Millie terbangun dari tidur nyenyak, dia terkejut saat tidak melihat nonanya. Dia hampir saja berteriak saat sebuah tangan mendekap mulutnya. Orang itu adalah velix, ksatria yang memiliki tugas menjaga nonannya.
"Tidak usah berteriak, nona sabrina berada di kamar yang mulia pangeran ketiga. Kamu siapkan pakaian dan makan untuk majikanmu itu. Makannya jangan terlalu banyak tidur." ucap Velix yang sudah melepaskan tangannya dari bibir. Pria itu berniat meninggalkan kamar itu. Tapi sebuah benda mengenai kepalanya." HEY." teriak velix. Kemarahannya seketika hilang saat menerima tatapan tajam dari Millie.
"Jangan lihat ke sini. Sana pergi tidak tahu tatakrama. Masuk ke kamar wanita tanpa permisi." ucap Millie bersamaan sebuah bantal melayang di wajah pria itu. Tanpa Millie sadari wajah velix sudah memerah karena menyadari kesalahannya. Pria itu langsung menggunakan sihirnya untuk pergi dari tempat itu secepatnya."Sialan dia melihat aku menggunakan pakaian ini." umpat Millie.
Sebenarnya pakaian millie hanya sebuah piaman yang panjang selutut. Hanya saja pakiannya sedikit transparan. Dia juga tidak ada niat menggunakan pakaian ini kalau bukan perintah nonannya yang menyebalkan itu. Dia kalah dalam permainan dan mengharuskan menggunakan piaman nonanya. Sedangkan Sabrina menggunakan piamannya.
"Sialan kenapa aku baru sadar sudah masuk ke tempat terlarang." umpat Velix yang sekarang berdiri di depan pintu kamar sabrina. Pria itu hanya berpindah ke balik pintu saja. Dia harus meminta maaf pada pelayan pribadinya. Ingatan tentang kejadian beberapa saat lalu mulai melewati pikirannya. Dia tidak yakin bisa menatap wanita itu dengan isi pikirannya yang mulai berjalan kemana-mana. Apalagi tadi dia tidak sengaja melihat pakaian dalam Millie dan kulit putih mulusnnya. "Shit." umpat Velix sebelum menghilang dari tempat itu. Bersamaan dengan pintu kamar terbuka menunjukkan Millie dengan wajah ditekuknya.
"Aku pastikan akan memberikan dia pelajaran. Awas saja saat nanti kita bertemu. Aku pastikan kamu tidak akan berani menggunakan sihirmu itu secara sembarang." ucap dalam hati sambil berjalan menuju kamar Max. Tanpa wanita itu sadari ada beberapa orang yang sedang mengamati tingkahnya.
tok-tok.
Sabrina berjalan menuju pintu. Dia ingat tidak meminta sesuatu lagi dari pelayan tadi. Saat dia membuka ternyata orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah pelayannya. Wajahnya tidak seramah biasanya. Mungkin ada yang membuat pelayan baik hatinnya kesal. Mungkinkah velix melakukan kesalahan pada pelayannya.
"nona." panggil Millie pada sabrina.
"Bagaimana kamu tahu aku ada di sini millie?"tanya sabrina yang lupa kalau dirinya sempat meminta velix memberi tahu pada millie.
"Saya yang harusnya menanyakan hal itu pada anda. bagaimana anda tidak membangunkan saya sebelum meninggalkan kamar? saya bisa gila kalau anda dalam keadaan bahaya." ucap Millie yang membuat sebuah senyuman merekah di wajah sabrina. Dia sangat senang dengan perlakuan baik dari pelayannya. Dia harus menjaga wanita ini. Sabrina tidak ingin kehilangan pelayan terbaik seperti Millie.
"Maafkan aku millie,tadi malam saya tidak bisa tidur. Jadi saya jalan-jalan sebentar sebelum tidur." jelas Sabrina yang membuat senyuman mengejek muncul di wajah pelayannya itu. "Kenapa kamu menatapa aku gila millie?" tanya sabrina pada pelayannya.
"Anda tidak perlu berbohong padaku kalau tadi malam rindu yang mulia pangeran ketiga." sindir Millie yang membuat kedua pipi Sabrina berubah menjadi merah. Padahal dia tidak berniat untuk menemui Max. Mungkin takdir saja yang mempertemukannya dengan max tadi malam.
"Berhenti menggodaku Millie, aku malu." ucap Sabrina yang membuat millie tidak bisa menahan tawannya. Interaksi keduannya tidak lepas dari tontonan para pekerja kediaman Ulyed. Mereka tidak menyangka kedua wanita yang memiliki dua kasta yang berbeda bisa seakrab itu. Padahal Sabrina terkenal sebagai bangsawan yang gila hormat. Tapi semua rumor yang bereda di seluruh kerajaan Octavain sepertinya hanya sebuah kebohongan belaka.
"Saya senang nona baik-baik saja, Nona ingin sarapan apa? anda belum makan bukan karena mengurusi tunangan anda yang manja itu." goda Millie yang sangat suka membuat nonanya tersipu malu seperti saat ini. Kapan lagi dia memiliki kesempatan seperti ini.
"Kamu ini sudah sana ah, aku ingin makan ringan saja." ucap Sabrina yang langsung menutup pintu dengan kencang. Sedangkan Millie hanya tertawa melihat wajah nonanya tadi. Dia langsung melaksanakan perintah dari sabrina.
"Siapa?"tanya liri dari seorang pria yang baru saja bangun. Sebenarnya dia tidak ingin sabrina ada di sampingnya saat kondisinya seperti ini. Tapi hati kecilnya tentu saja berbeda dengan cara otaknnya bekerja.
"Kamu sudah bangun." ucap sabrina yang berjalan menuju tempat tidur di mana Max merebahkan badannya. Dia tidak memiliki tenaga untuk bergerak sedikitpu. Semua ini efek dari sisi gelapnya yang mulia mengendalikan badannya.
"Kamu seharusnya tidak ada di sini Sabrina, terlalu berbahaya." ucap Max yang sekarang sedang merebahkan kepalanya di paha tunangannya. Sedangkan wajah Sabrina menatap jengah pada tunangannya.
"Kalau begitu kenapa kamu malah tidur di pahaku? aku tidak bisa pergi kalau begini." ucap Sabrina yang membuat tawa kecil keluar dari Max. "Kamu tidak pernah bisa manis sama aku ya." ucap Max yang membuat sabrina sekarang ingin melempar badan pria itu keluar dari kamar. Dia tidak lihat semua perlakuannya ini. Bukankah sudah bisa dianggap sebagai tindakan manis.
"Maaf." ucap max yang membuat amarah sabrina menghilang begitu saja." aku senang melihat wajah kesalmu itu. " ucap Max yang menikmati setiap elusan tangan sabrina di rambutnya. "Kamu tidak takut kalau aku bisa saja membunuhmu nanti." kata max lirih sambil menatap tangannya yang sudah bermunculan tatoo dengan tulisan aneh. Sabrina tidak bisa mengerti tulisan yang ada di tangan kanan pria itu.
"Aku takut." ucap Sabrina dengan jujur, dia tidak suka berbohong. Sejujurnya dia merasakan takut jika terjadi hal buruk pada Max. Dia yakin tunangannya tidak akan melukainnya." Aku takut kamu meninggalkanku." ucap Sabrina yang membuat Max memerah mendengar perkataan manis dari wanitannya.
Sangat jarang seorang sabrina mengatakan kata-kata manis seperti sekarang. Rasannya dia ingin menyimpannya agar bisa diulang berkali-kali perkataan manis dari Sabrina. Sayangnya hal itu tidak bisa dia lakukan.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu selamanya sabrina." bersamana dengan kedua mata pria itu tertutup. Tiba-tiba sabrina merasakan panas pada kulitnya yang bersentuhan dengan Max. Entah apa yang terjadi pada pria itu. Dia membaringkan badan Max ke tempat tidur. Sabrina melihat kulitnya memerah yang tadi bersentuhan dengan Max.
"Anda tidak seharusnya menyentuh badannya nona." ucap velix yang entah sejak kapan datang. " Sihir pengunci sedang meremah dan sisi gelap yang mulia yang ingin keluar membutuhkan banyak sihir unutk menghancurkan penyegelnya. Karena itu nona tidak semestinya berdekatan. Sihir anda bisa terkuras abis."jelas Velix yang membuat kedua mata sabrina melebar. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi sebenarnya.
"Aku tidak memiliki sihir velix."
"Itu tidak mungkin, anda saja yang belum menyadari sihir anda. Sihir anda sangat besar hal itu yang membuat yang mulia sangat mengkhawatirkan anda jika berada di sampingnya." jelas velix yang meletakkan beberapa batu sihir untuk membuat sihir perlindung. Sedangkan Sabrina masih memikirkan perkataan ksatria yang menjadi pengawalnya itu.
Para pembaca ku ini ada yang penasaran gak sih ekspresi brown kalau lagi nulis cerita ini? kalau ada bisa tebak ekspresi brown kaya gimana? btw malam ini update lagi kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...