Max berjalan menuju ruang pribadinya di istana. Wajahnya terlihat sangat dingin berbeda dengan hatinya saat ini bermekaran bunga-bunga. Sebenarnya dia tahu kalau tunangannya itu tidak sengaja memberikan bunga dengan arti duka cita. Bagaimana dia tahu itu semua. Karena tadi malam orang yang memantau gerak gerik sabrina bukanlah bayangannya tapi dirinya sendiri.
Entah alasan apa yang membuat max melakukannya. Sejak pertemuan pertamanya setelah kembali dari medan perang. Dia tidak begitu curiga pada Sabrina. Seakan seluruh kecurigaan pada Sabrina hilang saat dia berbincang dengan tunagannya itu. Meskipun dia masih menganggap keberada Sabrina di sampingnya bisa membahayakannya.
Tapi untuk saat ini dia ingin menikmati setiap usaha wanita itu. Max sudah tahu perbincangan tunangannya dengan putra mahkota yang meminta sabrina untuk mendekatinya. Jadi lambat laun dia tetap akan melaksanakan rencananya untuk menghabisi Sabrina.
"Sedikit bermain sebelum dia benar-benar menghilang dari dunia ini." ucap Max dengan senyuman tipisnya.
"Aku tidak menyangka amnesia bisa membuat orang menjadi bodoh." gumam Max dengan senyuman tipis belum hilang juga. Hal itu membuat tangan kananya menatap takut pada tuannya. Bagaimana tidak selama dia melayani pangeran ketiga.
Hampir tidak pernah dia melihat pria itu tersenyum tulus seperti saat ini. Meskipun senyumannya sangat tipis. Tapi dia tahu kalau tuannya baru saja menemukan mainan barunnya. Selama ini Max hanya akan tersenyum jika sudah menghabiskan musuhnya. Bukankah pemandangan di depannya bisa dibilang sangat langka dan harus diabadikan. Seorang pangeran yang terkenal sangat berbahaya dan terkena kutukan ini. Bisa tersenyum hanya karena rangkain bunga yang bermakna duka cita.
Secara tidak langsung orang itu berharap tuannya mengalami hal buruk. Padahal Max baru saja mendapatkan kemenangan di medan perang. Tidak hanya bisa meminimalisir korban dari pasukannya. Dia juga mendapatkan wilayah yang selama ini diingankan oleh kerajaan Octavain.
Wilayah yang sangat subur dan banyak ditanami bunga Hogwult. Meskipun bunga itu dilarang di di beberapa kerajaan. Tapi bunga Hogwult memiliki sejarah dan kenangan baik di mata kerajaan Octavain. Selain itu keturunan asli dari kerajaan Octavain terkenal sangat kebal dengan racun bunga Hogwult. Karena itu kerajaan ini masih melakukan pembudidayaan bunga hogwult. Meskipun mendapatkan cekaman dari kerajaan tetangga.
"Tuan baik-baik saja?"tanya pria berambut merah dengan mata coklat itu. Dia adalah tangan kanan pangeran ketiga sejak usia Max berusia 12 tahun.Hal itu yang membuatnya sangat mengenal tuannya.
Hampir seluruh orang di kerajaan Octavain sudah mengakui kepintaran dan keahliannya dalam merancang strategi perang dan politik. Hal itu yang membuat Putra mahkota merasa sangat terancam. Karena diusianya yang baru menginjak 15 tahun saat itu tidak bisa seperti Max.
Keberadaan Pangeran ketiga memang dianggap anugrah sekaligus malapetakan. Semua ini karena kutukan yang bersarang di dalam tubuh pangeran. Sebuah kutukan yang bisa membuat kerajaan kehancuran pada negeri ini. Tidak ada orang yang bisa menghapus kutukan ini hidup Max. Walaupun tato hitam di wajahnya sudah hilang sejak menginjak 17 tahun. Tapi Max sadar kutukannya tidak sepenuhnya hilang.
Sekarang usia pangeran ketiga adalah 20 tahun. Meskipun begitu dia sudah memiliki banyak pengalaman di medan perang. Sebagai pangeran yang dipandang sebelah mata karena kutukannya. Tapi hal itu juga dimanfaatkan oleh raja dan putra mahkota untuk membuatnya turun ke medan perang. Kutukan yang memberikan dirinya kekuatan besar melebihi raja kerajaan ini.
Sihir bukanlah hal yang aneh di kerajaan ini. Hampir seluruh bangsawan di kerajaan Octavain pasti memiliki sihir. Tapi jenis sihir setiap orang miliki sangat berbeda. Seperti yang dimiliki oleh pangeran ketiga adalah sihir pengendali dan pencipta. Sihir yang memberikan penggunannya kekuatan untuk mengendalikan sesuatu disekitarnya. Sedangkan sihir pencipta adalah Kekuatan yang membuat Max bisa memunculkan elemen alaman sesuai keinginannya. Walaupun begitu penggunaan kedua sihir itu memberikan efek negatif terhadap kondisi tubuhnya dan segel kutukannya.
Max tidak bisa menggunakan sihirnya sesuka hati karena bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Sebuah pedang yang memiliki dua sisi potong. Itulah sihiryang dimiliki oleh max yang mematikan untuk lawannya maupun dirinya sebagai penggunanya.
"Menurut kamu hukuman apa untuk wanita yang mendoakan tunangannya dalam keadaan buruk?"tanya Max pada tangan kanannya yang tak lain Clovis. Anak dari salah satu bangsawan yang sangat setia pada pangeran ketiga dan memiliki kekuatan sama besar dengan keluarga Valendric.
"Menurut saya hukuman yang tepat adalah..." ucapan Clovis terpotong bersamaan dengan pintu yang terbuka. Clovis tidak menyangka ada orang yang berani masuk ke ruang tuannya tanpa permisi. Orang itu adalah wanita yang sudah membuat tuannya tersenyum lebar dan kesal dalam waktu bersamaan. Entah apa yang membuat wanita bangsawan itu berlaku tidak sopan pada pangeran ketiga.
Walaupun dia tahu Sabrina memiliki kekuatan yang cukup besar di negeri ini. Bagaimanapun keluarga Valendric memegang kendali dalam bidang ekonomi. Hampir sebagai besar pendapatan kerajaan Octavain didapatkan dari pajak usaha milik keluarga Valendric.
"nona anda tidak seharusnya..." ucapan Clovis kembali terhenti saat melihat tangan tuannya diangkat yang secara tidak langsung memintanya berhenti berbicara. Entah apa yang terjadi setelah ini. Satu hal bisa dia bayangkan adalah wanita cantik itu akan berakhir mengenaskan. Tidak ada orang bisa selamat dari amukan pangeran ketiga.
Bahkan Raja saja tidak ingin berurusan dengan pangerna ketiga. Walauapun dia hanya menjadi seorang pangeran. Tapi jasa dan kekuasaan yan dimilikinya sekarang cukup berbahaya untuk kerajaan ini. Raja tidak ingin mengambil resiko besar. Apalagi kehilangan pion untuk dia korbankan di medan perang.
"Keluarlah Clovis, sepertinya tunanganku ingin melepas rindu karena sudah ditinggal beberapa hari ke medan perang. Aku tidak menyangka akan semanis ini tunanganku bertindak jika sedang dilanda rindu." ucap Max yang terdengar seperti sindiran bagi Sabrina.
Tentu saja Sabrina mengerti dari setiap kata sindiran yang dilontarkan pria itu. Dia sama sekali tidak rindu pada pria itu. Tindakannya saat ini tidak sesuai dengan etika seorang bangsawan. Tidak sampai disitu saja kesalahan yang diperbuatnya.
Kalau dihitung seberapa banyak dosa yang dibuatnya pada pria ini. Mungkin sudah banyak mengingat sikapnya di pertemuan pertama sangat buruk. Apalagi Sabrina dengan muda membicarakan keluarga kerajaan dengan pangeran ketiga yang terkenal sangat royal dengan kerajaan ini.
"Baik tuan." ucap Clovis yang memilih untuk mengikuti perintah tuannya. Dia juga tidak ingin menjadi saksi kekejaman tuannya dalam menyiksa wanita cantik itu. rasanya dia tidak tega kalau nona Sabrina berkahir mengenaskan seperti korban-korban amukan pangeran ketiga.
Pintu ruang kerja Max ditutup oleh Clovis bersamaan dengan keringat dingin yang mulai membasahi seluruh badan Sabrina. Sebenarnya dia sekarang sedang mengambil resiko terbesar. Bagaimana tidak dia akan berbicara dengan malaikat kematiannya di masa depannya. Dia hanya berharap kalau hari ini bukan hari kematiannya.
"Kalau dia akan membunuhku sekaran, sabrina kamu harus kembali. Biarkan kamu saja yang merasakan pedang tajam itu menebask leher ini." gumam Sabrina dalam hati.
Jangan lupa vote dan comment ya. Biar aku semangat nulis bab selanjut. Sesungguhnya aku selalu merindukan setiap komentar kalian loh heheheheh. Selamat menikmati ceritanya. Kalau banyak vote dan comment aku post lagi loh .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...