27. Faktanya

296 70 10
                                    

Mengambil keputusan pada saat emosi memang tidak pernah baik.

•••

"Ternyata yang di foto itu beneran kamu sama Saga, ya?"

Tiara menghela napasnya panjang. Sudah menduga sejak awal kalau Anrez pasti akan semakin gencar menuduhnya dengan Saga.

"JAWAB, TIARA!" sentak Anrez.

"ITU BUKAN AKU SAMA SAGA, ANREZ!"

"Kamu berharap aku jawab apa? Apapun jawaban aku, kamu gak akan percaya sama aku, 'kan?"

"Kenapa harus kasar sih? Kenapa harus bentak-bentak aku? Gak bisa omongin baik-baik?"

"Kamu pikir aku gak sakit kamu kasarin aku dari kemarin? Kamu lempar foto-foto itu ke aku, kasarin aku, bentak-bentak aku. Bahkan Ayah sama Abang aja gak pernah kasarin aku, Anrez!"

Anrez menatap tajam ke arah Tiara seraya tersenyum remeh. "Kamu kenapa ngelindungin Saga sih? Takut Saga diapa-apain sama aku, ya?"

Tes

Tepat pada saat itu juga, air mata Tiara lolos tanpa aba-aba. Hatinya tambah sakit mendengar kalimat dari Anrez. Ia memilih untuk diam, tak mengeluarkan suara lagi. Karena, membela diri pun rasanya percuma. Anrez akan tetap pada keyakinannya sendiri.

"Kamu emang gak pantes buat aku, Ti. Kamu gak pernah serius sama aku, gak pernah sayang sama aku, kamu udah khianatin aku."

"Aku gak mau berhubungan lagi sama kamu. Kita selesai sampai sini."

Tiara terdiam membeku sambil menatap punggung Anrez yang semakin lama menjauh sampai tak terlihat lagi di balik pintu.

Hatinya semakin teriris mendengar kalimat yang Anrez lontarkan padanya tadi. Ya, Anrez memutuskan hubungannya tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

•••

"Abang," panggil Tiara. Sekarang gadis itu sedang berasa di unit apartemen Bintang. Berkumpul bersama Langit, Pelangi, dan Bulan.

"Kenapa?"

"Titi mau perpanjang cutinya dua hari lagi, ya." Sontak kening mereka mengkerut heran. Ada apalagi dengan Tiara?

"Kenapa, Dek?" tanya Langit.

Tiara menggeleng. "Gak apa-apa, Titi cuman ngerasa waktunya kurang aja."

"Bener? Gak kenapa-kenapa, 'kan?" tanya Bulan tak percaya dengan alasan yang diberikan oleh Tiara.

"Bener, Kak. Titi mau istirahat aja di apartemen."

"Ya udah, waktu kamu cuti tiga hari lagi, ya. Kalau masih butuh cuti, kamu bilang aja, ya, Ti," ucap Pelangi.

"Iya, Kak. Makasih."

•••

Anrez menatap dua berkas yang berjajar di hadapannya. Satu berkasnya bersatu dengan foto yang beberapa hari dilihatnya. Satu berkas lagi menunjukkan detail foto dan video tersebut, seperti tanggal pengambilan, tanggal pengeditan, dan lain-lain. Tak butuh waktu lama, bukti sudah berada di hadapannya, perempuan itu bukan Tiara.

Sekujur tubuhnya mendadak kaku ketika mengetahui faktanya. Rasa sesal seketika mendatanginya secara bersamaan. Jantungnya berdetak tak karuan, matanya menerawang. Anrez sama sekali tak bergerak, terlalu terkejut mendengar fakta yang dibuktikan oleh teman-temannya.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang