"Kamu? Ada cerita apa, sayang?"
"Ayah sakit, yang. Ayah sakit kanker darah stadium 3."
Sontak bola mata Anrez melebar ketika mendengar berita itu dari mulut Tiara.
"Kanker darah?"
Tiara mengangguk. "Semalem Ayah pingsan. Kayaknya sebelum itu kondisi Ayah udah gak baik. Dan aku baru tau kemarin."
"Semalem? Kok gak ngabarin aku?"
"Aku masih marah, ya, sama kamu. Lagian itu udah malem, aku takut ganggu kamu," jawab Tiara.
Anrez tersenyum. "Mau gimanapun, kamu harus tetep ngabarin aku, sayang. Ayah kamu sakit loh. Terus sekarang Ayah dimana?"
"Masih di rumah sakit. Hari ini Ayah langsung transfusi darah. Minggu depan Ayah jadwalnya kemoterapi."
"Pulang kantor kita jenguk Ayah, ya?"
Tiara mengangguk. "Aku takut banget Ayah kenapa-kenapa. Kanker darahnya udah stadium 3. Aku.. takut Ayah ninggalin aku."
"Sstt sayaanggg. Jangan ngomong gitu, ya? Kita doain Ayah sama-sama biar Ayah cepet sembuh, okay?"
Anrez menatap lekat wajah cantik Tiara yang sedang dilanda khawatir dan ketakutan itu. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi Tiara lalu membawa tubuh gadisnya ke dalam dekapannya.
"Tapi.."
"Sayang, dengerin aku. Ayah gak bakal kenapa-kenapa. Ayah pasti kuat berobatnya. Apalagi Bang Langit mau nikah nanti, pasti Ayah semangat buat anak-anaknya. Kita kuatin Ayah sama-sama, ya, Ti," kata Anrez lembut.
Tiara mengangguk kemudian kembali menghambur ke pelukan Anrez. Ah, cowok itu selalu saja bisa membuatnya tenang hanya dalam sekejap.
"Everything's gonna be alright, babe."
•••
Tok tok
"Ti, ngobrol dulu yuk di ruangan Abang," seru Langit ketika sudah masuk ke ruangan Tiara.
"Hm? Ngapain?"
"Udah, kita langsung ke ruangan Abang dulu," balas Langit seraya menarik lengan Tiara keluar dari ruangannya.
"Iihhh gak usah tarik-tarik, Abaanggg."
Langit tertawa pelan kemudian melepaskan tangannya dari lengan adiknya. "Maaf."
"Ada apa sih? Tumben."
"Abang juga gak tau," balas Langit.
"Lah, kirain Abang udah tau."
"Belum lah."
Ceklek
"Assalamualaikum, Abanggg," salam Tiara.
"Waalaikumsalam. Duduk."
Tiara, Langit, dan Bintang pun duduk bersamaan di sofa ruangan milik abangnya itu.
"Kenapa, Bang?" tanya Tiara.
"Masalah kantor, Papa Arya masih ngurusin. Katanya sih sebentar lagi selesai kok. Mereka udah nemuin posisi penipunya."
Tiara bernapas lega. "Alhamdulillah. Aku gak tenang banget tauuu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance ✓
Teen FictionKenapa kamu pergi disaat aku gak pernah sekalipun ngebayangin hariku tanpa kamu? Tiara Andini Zefanya. Perempuan yang selama bertahun-tahun mengeraskan hatinya karena laki-laki yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Selama bertahun-tahun, ia be...