16. Marah

399 85 8
                                    

Tokoh dari masa lalu memang selalu datang kembali di waktu yang salah.

•••

"Alhamdulillah, akhirnya meeting selesai," kata Langit diiringi senyumnya.

"Iya, Pak. Kita makan dulu kali, ya," balas Pak Tio.

"Boleh, Pak," jawab Anrez.

Tanpa menunggu lama, mereka pun memesan makanan untuk makan malam setelah selesai dengan pekerjaannya.

Anrez mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru restoran. Tiba-tiba, matanya menangkap sosok Tiara yang sedang makan malam bersama seorang laki-laki.

"Abang," panggil Anrez.

"Kenapa, Rez?"

"Itu... Tiara?" Langit melihat ke arah yang Anrez tunjukkan. Ia terlonjak saat melihat sosok adiknya berada di restoran yang sama bersama... Saga?

"I-iya, Rez. Itu Tiara," balas Langit.

Anrez menoleh ke arah Langit. "Tadi Titi bilang mau pulang sama Abang. Kok tiba-tiba di sini sama cowok?"

"Itu siapa, Bang? Abang pasti kenal, 'kan?"

Langit menatap Anrez bingung karena dirinya terus dicercah berbagai pertanyaan oleh cowok itu. Ia pun bingung, kenapa Tiara bisa di sini bersama Saga.

"Gue juga bingung kenapa Tiara bisa di sini."

Tanpa merespon ucapan Langit, Anrez berdiri dari duduknya kemudian berjalan menghampiri meja Tiara.

Perasaannya tak karuan, inikah rasanya saat Tiara melihat ia dan Venus? Jujur, Anrez cemburu, Anrez marah, Anrez kesal. Kenapa gadis itu tidak memberitahunya?

"Tiara?"

Deg

"A-anrez?"

Anrez terkekeh. "Kenapa? Kok kaget gitu?"

"Maaf." Tiara menundukkan kepalanya. Ia takut melihat tatapan tajam yang Anrez berikan kepadanya.

"Pulang sama aku," tegas Anrez kemudian pergi dari hadapan mereka.

Saga memperhatikan interaksi keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Satu yang ia sadari, Tiara sudah ada yang punya.

•••

Tiara sekarang sudah berada di mobil Anrez dengan keheningan yang menemani mereka. Tak ada yang membuka suaranya satupun.

Sebenarnya, Tiara tidak tahan dalam keadaan keheningan seperti ini. Tapi ia pun takut kalau harus membuka suara duluan.

Apalagi ketika Tiara mengingat air muka marah dari Anrez yang diberikan padanya tadi.

Ia mengaku kalau di sini Tiara yang salah. Ia merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa sih lupa charge ponsel?

"Turun," seru Anrez saat sudah sampai di parkiran Apartmen Bugenvil.

Tanpa menunggu respon dari Tiara, Anrez turun dari mobilnya. Tiara menghela napasnya kasar kemudian menyusul Anrez yang sudah turun dari mobil.

"Anreeeezzzz."

Anrez menoleh ke arah Tiara yang berada tepat di belakangnya. "Hm?"

"Jangan maraaahhhh," rengek Tiara dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kita bahas di dalem unit kamu," ucap Anrez kemudian menggenggam lembut tangan Tiara erat.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang