Bab 77 : Takdir Derek

8K 1K 12
                                    

Air mata Derek terus mengalir bersamaan rasa sakit yang dirasakannya. Tatapan tajam diarahkannya pada kedua orang dihadapannya. Sedangkan Sabrina tersenyum lebar melihat maha karyanya. "Sekarang kamu terlihat sangat tampan." ucap Sabrina yang membuat Max terkejut mendengarnya. Ternyata kekasihnya sangat mengerikan pikir Max. 

"Sialan, Aku dengan baik hati mengajakmu untuk hidup bersama tapi kamu melakukan hal ini padaku." ucap Derek yang merasakan kesakitan setelah kedua tangannya ditebas oleh Max dan kakinya oleh Sabrina. Darah terus mengalir dari tubuhnya. Derek sudah tidak bisa melakukan apapun hanya menunggu kematian menjemputnya.

"Aku tidak pernah bilang ingin hidup bersamamu." ucap Sabrina dengan wajahnya saling bertatapan dengan Derek. Tentu saja hal itu membuat Max cemburu. Pria yang selalu cemburu dengan hal-hal kecil seperti ini. Apalagi saat tangan cantik kekasihnya mengelus wajah Derek. "Kamu saja tidak sadar kalau aku tidak lagi tertarik padamu Derek." Kata Sabrina dengan senyuman manisnya. 

Derek menatap tajam Sabrina. Tanpa wanita itu sadari dia menggunakan sisa energi sihirnya untuk membuat sabrina jatuh dalam kendalinya. Hampir saja Sabrina jatuh dalam sihir Derek. Kalau Max tidak langsung menutup kedua mata Sabrina. "Beraninya kamu menggunakan wanitaku." ucap Max sebelum pedangnya menebas leher pria itu. 

"Max." panggil Sabrina yang terkejut dengan sebuah tangan di depan matanya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi beberapa saat lalu. Max mengangkat badan sang kekasihnya ke dalam pelukannya. 

"Kamu tidak pernah belajar dari kejadian yang lalu." ucap Max yang menatap tajam pada Sabrina. Sedangkan wanita yang ditatap oleh Max tidak memahami perkataan kekasihnya itu. "Hampir saja Derek berhasil mengendalikanmu kembali." ucap Max dengan sebuah jentrikan pada dahi sang kekasih.

"Ah sepertinya mata indahnya membuatku terpaku tadi." ucap Sabrina malah membuat darah max membara. Bisa-bisanya sabrina memuji mata pria lain. "Aku baru sadar warna matanya bisa berubah dalam persekian detik. Mata yang indah bukan." ucap Sabrina yang sekarang menatap wajah kekasihnya. Dia menelan ludah saat melihat tatapan tajam dari sang tunangan padanya.

"Sepertinya kamu harus dihukum. Mata cantikmu itu selalu jelalatan kalau melihat pria lain." ucap Max dengan tatapan tajam pada Sabrina. Sekarang kedua wajah mereka sangat dekat. Sabrina menelan ludah saat melihat perubahan warna pada matanya. Dia sadar kalau dirinya dalam bahaya.

"Max aku..." ucapan Sabrina terpotong saat sebuah bibirnya menyerangnya. Keduannya saling bertautan dan sabrina tidak mau kalah dengan Max. Hal itu membuat Max tersenyum tipis aksi dari Sabrina dalam membalasnya. Entah sudah berapa lama mereka saling melepas rasa rindu mereka. Hingga sabrina melepaskan pautanannya karena kadar oksigen mulai menipis.

"Kamu semakin ganas saja sayang." ucap Max yang membuat sabrina merona karena perkataan kekasihnya. Dia menatap sebal dengan perkataan kekasihnya itu. "Bagaimana kalau kita menikah besok?"tanya max yang membuat kedua mata Sabrina melebar mendengar perkataan kekasihnya itu.

"Max kamu benar-benar gila. Ayo kita harus kembali. Vernand pasti menyerang Istana bukan?"tanya Sabrina yang dianggukkan oleh Max. Bagaimana Max tahu tentang itu semua karena semua ini termasuk dalam rencana mereka. Vernand dan Derek masuk ke dalam rencana yang dibuat oleh Sabrina dengan baik.

"Jangan buat aku khawatir lagi. Saat Velix mengatakan kalau kamu jatuh ke tangan Derek.Hal itu membuatku sangat khawatir padamu." ucap Max yang sekarang memeluk badan Sabrina dengan erat. Sedangkan wanita yang dipeluknya malah membuang nafas sebal pada kekasihnya yang manja ini. Padahal dia sudah memberi tahu tentang rencananya tapi bukan Max kalau tidak seperti ini.

"Bukankah aku sudah menjelaskan semua rencanaku malam itu." ucap Sabrina. 

Malam sebelum keduannya akan berpisah. Sabrina menyadari kalau ada seseorang  yang mendengarkan pembicaraannya mereka. Tentu saja orang itu adalah Derek. Bagaimana Sabrina mengetahuinya tentang itu. Bisa dibilang perasaan sabrina sangat kuat dalam hal itu. 

Karena itu dia sengaja mengajak kekasihnya masuk ke dalam kamar. Sebelum itu dia meminta Max membuat dinding perlindung untuk mereka saat keduannya berbaring di tempat tidur. "Jarang sekali kamu berinisiatif mengajakku tidur bersama. Jangan bilang kamu sudah tidak bisa menahan untuk membuat Sabrina kecil." goda Max dengan kedipan mata pada tunangannya yang dibalas dengan pukulan oleh Sabrina.

"Berhenti berpikir kotor. Kita hanya akan membuat rencana rahasia saja. Kamu hanya perlu membaca tulisan yang aku buat. Tapi kita akan terus berbincang. Kamu tidak boleh terlihat membaca tulisanku." bisik sabrina tepat pada telinga Max. Hal itu membuat rona merah muncul di kedua pipi pria itu. Sabrina tidak sadar tindakannya membuat Max tersiksa. Bagaimanapun dia juga seorang pria yang mudah terangsang dengan perbuatan sabrina. Apalagi wanita didepannya sangat cantik.

"Kenapa kamu terus melihat aku seperti itu." ucap Max yang hanya membuang wajah karena rona wajahnya di pipinya. Sedangkan Sabrina tersenyum lebar melihat rona merah di wajah tunangannya. "Sabarlah kita akan menikah setelah semua ini selesai." ucap Sabrina sambil menyelipkan secarcik kerta pada Max. 

Sabrina meninggalkan sabrina dan berjalan menuju balkon. Dia sadar kalau Derek sedang memperhatikannya. Pria itu pasti tidak akan memperdulikan tindakan Max saat ini. Sedangkan Max melebarkan matanya membaca rencana yang dibuat oleh tunangannya. Bagaimana bisa dia membiarkan dirinya menjadi umpan pada Derek. Hal itu membuat Max kesal dengan Sabrina . Dia berjalan menuju sabrina dan memeluk tubuh wanitannya dengan erat. Sebuah bisikan sangat pelan. "Kamu memang selalu membuatku kesal dengan rencana gilamu." bisik Max. 

Kembali pada masa sekarang. Max dan Sabrina berpindah tempat kuda Sabrina menunggunya. Mereka memang tidak berniat untuk bersama dengan rombongan Clovis dan Velix. Ada yang harus mereka lakukan sebelum membantu orang -orang di ibukota. "Kamu memang kejam pada kuda kesayanganku." ucap Max pada kekasihnya yang tegannya meninggalkan kuda kesayangannya. 

"Tidak usah merajuk. Dia saja tidak masalah bukan Black." ucap Sabrina yang dijawab dengan elusan pada wajah Sabrina. Tindakan kuda itu membuat Max menatap tajam pada kuda kesayangnnya. Hanya boleh dirinya saja yang bermanja dengan Sabrina. Tidak ada yang boleh melakukan selain dirinya bahkan hewan juga tidak boleh. Max menarik badan kekasihnya kedalam pelukannya. Sedangkan tatapan tajamnya mengarah pada kuda hitam itu.

"Setelah ini kamu harus dihukum karena sudah bermanja dengan wanitaku." ucap Max yang membuat Sabrina terkejut perkataan aneh tunangannya itu. Bagaimana bisa dia cemburu dengan seekor hewan yang bahkan tidak punya akal.

"Max." panggil sabrina dengan tatapan tajam. Tapi tatapan Max tidak kalah tajam juga. 

"Aku tidak suka kamu bersama dengan pria lain. Black kuda jantan karena itu kamu tidak boleh berdekatan dengannya. Kamu hanya boleh berdekatan denganku. Tidak ada protes." ucap Max yang membuat sabrina kesal. Dia tidak ingin bertengkar dengan tunangan gilanya ini. Hanya membuang-buang tenaganya saja. "Ayo kita berangkat." ajak Max pada sabrina yang masih diam.

Max langsung mengkat badan kekasihnya ke atas punggung Black. Sabrina tidak banyak protes dia mendiamkan Max. Hingga sebuah kecupan mendarat di pipi kanan Sabrina."jangan marah. aku hanya tidak ingin kasih sayangmu padaku terbagi. Kamu hanya boleh fokus padaku saja." bisik Max tepat ditelinga Sabrina. Rona merah muncul di wajahnya dan telingannya. Senyuman lebar juga terbit di wajah tampan Max karena berhasil membuat tunangannya tersipu malu. 

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang