18. Dilamar?

377 77 8
                                    

Asal sama kamu, aku pasti senang.

•••

"Tante, Om, Saga pamit pulang, ya," pamit Saga kepada orang tua Tiara.

"Oh, iya. Nanti mampir lagi loh," balas Hana.

"Iya, Tante."

"Ti, anter Saga ke depan gih," seru Andi.

"Hm? Titi?" tanya Tiara memastikan.

"Iya, kamu. Udah, sana," jawab Andi yang dibalas anggukan pasrah oleh Tiara.

"Abang, Kakak, Saga pamit. Rez, gue pamit."

"Iya, hati-hati," balas Bulan. Sedangkan Pelangi, Langit, Bintang, dan Anrez hanya menganggukkan kepalanya. Saga pun berjalan keluar rumah disusul oleh Tiara yang berjalan di belakangnya.

"Aku pulang, ya, Ti."

Tiara mengangguk. "Hati-hati."

Saga tersenyum manis. Senyum yang selalu cowok itu perlihatkan padanya dulu, kini mulai kemarin hadir kembali di hidupnya.

"Senyumku masih jadi kesukaanmu gak?" tanya Saga sembari menatap lekat wajah cantik Tiara.

"Aku udah pernah bilang, kalau kita gak perlu omongin masa lalu lagi."

Saga menghela napasnya kasar. "Okay, I'm sorry."

"Ya udah, aku pulang," lanjut Saga.

"Iyaaa."

Tiara memperhatikan punggung Saga yang semakin menjauh sampai tak terlihat setelah cowok itu memasuki mobilnya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Tiara masuk ke dalam rumah kemudian mendudukkan tubuhnya di samping Anrez.

"Udah pulang Saganya?" tanya Anrez.

"Udah." Tiara melingkarkan tangannya pada lengan Anrez lalu menyandarkan kepalanya pada bahu cowok itu.

"Uuu manjanya, Tiaraku," kata Anrez gemas sembari mengelus pipi gadis itu.

"Aduh, ini remaja," sahut Andi.

"Remaja apaan, yah. Titi udah 22 masih disebut remaja," komen Langit diiringi tawanya.

"Ya, masih lebih remaja dari pada kamu," balas Andi membuat semuanya tergelak.

"Oh, iya. Bun, Yah, Abang mau kasih tau sesuatu," kata Bintang.

"Kenapa, banget?" tanya Tiara.

"Abang mau ngomong sama Bunda Ayah, bukan sama kamu," balas Bintang.

"Iiihhhh, kan, Titi adeknya Abanggg."

Bintang terkekeh. "Iya-iya, Abang mau ngomong sama kalian."

"Ada apa, Bang?" tanya Andi.

Tangan Bintang terulur mengambil tangan Bulan kemudian menunjukkan cincin yang bertengger di jari manis perempuan itu.

"ABANG UDAH LAMAR KAK BULAN?" pekik Tiara.

"Astagfirullah, cantik. Jangan teriak," tegur Anrez lembut sementara si empu cengengesan.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu lamar Bulan juga," ucap Hana.

Bintang tersenyum. "Alhamdulillah, Bun. Kemarin malem, Bintang lamar Bulan."

"Wah, jadi kapan nih, Bang, acaranya?" tanya Anrez.

"Secepatnya."

•••

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang