Bab7 : Perbincangan

44K 5.7K 51
                                    

Hati sabrina merasa sangat teriris melihat beberapa rumah dihadapannya. Dia tidak menyangka di tengah kota terdapat tempat seperti ini. Bukankah kerajaan Octavain termasuk kerajaan yang kaya. Tapi kenapa pemandangan seperti ini bisa ditemuinya di ibukota kerajaan Octavain. Rasanya dia sangat bersalah selama ini telah menikmati hidup keduanya di keluarga kaya. Bersantai-santai dan menikmati kekayaan dari keluarga Marques.

Dia pernah merasakan bertapa sulitnya hidup tanpa memiliki uang dan kekuasaan.  Seberapa berharga dua hal itu untuk bisa bertahan di dunia kejam ini. Tanpa ada dua hal itu seseorang akan selalu dipandang sebelah mata.

Tanpa dia sadar air matanya jatuh karena melihat semua keadaan ini. Tentu saja reaksi Sabrina tidak lepas dari tatapan pria tampan di sampingnya. Bahkan pria itu tidak menyangka kalau wanita yang terkenal suka menghamburkan uang seperti air terjun. Ternyata bisa menangis saat melihat keadaan menyedihkan di depannya. 

"aku tidak menyangka ada seorang bangsawan bisa menangis saat melihat tempat ini." ucap pria tampan di samping Sabrina. Hal itu langsung membuat Sabrina sadar kalau sudah mengeluarkan air mata. Langsung diusapnya air mata yang memasahi wajahnya.

"Apakah terlihat aneh jika aku menangisi nasib rakyat Octavain yang tidak seberuntung saya tuan." ucap Sabrina yang sekarang sedang menatap tajam pria di sampingnya. Tidak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Hanya matanya yang sedikit memerah yang menunjukkannya  baru saja menangis.

"Tidak, hanya saja semua ini juga terjadi karena para bangsawan yang tidak becus mengurus rakyatnya sendiri." ucap pria tampan yang Sabrina perkirakan bukan dari golongan bangsawan. Kalau dia lihat dari penampilan sederhananya. Tapi dia sadar tidak bisa melihat seseorang dari penampilannya. Seperti dirinya yang sekarang berpenampilan sederhana pasti tidak akan dicurigai kalau Sabrina dari golongan bangsawan. 

"Tidak seluruh bangsawan melakukan kejahatan. Hanya beberapa oknum yang memanfaatkan kekuasaan dan gelar mereka sebagai bangsawan untuk memperkaya dirinya sendiri. Bukankah orang yang tepat untuk disalahkan adalah keluarga kerajaan." ucap sabrina pada pria di sampingnya. Keduannya melanjutkan perjalanan mengikuti anak laki-laki yang sudah berada jauh di depan mereka. 

"Bisa dikatakan benar dan salah." ucap pria tampan itu yang sekarang tersenyum misterius di mata Sabrina. Tapi dia tidak ingin memikirkan arti dari senyuman itu. 

"Tidak semua keluarga kerajaan melakukan kejahatan. Salah satunya raja kerajaan ini. Yang mulia telah mencurahkan hidupnya untuk membuat negeri ini kemakmuran dan bertahan diantara peperangan antar kerajaan disekitar wilayah Octavain." ucap pria tampan itu yang sekarang memilih melihat pemandangan di depannya. Walaupun begitu dia bisa menebak reaksi wanita di sampingnya. 

"Ya kamu benar, kalau yang mulia sama seperti para penjahat bergelar itu. Mungkin kerajaan ini tidak akan bertahan lama. Tidak hanya karena kemiskinan saja tapi perang saudara dan perang dengan para kerajaan di sekitar wilayah Octavain." ucap Sabrina dengan matanya menatap sedih dengan keadaan di pinggir ibukota Octavain. Jarakkawasan kumuh ini dengan ibukota sangatlah dekat. Bukankah raja tahu tempat ini dan semestinya bisa menyelesaikan masalah ini lebih cepat. 

"Kamu benar tapi perang terus terjadi karena ada beberapa pihak yang ingin mendapatkan keuntungan dari semua itu. Hingga saat ini kerajaan belum bisa dikatakan makmur dan kaya. Jika kita masih bisa menemukan keadaan rakyat yang seperti ini di sekitar kita." ucap pria disampingnya sabrina yang sekarang tersenyum lebar. 

"Ya kamu benar, satu-satunya cara adalah untuk mengganti pemimpin negeri ini atau memastikan penerus dari raja sekarang bisa diberikan kepercayaan untuk kerajaan Octavain. Tapi aku tidak yakin masa depan negeri ini bisa melakukannya." ucap Sabrina dengan suara yang lebih peran. Tentu saja perkataannya bisa saja membawanya ke dalam penjara. Secara tidak langsung dirinya sedang memberikan kritikan keras terhadapan kepimpinan raja sekarang berserta putra mahkota. 

Senyuman lebar di wajah pria di samping sabrina belum  menghilang. Pria itu tidak menyangka wanita yang dikenal hanya bisa menghabiskan waktu untuk bergosib dengan para wanita bangsawan di kerajaan ini. Ternyata memiliki cara pandang yang cukup extream  dan berbahaya menurut pria itu.

"Sebaiknya nona tidak mengatakan hal itu pada orang lain. Mungkin anda bisa dalam bahaya jika ada yang mengetahui kritikan anda terhadap pemimpin kerajaan ini." bisik pria itu dengan suara pelan di telinga sabrina. Hal itu membuat Sabrina dengan cepat mendorong badan pria itu menjauh. Dia tidak nyaman dengan perlakuan pria itu padanya.

"Sebaiknya anda menjauh dan jangan melakukan yang melanggar norma kerajaan ini. Perlakuan anda tadi membuat saya tidak nyaman tuan." ucap Sabrina yang lansung berjalan cepat meninggalkan pria itu. Sedangkan pria tampan itu menatap dengan tatapan misterius.

"Kamu memang semakin menarik saja. Aku tidak sabar melihat pertunjukan kamu selanjutnya." gumam pria itu sebelum mengejar Sabrina dan anak laki-laki yang sudah masuk ke dalam sebuah rumah. 

Pada akhirnya Sabrina berniat memberikan bantuan untuk perawatan pria tua di depannya. Dia tidak menyangka kondisi pria itu sangat mengkhawatirkan. Ternyata ayah dari anak laki-laki itu adalah ksatria yang mendapatkan luka dari perang sebelumnya. Lukannya yang diderita ksatria itu tidak dirawat dengan baik karena kurangnya biaya. Pria tua itu harus mengundurkan diri dari pasukan kerajaan karena luka yang dideritanya. 

Sedangkan Pria tampan yang berdiri di samping sabrina sudah mengepalkan tangannya. Dia tidak menyangka akan menemukan salah satu ksatria yang pernah menjadi salah satu bawahannya. Bagaimana bisa ksatria yang sudah memberikan jasa besar seperti ini . Berakhir di tempat kumuh seperti ini. Seharusnya dia mendapatkan penghargaan dan hidupnya terjamin. 

"nona, biarkan saya yang menanggung pengobatan ayah dari anak ini." ucap pria tampan itu yang langsung mengalihkan tatapan Sabrina dari pria tua di depannya.

"Apa maksud tuan?"

"Saya adalah salah satu dari ksatria kerajaan. Seharusnya pengobatan untuk ksatria yang mendapatkan luka dari perang menjadi tanggungan kerajaan. Karena itu izinkan saya yang mengurus masalah ini." ucap pria itu. 

"Benarkah? apakah ucapanmu bisa aku percaya? nyawa pria ini sedang dipertaruhkan. Aku tidak ingin mengambil resiko besar. Bisa saja kerajaan ini tidak ingin membiayainya dan pada akhirnya yang menderita adalah anak laki-laki ini." ucap Sabrina yang masih tidak ingin mengikuti permintaan pria di depannya.

"Percaya pada saya nona Sabrina." 

"Bagaimana bisa kamu tahu nama saya? tuan." ucap Sabrina yang tidak menyangka kalau pria di depannya mengetahui namanya. Dia menatap curiga pada pria di depannya. Jangan bilang pria ini adalah mata-mata dari putra mahkota. 

Kalau benar itu, hidup Sabrina dalam bahaya karena secara keras mengkritik posisinya. Tapi mengingat respon pria ini tadi tidak menunjukkan kalau dia adalah tangan dari putra mahkota kerajaan ini.

"Aku tidak bisa mempercayaimu sebelum kamu bisa memberikan jaminan atas perkataanmu itu tadi." ucap sabrina yang membuat senyuman di wajah pria tampan itu terbit. Hal itu membuat sabrina bingung dengan arti senyuman itu. 

"Kamu pasti tahu arti dari benda ini." ucap pria tampan itu sambil menunjukkan sebuah bros dengan bentuk naga. Hanya satu orang yang diberikan bros dengan bentuk itu di negeri ini. Sabrina pernah melihat bros itu di dalam novel yang dibacanya. Wajah sabrina berubah pucat saat menatap pria yang masih tersenyum lebar padanya.

"Sekarang kamu tahu siapa aku bukan nona Sabrina?" ucap pria itu yang membuat sabrina merasa hidupnya akan berakhir saat ini juga. Sepertinya semua rencananya tidak berguna ternyata. 



The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang