86. Marah

357 74 8
                                    

"Anrez tuh—"

"Kenapa?" timpal Aries.

"Dia bersyukur gak sih sebenernya punya Tiara? Kalau enggak, biar Tiara buat gue."

Ting nong

Saga berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pintu unit. Cowok itu membuka pintunya, menampakkan sosok Anrez dengan raut wajah khawatirnya.

"Tiara mana?"

Saga tertawa remeh. "Lo baru nyariin Tiara sekarang? Perasaan lo terciduk sama Tiara udah beberapa jam yang lalu loh. Liat, sekarang udah jam 10 malem, dan lo baru ke sini sekarang?"

Anrez berdecak kesal mendengar ucapan dari Saga. Ia memilih untuk masuk ke unit apartemen Tiara tanpa merespon ucapan dari Saga.

"Tiara mana, Ar?" tanya Anrez.

"Menurut lo? Udah jam 10, dan menurut lo Tiara kemana?"

Anrez menghela napasnya. Ia sadar kalau sekarang dirinya harus menghadapi kedua cowok yang berada di unit apartemen Tiara. Baiklah, lagipula ini kesalahannya.

"Gue mau tanya sama lo," kata Saga dingin.

"Apa?"

"Lo sebenernya bersyukur gak sih punya Tiara? 2 minggu lagi kalian nikah, dan lo masih sempet bohong dan cari masalah?" tanya Saga.

Anrez menundukkan kepalanya. Ia sangat bersyukur mempunyai Tiara di hidupnya, apalagi sekarang posisinya gadis itu adalah calon istrinya. Tapi entah kenapa lidahnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan Saga. Menurutnya, itu adalah pertanyaan retoris.

"Kalau enggak, biarin gue ambil Tiara dari lo," lanjut Saga membuat Anrez menengadah.

"Maksud lo?"

Saga tersenyum miring. "Lo bersyukur gak punya Tiara? Lo bisa bahagiain Tiara? Gue liat Tiara selalu lo sakitin. Kalau gak bisa, biar gue yang bikin Tiara bahagia."

"Tiara calon istri gue," kecam Anrez.

"Belum jadi istri lo, 'kan?"

"Lo jangan macem-macem, ya!" sentak Anrez dengan air mukanya yang sudah merah padam menahan amarah.

"Lo yang macem-macem, bego."

Aries berdecak. "Kalau mau ribut di luar, Tiara lagi tidur."

"Rez," panggil Aries. Anrez mengalihkan pandangannya kepada Aries, sahabat dari calon istrinya.

"Gue kecewa banget sama lo. Tapi gue gak bisa apa-apa, karena Tiara sayang sama lo. Lo tau itu, 'kan? Jadi gue mohon sama lo, jangan sakitin Raranya gue. Selesaiin masalah lo sama Tiara. Kalau sampai lo buat Tiara sakit lagi, lo akan tau akibatnya."

•••

Tiara bangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya berbunyi. Gadis itu tersenyum ketika melihat segelas air yang berada di atas nakas. Pasti antara Aries atau Saga yang menyiapkan untuknya.

Gadis itu menyampirkan selimutnya lalu beranjak dari ranjang untuk mandi. Hari ini harus ia lewati dengan baik tanpa harus memikirkan masalah kemarin.

Setelah selesai mandi, Tiara duduk di bangku depan meja riasnya. Merias wajah cantiknya dengan natural. Tiara memastikan polesannya sudah sempurna, lalu keluar dari kamarnya setelah siap.

Matanya sontak melebar ketika melihat tiga lelaki tertidur dengan posisi yang sangat sulit dijelaskan.

Tiara menggelengkan kepalanya melihat posisi tidur ketiga cowok itu. Tapi ia bingung, kenapa bisa ada Anrez di sini? Apakah semalam cowok itu datang?

Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang