34. Khawatir

495 87 13
                                    

Beberapa kali kita dipaksa untuk terlihat baik-baik saja. Padahal apa yang salah jika menjadi manusia seutuhnya? Karena merasa sedih dan kecewa memang manusia banget.

•••

Kini Tiara sedang berada di apartemennya bersama dengan Eartha dan Elara. Tadi siang, ia meminta untuk kedua sahabatnya berkunjung ke unitnya. Tentu saja diiyakan.

"Kenapa sih, Ti? Galau?" tanya Elara.

Tiara menunjukkan deretan giginya. "Iya."

"Eh, kalian gak apa-apa nih ke sini?" tanya Tiara.

"Ya gak apa-apa lah," jawab Eartha.

"Kan tadi lo yang suruh kita ke sini," sahut Elara.

"Maksudnya, kan biasanya El sama Awan, Tata sama Atlas ngebucin gitu."

Keduanya sontak terkekeh. "Ya emang bucin, tapi kalau lo butuh, gue bakal mengesampingkan perbucinan dulu dong," ucap Elara.

"BENER BANGET."

Tiara tersenyum manis. "Lo gimana sama Atlas, Ta?"

Eartha meringis. "Aduh, guys. Sorry banget nih, ya. Sebenernya gue sama Atlas udah jadian dari empat hari lalu."

"Lah?"

"Iihhhh Tataaa. Kok gak ngasih tauuu?"

"Maaf baru ngasih tau sekarang. Gue tuh mau ngasih tau gak enak. Masa Titi lagi sedih, gue ngasih tau jadian sama Atlas," ucap Eartha menjelaskan agar sahabatnya tidak salah paham.

"Gak apa-apa kali, Ta. Siapa tau gue bisa tiba-tiba seneng karena kabar baik dari lo," balas Tiara.

"Selamat, ya, Ta. Gue harap lo gak lupa kasih kita pajak jadian."

"Elah, El. Kayak anak SMA aja minta pajak jadian," protes Eartha sontak membuat Elara dan Tiara tertawa.

"Eh, Ti. Kenapa? Lo dong curhat," tanya Eartha.

Tiara menghela napasnya. Terasa agak sedikit berat untuk menceritakan kegelisahannya. Tapi ia tidak tahan untuk menyimpannya sendirian.

"Gue... gue sekarang gak tau kenapa takut. Kalian tau, kan, beberapa hari terakhir ini Anrez berubah jadi gak gangguin gue lagi. Yaa walaupun dia masih perhatian sama gue, masih manis, masih cemburu sama gue, tapi tetep aja gue ngerasa takut gitu," ungkap Tiara.

"Takut kenapa, Ti?" tanya Elara.

"Gue takut, gelisah, khawatir kalau Anrez gak ada di samping gue. Gue selalu ngerasa aman kalau dia ada buat gue. Tapi kalian tau, kan, sekarang Anrez kayak ngasih jarak di antara kita."

"Ya walaupun ini kemauan gue, tapi gue bawaannya gelisah aja. Gue takut dia beneran bakal pergi dari gue, walaupun itu kemauan gue," lanjut Tiara.

"Tapi menurut gue, Ti, Anrez tuh masih sayang banget sama lo. Mungkin dia cuman ganti caranya aja, dari pada gangguin lo, nantinya bakal bikin lo risih," sahut Eartha.

"Bener. Apalagi kalau Saga udah nyamperin lo ke kantor yang enggak sekali dua kali itu, Anrez pasti abisnya curhat ke gue atau ke Tata," ujar Elara.

Tiara tersenyum. "Curhat apa emang?"

"Katanya, itu si Saga ngapain sih nyamperin Tiara mulu? Pengen gue gorok deh rasanya. Hampir tiap hari lagi nyamperin Tiaranya. Ambil kesempatan dalam kesempitan banget," oceh Eartha sembari mempraktekkan Anrez yang mengeluh kepadanya.

"Lucu banget."

"Iya, emang lucu banget mantan lo, Ti," ucap Elara seraya geleng-geleng mengingat kelakuan Anrez beberapa akhir ini setelah kandasnya hubungan cowok itu dengan Tiara.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang