Hari ini Andi akan berangkat ke Singapura bersama Hana, Bintang, dan Bulan. Tentunya mereka diantar oleh Langit, Pelangi, Tiara, dan Anrez ke bandara.
"Ayaahhh. Semangat, ya. Minggu depan Titi ke sana sama Anrez," ucap Tiara yang berada di dalam pelukan Andi.
"Iya, sayang. Ayah tunggu." Andi membalas pelukan putrinya tak kalah erat seraya mengelus lembut kepala Tiara.
"Titi sayang Ayah."
"Ayah juga sayang Titi."
"Udah sih, Ti. Ayah cuman ke Singapura. Minggu depan juga, 'kan, kamu ke sana," sahut Langit.
Tiara melepaskan pelukannya kemudian menatap tajam ke arah Langit. "Diem aja sih, Abang. Ayah juga gak protes, kenapa Abang protes?"
"Gantian, Abang juga mau peluk Ayah," balas Langit lalu berjalan mendekat ke arah Andi.
"Abang juga," sahut Bintang seraya berlari kecil ke arah mereka.
"Ah, anak Ayah manja semua. Pasti nanti Ayah kangen kalian deh," ujar Andi.
"Ayah semangat, ya!"
•••
"Yang," panggil Anrez.
Tiara mengalihkan pandangannya ke arah Anrez. "Hm? Apa, yang?"
"Mau jalan dulu gak?" Tiara menggeleng.
Anrez menoleh sekilas ke arah Tiara. Gadis itu seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia paham betul bagaimana perasaan Tiara, dia pasti khawatir dengan Andi.
"Mau drive-thru? Kamu belum makan."
Tiara menggeleng. "Mau pulang aja."
Anrez menghela napasnya. Ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Memposisikan tubuhnya menghadap ke arah Tiara sepenuhnya.
"Sayang," panggil Anrez lembut. Tangannya kini sudah menggenggam erat tangan Tiara.
"Kenapa, yang?"
Tiara menghela napasnya panjang lalu menunduk. "Ayah pasti sembuh, 'kan?"
"Insya Allah, sayang. Makanya kita doain Ayah, ya?"
"Aku takut Ayah ninggalin aku," ucap Tiara yang semakin menundukkan kepalanya.
"Sayang. Hey." Anrez menegakkan kepala Tiara membuat gadis itu menatapnya.
"Insya Allah Ayah sembuh, yang. Ayah pasti kuat dan semangat. Kamu harus kuat biar Ayah juga kuat. Jangan nangis terus, jangan mikirin yang aneh-aneh, kita fokus doain Ayah sama-sama. Okay, babe?"
Tiara mengangguk. "Peluk, sayang."
Anrez terkekeh. Ia merentangkan kedua tangannya. Tiara langsung menghambur ke dalam pelukan Anrez.
"Pelukan ini punyaku, aku gak mau tempat ternyamanku dipake sama orang lain."
Anrez tersenyum seraya mengelus lembut kepala Tiara. "Maaf. Iya, pelukan ini punya kamu. Maaf udah bikin orang lain pake tempat ternyaman kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance ✓
Teen FictionKenapa kamu pergi disaat aku gak pernah sekalipun ngebayangin hariku tanpa kamu? Tiara Andini Zefanya. Perempuan yang selama bertahun-tahun mengeraskan hatinya karena laki-laki yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Selama bertahun-tahun, ia be...