I'll choose you everytime.
•••
"Kamu sedeket itu, ya, sama dia?" tanya Anrez.
"Maksudnya?"
"Aku cemburu. Aku cemburu pas dia panggil kamu dengan sebutan 'Ra', dan aku baru denger itu dari mulut orang lain."
Tiara tersenyum manis. "Aku sama Aries cuman sahabatan, sayang. Malah tadi Aries sendiri, 'kan, yang ngomong? Aku denger kok. Lagian bener kata Saga, aku mah udah bucin banget sama kamu. Apalagi sekarang aku udah jadi calon istrimu."
"Ya udah ceritain tentang Aries ke aku," kata Anrez.
"Yaa, gitu, yang. Semenjak aku ke London dan dia ke Jerman, awalnya kita masih suka chat sama telepon juga. Tapi makin sini, kita makin sibuk. Jadinya gak pernah berhubungan lagi. Baru aja hari ini dia pulang ke Indonesia setelah bertahun-tahun dia di Jerman dan gak ketemu. Aku sama yang lain juga gak tau dia bakal dateng ke rumah hari ini."
Anrez manggut-manggut. "Tapi beneran gak ada apa-apa? Kamu gak pernah suka sama dia gitu? Atau dia suka sama kamu?"
"Persahabatan antara cewek sama cowoknya kita tuh gak kayak dinovel-novel, yang. Malah dulu kita sering double date sama pacar kita. Aku ataupun dia, kita gak pernah melibatkan perasaan di dalam hubungan kita. Percaya, 'kan?"
Anrez mengangguk. "Percayaaa."
"Jangan cemburu lagi sama Aries. Dia sahabatku, itu artinya dia sahabat kamu juga."
"Iya, sayang. Maaf, ya," ucap Anrez tulus.
"Peluukkkk."
Anrez langsung membawa tubuh Tiara ke dalam dekapannya. Tangannya tergerak mengelus punggung gadisnya, sesekali mencium puncak kepala Tiara.
"Maaf, ya, aku gak cerita tentang Aries ke kamu dari awal. Padahal harusnya aku cerita ke kamu."
"Gak apa-apa, sayaaangggg."
Tiara merenggangkan pelukannya lalu menatap lekat wajah Anrez dengan senyum manis yang terukir.
"Kita belum bahas tanggal pernikahan kita, ya," kata Anrez.
"Oh, iya. Kamu maunya kapan, yang?"
"Besok juga hayu aku mah, yang," jawab Anrez.
"Isshhh, yang benerr."
"Bulan depan? Atau November?"
"Kalau November gak apa-apa, yang? Bulan depan, 'kan, El sama Awan nikah. Biar kitanya gak capek banget, jadi November aja. Soal tanggalnya, nanti kita omongin sama Bunda, Om, sama Tante," balas Tiara.
Anrez mengangguk setuju. "Boleh, yang."
Tiara tersenyum ke arah Anrez. Menatap fokus cowok di hadapannya yang kini sudah menjadi calon suaminya. Tangannya tergerak mengusap dan merapikan rambut Anrez.
"Aku gak nyangka kita mau nikah," kata Tiara yang masih fokus mengusap surai lembut rambut Anrez.
"Iya, Ti. Setelah semua yang kita lalui dulu, Insya Allah kamu jodohku, di dunia dan di akhirat."
"Aamiin."
Anrez memposisikan tangannya di pinggang Tiara. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik milik Tiara. Menepis jarak sedikit demi sedikit sampai mereka bisa merasakan hembusan napasnya masing-masing.
Cowok itu menempelkan hidungnya dengan hidung Tiara dengan tatapannya yang dalam, sedalam cintanya pada gadisnya.
Anrez kemudian mencium bibir Tiara. Melumatnya lembut dan pelan karena takut gadisnya akan kesakitan. Ciuman penuh cinta mereka lakukan pada malam itu di kamar Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance ✓
Teen FictionKenapa kamu pergi disaat aku gak pernah sekalipun ngebayangin hariku tanpa kamu? Tiara Andini Zefanya. Perempuan yang selama bertahun-tahun mengeraskan hatinya karena laki-laki yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Selama bertahun-tahun, ia be...