65. Dukungan

252 63 10
                                    

"Tiaraaa, ya ampun. Sini peluukkk," kata Elara seraya merentangkan kedua tangannya ke arah Tiara.

Tiara tersenyum tipis. "Eeelllll."

Sekarang Elara, Awan, Eartha, dan Atlas tengah menjemput rombongan Tiara di bandara. Mereka baru saja sampai di Indonesia.

"El, gantian dong. Gue juga pengen meluk Tiara," sahut Eartha.

Elara terkekeh seraya melepaskan pelukannya. "Nih, peluk dah Tiaranya yang erat sampe gak bisa lepas."

Eartha tersenyum lebar kemudian langsung memeluk erat tubuh sahabatnya. "Titii, lo semangat, ya. Ada kita di sini. Lo gak boleh sedih-sedih terus."

Tiara mengangguk. "Makasih, ya."

"Kuat, ya, Ti. Tiara yang kita kenal itu kuat banget orangnya."

•••

Sekitar 5 menit yang lalu, Andi sudah selesai dimakamkan. Menyisakan Hana, Bintang, Bulan, Langit, Pelangi, Tiara, dan Anrez. Tentunya Elara, Awan, Atlas, Eartha, dan Saga masih berada di sana juga.

Tiara menghela napasnya berat. Sangat sulit sekali rasanya melepas sang ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Rasanya sesak sekali.

Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi ketika ayahnya masuk ke liang kubur. Ia tidak bisa bertemu ayahnya lagi selain di mimpi. Itupun kalau Andi berkunjung ke mimpinya.

"Ayaaahhhh. Ayah yang tenang di sana, ya. Titi pasti sering ke sini buat jenguk Ayah. Makasih udah berjuang buat lawan penyakit Ayah. I love you, Ayah," lirih Tiara seraya menatap lurus ke arah makam Andi yang masih basah itu.

"Pulang yuk, Ti," ajak Hana.

Tiara menggeleng. "Di sini dulu bentar boleh gak, Bunda?"

"Kita udah lama di sini. Nanti kita ke sini lagi, ya?" bujuk Hana. Sekarang Hana sudah lebih ikhlas menerima kepergian sang suami. Ia harus kuat untuk menguatkan ketiga anaknya.

Tiara mengangguk lemah kemudian berdiri disusul oleh yang lainnya. Anrez merangkul tubuh Tiara. "Jangan nangis terus dong, sayang."

"Aku udah kangen Ayah aja."

•••

Drrtt drttt

Ariel is calling..

"Siapa, Rez?" tanya Atlas. Sekarang mereka sedang berada di rumah Tiara. Gadis itu tertidur sejak pulang dari pemakaman.

"Ariel."

"Gue mohon sama lo, kalau dia minta ke lo buat temenin lo, jangan pergi, Rez. Tiara lebih butuh lo," kata Awan.

"Iya, gue gak akan pergi." Anrez pun mengangkat panggilan dari Ariel.

"Halo, lo bisa temenin gue di rumah sakit gak?"

Anrez menghela napasnya. Benar saja, Ariel memintanya untuk menemani gadis itu di rumah sakit.

"Sorry, gue lagi nemenin Tiara."

"Ah, oke kalau gitu. Maaf gue ganggu lo."

"Gak apa-apa."

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang