perlahan memasuki apartemen. Hidungnya tiba-tiba mencium aroma makanan kesukaannya. Nasi goreng seafood. Ia lantas menduga kalau Tiara berada di dapur. Diputuskannya untuk menyusul Tiara. Setibanya Anrez di dapur, ia melihat Tiara sedang sibuk berkutat dengan alat dapur.
"Ngapain kamu?" tanya Tiara yang menyadari kehadirannya.
"Nemuin kamu dong, yang. Enggak kangen emang sama aku?"
"Enggak, biasa aja," ketus Tiara.
Tangan Anrez terulur menggenggam tangan Tiara. Menariknya mendekat padanya hingga tak berjarak. Anrez pun mengunci posisinya dengan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Tiara.
Tiara yang kesal hanya memasang tampang acuh, seolah tak peduli. Matanya sama sekali tidak menatap ke arah Anrez.
"Liat apa sih? Emang jendela lebih menarik dari pada aku?"
Tiara hanya memutar kedua bola matanya malas. Enggan menjawab pertanyaan Anrez yang tidak penting itu.
Anrez menghadapkan posisinya ke arah Tiara. Kini mereka berdua duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.
"Kamu kok ngambek? Aku lagi kesel loh sama kamu," ujar Anrez.
Tiara menghela napasnya. Tangannya kini bersidekap dada dengan bibirnya yang maju beberapa senti, cemberut.
"Ya aku gak tau salahku dimana. Aku gak tau kenapa kamu marah. Kamu kesel kenapa, aku gak ngerti. Aku kesel soalnya kamu bentak aku di depan Libra sama Stela semalem. Nah, kamu kesel kenapa? Salah aku apa coba sampe kamu diemin gitu? Abis dimanis-manisin, ditinggalin gitu aja. Lukanya bikin susah ini, terus kamu cuekin seharian," omel Tiara yang masih cemberut. Bulir air matanya jatuh seketika membasahi pipinya.
Anrez meraih tangan Tiara untuk mengecek luka di pergelangan tangannya lalu beralih pada luka di bibirnya. Tangannya kemudian menghapus jejak air mata Tiara.
"Maaf, sayang. Aku gak bermaksud bikin kamu susah. Bikin kamu uring-uringan seharian ini."
"Aku tuh kesel sama sikap kamu yang gak konsisten," lanjut Anrez.
Tiara mengerutkan keningnya. "Aku gak konsisten gimana?"
"Kamu gak nyadar?" tanya Anrez. Tiara menggeleng pelan, takut jawabannya salah.
Anrez tersenyum tipis lalu menyentil keningnya pelan. "Kamu biasanya suka bilang ke aku, kalau mau pergi, bilang yang sejujurnya, pergi sama siapa, kemana, bilang semuanya, biar gak salah paham. Gitu, 'kan?"
Tiara mengangguk. "Terus?"
"Kemarin kamu bilang cuman mau main sama Mars Mentari. Taunya ada Saga juga," jawab Anrez.
Tiara seketika meringis. Tersadar akan kekeliruannya. "Maafin akuu. Aku gak niat bohong, sayang."
"Terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance ✓
Teen FictionKenapa kamu pergi disaat aku gak pernah sekalipun ngebayangin hariku tanpa kamu? Tiara Andini Zefanya. Perempuan yang selama bertahun-tahun mengeraskan hatinya karena laki-laki yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Selama bertahun-tahun, ia be...