88. Overthinking

345 79 10
                                    

"Sayang, aku mau jenguk Ariel."

Anrez menatap ke arah Tiara dengan tatapan terkejut. "Jenguk?"

"Iya. Ayoooo."

"Beneran mau jenguk?" tanya Anrez.

"Beneran, Mas."

"Sekarang?"

"Iyaaa, Mas, ih," balas Tiara mulai kesal.

"Iya-iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang."

"Yeaayyy." Tiara dan Anrez pun segera bersiap dan beranjak dari apartemen menuju rumah sakit untuk menjenguk Ariel.

Entah dorongan dari mana yang membuat Tiara ingin menjenguk Ariel. Tapi yang pasti, Anrez senang karena Tiara sudah mau bertemu dan menjenguk Ariel.

"Sayang," panggil Tiara saat mereka sudah berada di dalam mobil.

Anrez menoleh ke arah Tiara. "Hm?"

"Aku egois banget, ya?" tanya Tiara tiba-tiba dengan nadanya yang seperti merasa bersalah.

"Egois kenapa, sayang?"

"Aku egois banget minta kamu untuk terima kalau aku punya Aries. Egois banget udah minta kamu buat terima kalau aku sekarang sahabatan sama mantanku sendiri. Padahal di sisi lain kamu juga punya temen cewek. Bahkan kamu sama temen cewek kamu gak lebih deket dibanding aku sama Aries atau Saga," jelas Tiara mengungkapkan apa yang kini ia rasakan.

Anrez tersenyum. "Aku seneng, sayang, kalau kamu mau cemburu sama temen cewekku. Aku juga seneng pas kamu ngajak aku buat jenguk Ariel bareng-bareng. Itu artinya kamu lagi berusaha buat nerima dia sebagai temenku, 'kan?" Tiara mengangguk.

"Aku gak ngerasa kamu egois seperti yang kamu pikirin kok. Maaf kalau sikapku waktu itu bikin kamu jadi mikir kalau kamu itu egois. Tapi sebenernya enggak kok, aku ngerti banget apa yang kamu rasain."

"Aku sedih banget tau pas kamu marah sama aku. Aku nyakitin kamu banget, ya? Kamu sekesel itu, ya, waktu itu sama aku? Maafin aku, ya. Maaaffff. Aku gak akan ulangi lagi," kata Tiara seraya menggenggam erat tangan Anrez.

Anrez terkekeh. Tangannya yang tidak digenggam oleh Tiara tergerak untuk menyalipkan anak rambut pada telinga gadisnya.

"Aku maafin, sayang. Kita udah bahas ini tadi loh. Kenapa dibahas lagi? Kepikiran banget, ya?"

Tiara mengangguk disertai dengan bibirnya yang maju. "Aku ngerasa bersalah banget tau. Aku ngerasa aku tuh egois banget."

"Kamu gak egois, sayang."

"Tetep aja aku ngerasa gitu. Dari dulu Venus sampai sekarang Ariel, aku tuh suka cemburu gak jelas sama uring-uringan," balas Tiara yang masih mempertahankan raut cemberutnya.

"Kenapa maju gitu sih bibirnya? Minta dicium, ya?"

"SAYANG! AKU LAGI SERIUS!" teriak Tiara lalu memukul bahu Anrez.

"Kamu mukul terus. Sakit tau," protes Anrez.

"Ya abis kamu ngeselin," balas Tiara lalu mengelus bahu Anrez yang tadi ia pukul.

"Sayang, dengerin aku. Nih sekali lagi aku bilang, kamu gak egois, sayangku. Mau pas Venus dateng atau sekarang Ariel, aku selalu seneng pas tau kalau kamu cemburu sama mereka. Udah, ya? Jangan ngerasa kalau kamu egois lagi. Aku gak suka."

Tiara mengangguk. "Maaf."

Anrez menatap lekat manik mata indah milik gadis berparas cantik itu. Ia mendekatkan kepalanya lalu mencium bibir manis milik Tiara. Melumatnya seolah mengatakan kalau semua yang ada pada Tiara, itu adalah miliknya.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang