56. Sesak

293 73 19
                                    

Ada yang lebih penting dari mencintai dan dicintai, yaitu menghargai dan dihargai.

•••

Setelah melewati beberapa jam perjalanan di pesawat, akhirnya Tiara dan Langit sudah sampai di Jakarta. Katanya, Bintang, Bulan, dan Pelangi yang menjemput mereka ke bandara.

Anrez? Entahlah. Lebih baik jangan mengharapkan kehadiran cowok itu. Karena pada akhirnya ia akan kecewa juga.

Setelah panggilan terakhir mereka, Anrez tidak menghubunginya lagi. Entahlah apa yang terjadi dengan cowok itu. Tiara pun tak tau Anrez habis kerasukan apa sampai responnya sangat jauh dari kebiasaannya.

Tiara memilih untuk tidak memikirkan perubahan sikap Anrez padanya. Yang pasti, nanti malam Tiara akan langsung menemui Anrez ke unitnya.

"Anrez mana? Gak ikut ngejemput?" tanya Langit saat matanya tidak menangkap sosok Anrez sama sekali.

"Enggak, katanya. Lagi sibuk sama kerjaan," jawab Bintang. Langit manggut-manggut lalu mengalihkan pandangannya pada Tiara.

Adiknya sedang sibuk berkutat dengan ponselnya disertai airpods bertengger di telinganya.

"Mau langsung pulang?" tanya Bulan.

"Pulang aja deh, Kak. Aku capek banget," jawab Tiara diangguki oleh yang lainnya.

"Jangan uwu-uwuan. Inget ada anak kecil di sini," sambung Tiara.

"Anak kecil apaan dih," cibir Langit.

"Diem deh, Abang," kesal Tiara.

"Kamu ish, suka banget bikin Adiknya kesel," ucap Pelangi seraya memukul pelan bahu Langit.

"Gak mau makan dulu, Ti?" tanya Bintang.

Tiara menggeleng. "Enggak, nanti aja di apartemen."

"TITIII."

Tiara sontak membalikkan badannya ketika ada seseorang yang meneriaki namanya. Ia lantas tersenyum saat matanya menangkap Saga yang sedang berlari kecil menghampirinya.

"Sagaaa." Tiara langsung menghambur ke pelukan Saga ketika cowok itu sudah berada tepat di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Saga membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Kangen banget sama Titi," kata Saga.

"Aaaa Titi juga kangen Sagaaa."

Saga terkekeh lalu mengeratkan pelukannya. Seminggu lebih tidak bertemu dengan Tiara sudah seperti setahun. Diingat, ya, ini Saga, bukan Anrez.

"Pulang sama aku yuk, Ti," ajak Saga.

Tiara mengalihkan pandangannya pada kedua abang dan kakaknya. Mengisyaratkan apakah Tiara boleh ikut Saga atau tidak.

Bintang mengangguk. "Gih sama Saga."

"Alhamdulillah deh, aku gak jadi liat yang uwu-uwu," ucap Tiara membuat semuanya tertawa.

"Sa, ajak makan. Tiara belum makan tuh," seru Langit.

"Siap, Bang. Ya udah, aku sama Tiara pergi, ya," pamit Saga.

"Hati-hati, Sa," kata Bulan.

"Jangan ngebut-ngebut," tambah Pelangi.

"Iyaaaa, Kaakkkk."

Saga menggandeng tangan Tiara menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobil Bintang.

"Mau makan dulu gak? Atau gimana kamu maunya?" tanya Saga.

"Drive-thru aja yuk, Sa."

Saga mengangguk. "Anything for you."

Tiara tertawa pelan. "Bisa aja, tukang kebon."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang