80. Akur

236 73 7
                                    

Anrez memilih menunggu Tiara di dalam apartemen gadisnya. Sekarang sudah pukul 7 malam, dan Tiara belum pulang juga. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Anrez sudah memesankan camilan untuk Tiara, karena pasti gadis itu sudah makan malem bersama Aries.

Ceklek

Suara pintu terbuka membuat Anrez berdiri dari duduknya. Ia berjalan menuju pintu apartemen memperlihatkan Tiara yang sedang digendong oleh Aries.

"Tiara kenapa?" tanya Anrez khawatir.

"Tenang, dia cuman tidur kok."

Anrez mengangguk. "Bawa ke kamarnya aja."

"Anterin, bro."

"Iya, gue anterin," balas Anrez lalu ikut melangkahkan kakinya menuju kamar Tiara.

Setelah menidurkan tubuh Tiara di kamarnya, kedua lelaki itupun keluar lalu menutup pintu kamar secara perlahan.

"Maaf, ya, bawa pulang Tiara kemaleman," kata Aries.

"Gak apa-apa, baru jam 7 kok." Anrez menyodorkan satu kaleng soda kepada Aries. Tanpa pikir panjang, Aries menerima kaleng soda itu.

"Thanks." Anrez mengangguk.

"Rez," panggil Aries.

"Apa?"

"Lo risih gak ada gue di hidupnya Tiara?" tanya Aries.

Sontak Anrez menoleh ke arah Aries dengan tatapan yang bingung. "Gimana maksud lo?"

"Gue tau awalnya lo cemburu sama gue. Lo sempet salah paham juga, 'kan?"

Anrez mengangguk. "Jujur, iya."

"Gue jelasin lagi, ya. Walaupun Tiara udah jelasin ke lo, mungkin lo bakal lebih lega kalau denger langsung dari gue."

"Gue sahabatan sama Tiara udah dari orok, Rez. Jadi lo pasti ngerti, sepenting apa Tiara buat gue. Walaupun selama gue di Jerman kemarin kita gak kontakan, tapi gue tetep inget dia. Gue seneng banget kemarin bisa ketemu dia lagi setelah bertahun-tahun gak ketemu."

Aries menjeda ceritanya sejenak. Ia tersenyum tulus ke arah Anrez. Sementara Anrez hanya menatap Aries seolah meminta untuk melanjutkan ceritanya.

"Gue sama sekali gak pernah naruh perasaan gue ke Tiara. Gue gak pernah libatkan perasaan dihubungan gue sama Tiara. Gue beneran gak bohong, Rez."

Anrez tersenyum. "Gue percaya, Ar. Maaf udah curiga sama lo."

"It's okay. Gue tau kalau gue tuh ganteng. Jadinya lo takut Tiara suka sama gue," kata Aries percaya diri.

Anrez mendengus. "Pede banget lo."

"Jangan cemburu lagi sama gue, ya. Tiara sama Saga lo gak cemburu, sama gue cemburu. Padahal, 'kan, Saga mantannya Tiara."

"Berisik banget sih lo," kesal Anrez.

"Marah-marah mulu lo. Cepet tua nanti Tiara gak mau sama lo lagi." Anrez berdecak kesal kemudian mengambil bantal sofa lalu memukulnya ke arah Aries.

"ANJIR. SAKIT SIALAN," pekik Aries.

"Berisik, gembel. Tiara lagi tidur."

"Lo kenapa mukul gue, cok?" Aries mengambil bantal sofa di belakangnya lalu membalas Anrez dengan memukulnya.

"Cari ribut, ya, lo sama gue?" tanya Anrez.

"LO YANG MULAI."

Anrez dan Aries terus bertengkar seraya saling memukul satu sama lain dengan sofa bantal, membuat keadaan ruang tengah berantakan.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang