"Kamu hari ini jadi ke BSD, yang?" tanya Anrez.
Tiara mengangguk. "Iya, aku, Bang Langit, Bang Bintang, sama Kak Bulan nginep di sana, yang. Kamu mau ikut nginep juga?"
"Enggak deh. Besok pagi aku jemput kamu aja ke sana, ya?"
"Beneran mau jemput? Gak akan ngerepotin kamu? Harus pagi banget loh kamu berangkatnya. Ketemu di gedungnya aja deh, yang," balas Tiara.
"Gak apa-apa kok. Biar berangkatnya bisa bareng sama kamu."
"Ya udah deh."
"Mau berangkat sekarang? Kerjaannya udah selesai semua, 'kan?" tanya Anrez.
"Udah kok. Kamu udah semua juga?"
Anrez mengangguk. "Yuk berangkat sekarang."
"Pulang ke apartemen dulu, yang. Bajuku masih di sana," seru Tiara.
"Siap, ibu negara. Mau beli kopi dulu gak?"
"Mau Starbucks boleh gak, yang?"
"Boleh dong. Kenapa pake nanya boleh apa enggak?" jawab Anrez seraya tertawa pelan.
"Asiiikkk. Kita ke apartemen dulu, abis itu beli Starbucks, ya," seru Tiara antusias.
"Anything for you, babe."
•••
Tok tok
"Assalamualaikum."
Ceklek
"Waalaikumsalam."
"Bundaaaa." Tiara berhambur ke dalam pelukan Hana. Memeluk erat tubuh sang ibunda yang sangat ia cintai.
Semenjak ayahnya meninggal, setiap seminggu sekali Tiara selalu berkunjung ke BSD. Untuk sekedar menjenguk dan mengecek keadaan Hana.
Setiap malam, Tiara juga selalu menelepon Hana. Banyak hal yang keduanya bicarakan di telepon. Termasuk cerita-cerita di hari itu.
Tiara hanya tak ingin, ia kurang memperhatikan orang tuanya lagi. Apalagi sekarang yang ia miliki hanya Hana. Tiara tidak ingin kehilangan bundanya secepat ia kehilangan sang ayah.
"Ada Anrez juga nih. Masuk dulu yuk."
Tiara menoleh ke arah Anrez. "Mau masuk dulu? Atau langsung pulang? Gak capek? Besok harus berangkat pagi loh ke sini."
Anrez terkekeh memperhatikan Tiara yang sangat bawel itu. "Aku mampir dulu sebentar deh."
"Beneran? Langsung pulang aja gih, yang. Takutnya nanti kamu kecapekan."
"Enggak, sayaangg. Di dalem juga aku gak disuruh maraton, 'kan?"
Tiara tertawa pelan. "Ya udah. Yuk masuk."
"Bawel banget sih, Ti, sama Anrez. Anrez sampe gemes tau ngeliat kamu," sahur Hana disertai kekehannya.
"Bukan apa-apa, Bunda. Besok Anrez harus pergi pagi dari apartemen. Takutnya Anrez kecapekan, mending istirahat di apartemen," jawab Tiara.
"Mampir sebentar, ya, Rez. Biar waktu istirahatnya lebih lama," ucap Hana.
Anrez mengangguk. "Siap, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance ✓
Teen FictionKenapa kamu pergi disaat aku gak pernah sekalipun ngebayangin hariku tanpa kamu? Tiara Andini Zefanya. Perempuan yang selama bertahun-tahun mengeraskan hatinya karena laki-laki yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Selama bertahun-tahun, ia be...