23. Sakit

386 75 7
                                    

Ternyata kamu benar-benar mencintai seseorang ketika kamu tidak mampu membencinya meskipun ia sudah menyakitimu.

•••

"Anrez... ini..."

"PUAS KAMU? PUAS NYAKITIN AKU DENGAN CARA KAYAK GINI?" bentak Anrez.

"ITU KAMU SAMA SAGA, 'KAN?"

"E-enggak... ini..." Tiara terbata-bata, bahkan tak sanggup mengeluarkan suaranya. Air matanya berjatuhan. Ia masih tak bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

"Gini, ya, ternyata kelakuan kamu? Aku kurang apa sih, Tiara?" sarkas Anrez dengan suaranya yang sudah meninggi.

"D-dengerin a-aku dulu..." lirih Tiara.

Isaknya mulai terdengar, suaranya memelan. Hatinya terlalu sakit dengan apa yang Anrez lakukan padanya.

"GAK! GAK PERLU KAMU JELASIN, SEMUANYA UDAH JELAS!" emosi Anrez benar-benar sudah tak tertahan lagi.

"GAK PERLU KAMU SUSAH-SUSAH JELASIN SEMUANYA! AKU GAK BUTUH!"

Emosi Anrez meluap saat itu juga, tanpa bisa ia tahan. Air mukanya sudah memerah akibat marah, dadanya naik turun. Tak percaya dengan apa yang ia lihat. Seperti itukah Tiara di belakangnya?

"AKU GAK AKAN BISA MAAFIN KAMU LAGI! KAMU GAK PANTES BUAT AKU, TIARA!"

Anrez berlalu begitu saja saat sudah menyelesaikan kalimatnya. Cowok itu membuka unit apartemen Tiara dengan keycardnya. Berjalan keluar dan membanting pintu unit apartemen Tiara. Tak memberi kesempatan sedikit pun untuk Tiara agar bisa menjelaskan yang sebenarnya.

Deg

Jantung Tiara sekaan berhenti berdetak, dunianya runtuh seketika. Hatinya sakit, rasanya seperti diremas dan ditusuk oleh ribuan benda tajam. Kalimat yang Anrez lontarkan padanya bagai sambaran petir.

Suara pintu yang dibanting keras menambah rasa sakit yang menjalar di hatinya. Dunia Tiara runtuh seketika, seperti berhenti berputar detik ini juga.
Keyakinan dan kepercayaan yang ia bangun seakan runtuh di waktu yang bersamaan.

Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Tangannya semakin bergetar, kakinya semakin melemah sampai tak sanggup menopang tubuhnya. Foto yang berada di genggaman Tiara terjatuh berserakan di lantai.

Ia jatuh, terduduk di lantai. Tak lagi mampu mempertahankan kekuatannya lagi. Isak tangisnya pilu, air matanya semakin mengalir deras tanpa bisa dihentikan.

Betapa Tuhan dengan mudahnya membolak-balikkan keadaan. Tiara masih ingat betul kecupan terakhir Anrez yang mendarat di bibir manisnya.

Baru saja kemarin mereka menikmati momen berdua saat ulang tahun Anrez. Tiara masih mengingat pelukan hangat yang Anrez berikan padanya, nada khawatir yang cowok itu tunjukkan saat ia akan pulang. Masih mengingat betapa sejuk dan lembut suara Anrez menyapa telinganya.

Tapi sekarang semuanya berbanding terbalik, jauh berbeda. Perlakuan Anrez yang terkesan kasar padanya yang mampu membuat Tiara diam membeku.

Suara Anrez yang masih menggema di otaknya, terngiang-ngiang bahkan tak bisa pergi dari pikirannya. Terlebih kalimat terakhir Anrez yang masih terpatri jelas diingatannya mampu membuatnya hancur.

Hancur berkeping-keping, berserakan layaknya foto yang tertebaran di sekitar Tiara.

•••

"Assalamualaikum."

Eartha dan Atlas memasuki unit apartemen Tiara dengan keycard-nya. Eartha dan Elara memang mempunyai keycard unit apartemen gadis itu.

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang