Bab 56: Hukuman untuk Pengkhianat

13.5K 1.7K 34
                                    

Perjalanan Sabrina dan pasukan Max tidak berjalan mulus. Sebuah serangan menghentikan perjalan mereka. Tentu saja Sabrina dan Velix sudah tahu pelaku penyerangan pada rombongan mereka. Orang itu adalah putra mahkota yang ingin meleyapakan pangeran Max. Sayangnya orang yang diincar oleh orang -orang berbaju hitam yang menutupi seluruh badannya dan sebagai wajah mereka. 

Sabrina mengambil pedang yang sengaja dirinya simpan di bawa tempat duduknya. Pedang yang sengaja dibuat oleh Max untuknya. Sabrina tidak pernah menggunakan pedang itu karena terlalu indah untuk digunakan. Sayangnya hari ini dia harus menggunakan pedang itu. Dia tidak ingin duduk manis di dalam kereta kuda dan menyerahkan seluruh kekacawan itu pada velix saja. 

"Nona sebaiknya tetap di dalam kereta kuda. Biarkan saya yang menghabisi mereka semua." ucap Velix yang tahu kondisi nonannya belum sepenuhnya kembali sedia kala. Banyak sihir yang terserap tuannya yang menyebabkan Sabrina hampir kehilangan energi kehidupannya. Beruntungnya Sabrina bisa melewati masa kritisnya. Dia tidak akan membiarkan wanita dari tuannya dalam bahaya lagi.

"Kamu bukan max yang bisa mengaturku. Selain itu kita harus bergerak cepat. Lupakan kondisiku saat ini. Pembunuh yang dikirimkan oleh putra mahkota pasti memiliki keahlian setara dengan Max. Hal itu akan membuat para ksatria kewalahan. Jangan membiarkan korban jiwa turun hanya karena penyerangan ini velix." ucap Sabrina yang sudah keluar dengan pedang berwarna putih bersih. Sebuah ukiran indah pada pedangnya sekarang sudah terkotori oleh darah para musuhnya. 

Millie tidak bisa menahan nonanya. Dia seorang pelayan yang hanya bisa menuruti perintah nonannya. Karena itu Millie menggunakan sihirnya semaksimal mungkin untuk membantu nonanya. Setidaknya dia bisa melindungi nonannya dari panah yang mengarah pada Sabrina. Sedangkan Velix mencoba untuk fokus melawan para musuh. Dia sedikit khawatir dengan dua wanita yang harusnya menjadi tanggung jawabnya itu. 

Sedangkan Sabrina dengan mudah menangkis semua seranga yang mengarah padannya. Dia tidak mengeluarkan setengah dari tenaganya untuk menyerang mereka. Hal itu yang membuat para pembunuh bayaran terkejut dengan keahlian berpedang tunangan dari pangerna ketiga. Memang tidak banyak yang tahu tentang kehandalannya dalam berpedang atau bela diri lainnya. Hanya Max, velix dan para ksatria yang berada di bawa kepemimpinan tunangannya. 

Entah sudah berapa banyak musuh yang tumbang karena serangan bertubi-tubi Sabrina. Hal itu juga yang membuat ksatria yang bersama dengan rombongan Sabrina terpukau. Gerakan yang sangat mematikan dan indah menurut mereka.

"Butuh ribuan tahun untuk kalian mengalahkan keahlian pedangku." ucap Sabrina setelah selesai mengalahkan sang pemimpin dari pasukan yang dikirim oleh putra mahkota. "Kalian benar-benar terlalu nekat. Membunuh pangeran ketiga hahahha bukan max yang mati tapi kalian semua." ucap sabrina yang sekarang mengarahkan pedangnya pada leher pria di hadapannya. Senyuman tipis bersamaan dengan tebasan pedang sabrina yang membuat orang -orang terkejut melihat kekejaman nona mereka. 

Walaupun Sabrina terkenal sebagai bangsawan yang kejam pada orang -orangnya. Tapi mereka tidak menyangka wanita cantik dan manis seperti sabrina bisa menebas kepala dengan sekali serangan. Bahkan wanita itu tidak terlihat ketakutan saat menebas kepalanya. Sabrina benar-benar sanga cocok dengan tuan mereka yang sangat kejam juga.

"yang mulia pangeran max dan nona sabrina benar-benar pasangan yang serasih. Kedua-duannya sangat kejam bahkan tidak ada rasa belas kasihan dari wajahnya." ucap salah satu ksatria dari pasukan max. Teman-temannya mengangguk membenarkan perkataan ksatria itu."Kamu benar nona sabrina benar-benar kejam. Tapi dia terlihat cantik meskipun berlumuran darah." ucap ksatria lain yang malah terpesona dengan Sabrina.

"Sebaiknya kalian menjaga lisan kalian. Jangan sampai yang mulia max menebas lidah kalian karena pujian pada nona sabrina." ucap velix yang membuat para ksatria langsung berhenti berbicara. Peringatan dari atasan mereka benar.  Kalau tuannya pasti tidak terima kalau ada pria lain yang memuja tunangannya. Masih teringat dalam benak mereka semua perkataan dari max yang tidak mengizinkan satu orangpun menatap tunangannya lebih dari lima detik. 

Sabrina yang belum menurunkan kewaspadaanya. Dia menyadari sebuah panah yang diarahkan pada Millie, Entah apa alasan dari penyerang itu mengarah tunangannya. Sabrina langsung berlari dan menangkis panah itu. Dia bersyukur kalau panah itu tidak melukai pelayannya. Sayangnya dia tidak sadar saat seseorang yang tiba-tiba muncul dan menusuk perut kananya. 

Kejadian yang terjadi sangat cepat. Velix terkejut saat melihat ada keadaan nonannya. Saat ingin menyerang orang yang menikam Sabrina. Orang itu sudah menghilang dari hadapan mereka. Sebuah suara yang menggema muncul membuat mereka kembali waspada.

"anda tidak semestinya mengkhianati tuanmu. Hal ini baru awal untuk pengkhianat seperti anda yang sudah diberikan kepercayaan besar oleh tuan kami." ucap suara pria yang perlahan menghilang. 

Sabrina menekan luka diperutnya. Entah sudah berapa banyak darah yang mengalir akibat serangan itu. Velix dan Millie langsung bergerak cepat. Mereka membawa badan nonanya itu ke dalam kereta kuda.

Kereta kuda berjalan dengan cepat meninggalkan pasukan max yang sengaja ditinggalkan. Mereka akan membersihkan dan mengamankan orang -orang yang masih hidup. Tentu saja hal itu bisa membantu untuk menemukan bukti penyerengan putra mahkota terhadap rombongan pangeran ketiga dan pasukannya. 

"Nona bertahan kita akan segera sampai ke istana." ucap Millie yang langsung dijawab dengan gelengan kepala. Dia tidak boleh pergi ke istana. Max akan sangat khawatir saat mengetahui keadaanya saat ini. Sabrina tidak ingin mengganggu pikiran tunangannya. Sudah cukup masalah kematian raja dan putra mahkota. 

"Kita berhenti di penginapan terdekat. Velix kamu bisa mencarikan aku tabib untuk mengurus luka ini. Kalian berdua harus merahasiakan hal ini terlebih dahulu. Sebuah semua bukti sudah kita temukan. Jangan sampai serangan hari ini bisa menjadi bumerang untuk Max." ucap Sabrina. Kedua orang yang sedang menatapnya tentu ingin menolak perintah Sabrina. Tapi velix sadar hal yang diucapkan oleh nonannya lebih baik. 

Tuannya harus fokus dengan masalah yang diakibatkan oleh kakaknya itu. Tidak hanya itu saja putra mahkota bisa saja mengambil kekuasaan raja. Hal itu akan membawa malapetaka untuk kerajaan. Pria yang tidak mengerti kekuasaan dan cara mengurus rakyat. Entah apa yang terjadi pada kerajaan ini jika hal itu dibiarkan.

"Tapi nona.." ucap Millie terpotong oleh velix.

"Kita harus mendengarkan perintah tuan kita. Apa yang dikatakan oleh nona memang benar. Kita harus menyembunyikan kejadian ini dari publik. Masalah tentang kematian raja bukan masalah kecil. Selain itu kita tidak bisa langsung mengarahkan penyerangan ini pada putra mahkota. Para bangsawan sudah tahu seberapa berharga nona sabrina bagi pangeran ketiga. Dengan keadaan seperti ini mereka pasti memanfaatkannya untuk menekan pangeran mundur dalam perebutan kekuasaan ini." jelas Velix yang membuat Millie hanya bisa menangis pelan melihat keadaan nonannya. Dia merasa gagal untuk kesekian kalinya. Kalau saja nonannya tidak menyelamatkannya. Sabrina tidak akan terluka seperti ini.

"Tidak perlu menyalahkan diri sendiri Millie. Sejak awal pria itu memang mengarah padaku. Aku sudah menduga akan jadi seperti ini jika berpaling dari samping putra mahkota. Pria itu sudah memperingatiku sejak awal. Kematian yang menanti akibat penghianatanku." ucap sabrina dengan senyuman tipis. Perlahan kesadarannya menghilang karena terlalu banyak yang menghilang dari tubuhnya. Apalagi kondisi badan sabrina belum sepenuhnya sehat seperti sedia kala.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang