Max terus menerus memberikan serangan pada Vernand. Hal itu membuat Vernand kesulitan untuk memberikan serangan balik. Tidak ada kesempatanya untuk mencari celah dari pergerakan Max yang sangat cepat. Apalagi kecepatan dan kekuatan semakin menikat.
"Sialan kalau dibiarkan terus dia bisa membunuhku." gumam Vernand dalam hati. Tanpa pikir panjanga dia mengerluarkan bola apinya dari kanan kirinya. Dia lemparkan pada Max tapi dengan mudah ditangkis dengan pedangnya.
"Jangan bermain denganku Vernand. Aku ingin segera menyelesaikan pertarungan ini." ucap Max. Ia melapiskan pedangnya dengan api hitam miliknya. Hal itu membuat Vernand langsung melakukan hal yang sama dengan Max. Mata keduanya sudah berubah menjadi merah.
"Benar juga, kita harus segera menyelesaikan pertarungan ini." ucap Vernand yang tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia merasa diremehkan oleh Max. Bagaimanapun perbedaan usia keduannya membuat Vernand kesal saat mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh Max. Dia ingin membuktikan kalau dirinya adalah orang terkuat.
Keduanya saling menyerang dan menangkis. Pergerakan yang sangat cepat dan gelombang dari pertemuan kedua pedangnya membuat dinding perlindung hancur begitu saja. Pasukan Max dan Vernand menatap pemimpin mereka. Hanya bertahan beberapa saat hingga mereka kembali saling menyerang dan menjatuhkan.
"Velix." anya menggunakan sihir telepartinya pada pengawal Sabrina. Mereka hanya bisa mengandalkan pria itu untuk menyelamatkan sabrina. Bagaimanapun mereka tahu akibat dari sihir Derek. Mereka tidak ingin kejadian yang lalu terjadi pada Sabrina lagi.
"nona Anya." jawab velix yang masih menyerang para pasukan vernand. Tidak sulit untuknya menjatuhkan pasukan dari musuh. Walaupun fokusnya pada sumber suara itu. Tapi dia tidak menurunkan kewaspadaanya.
"Velix kamu harus mencari Sabrina."
"Nona Sabrina sudah sadar?" tanya Velix sambil menebas salah satu musuh yang berniat menyerangnya. Entah sudah berapa pasukan musuk yang jatuh ditangan dinginnya itu.
"Iya, Sabrina sedang pergi menemui Derek. Dia berniat untuk membunuh Derek dengan tangannya sendiri." ucap Anya yang membuat Velix membuang nafas kasar. Dia langsung menggunakan sihir teleportasinya. Tidak membutuhkan waktu lama untuknya berpindah ke tempat sabrina berada. Tapi satu hal yang membingungkan untuknya adalah dia berada di depan sebuah rumah kecil.
"Nona anya." panggil Velix tapi tidak ada balasan.
"Velix." panggil Sabrina yang muncul dari belakangnya. Ia menggunakan baju zirah perangnya. Terlihat sangat pas dibadan kecilnya. Meskipun begitu kecantikannya sama sekali tidak berkurang. Rambut panjangnya diikat ekor kuda.
Velix berjalan mendekati Sabrina. Ia sangat khawatir dengan keadaan nonanya. Apalagi nonanya masih terlihat sangat pucat. Saat dia berniat untuk membawa sabrina kembali, nonanya itu langsung menahan tangan velix. "Velix, hentikan. aku tidak bisa kembali sebelum menyelesaikan membunuh Derek. " ucap Sabrina dengan tatapan dinginya. Meskipun dia merasakan badannya yang masih lemah. Tapi dia tidak boleh terlihat lemah. Sekarang seluruh rakyat berada di tangannya. Jika dia mundur seluruh rakyat octavain akan berakhir seperti dalam mimpinya dan sabrina tidak akan bisa membiarkan itu terjadi.
"Tapi nona, anda baru saja sadar. Badan anda masih lemas. Saya mohon kita kembali saja ke istana." mohon Velix. Dia tidak ingin kembali melihat tuannya hancur seperti beberapa jam lalu. Dimana tuannya terlihat seperti mayat hidup. Seluruh jiwa dan semangat hidupnya benar-benar dibawa oleh nonanya.
"Velix, aku tidak segan-segan menyerangmu kalau kamu tetap menahanku." peringatan sabrina yang membuat velix kembali mundur. Dia tidak bisa memaksa nonanya. Pada akhirnya ia akan tetap kalah dan tidak ada yang bisa melindungi nonanya.
"Kalau begitu biarkan saya menemani anda." ucap Velix yang membuat sabrina terdiam. Sebenarnya dia tidak ingin mengajak Velix. Karena dia bisa saja terkena sihir dari velix. Hal itu bisa membahayakan dirinya maupun velix. Tapi ia juga tidak bisa menolak permintaan dari velix.
"Baiklah, tapi kamu tidak boleh menatap mata Derek secara langsung. Hindari kontak mata dengan orang -orang yang nanti kita temui. Rumah ini berisi illusi yang dibuat oleh Derek. Aku tidak yakin bisa menyelamatkanmu." ucap sabrina yang langsung dianggukkan oleh Velix.
"Baik nona." ucap Velix yang langsung mengikuti langkah nonanya. Dia harus bisa menjaga nonanya. Meskipun nyawanya menjadi taruhannya. Velix tidak ingin lagi melihat nonanya seperti beberapa waktu yang lalu lagi.
"Velix, aku tidak ingin kamu mengorbakan hidupmu untukku. Satu hal yang kamu harus ingat masih ada yang menantimu kepulanganmu dari perang ini." ucap Sabrina. Mereka baru saja memasuki rumah kecil itu. Seperti yang sudah sabrina perkirakan bahwa penampilan depannya hanya illusi untuk menutupi bangunan sebenarnya.
Sebuah istana besar dengan lahan kosong yang sangat luas. Seperti perkiraanya pasukan sebenarnya vernand ada di tempat ini. Hadapan sabrina adalah ratusan atau ribuan pasukan Vernand yang sedang berbaris menunggu komando dari Vernand. Tentu saja Velix terkejut dengan pemandangan di depannya.
"Velix, kamu masih kuat untuk bertarung?"tanya sabrina yang dijawab dengan anggukkan kepala meskipun wanita itu tidak melihatnya. Dalam hitungan detik, keduannya langsung berlari sambil menarik pedang di pingganya. Kedua orang itu bertarung dengan seluruh pasukan tersembunyi Vernand.
Tanpa sabrina sadari, Derek sedang melihatnya dari atas balkon kamarnya. Dia melihat wanita dicintainya sudah bermandikan darah pasukannya. Tak ada minat untuk ikut serta bertarung dengan sabrina maupun Velix. Hanya duduk dan menonton semua kelincahan dari wanita yang dicintainya itu dalam berpedang. Sebuah hal yang tidak pernah dia duga sebelunya kalau wanita cantik itu bisa menggunakan pedang. Bahkan tak ada rasa belas kasih dalam setiap tebasnya.
Tangannya terangkat yang menunjukkan kalau pasukan panah ikut menyerang sabrina dan velix. Hal itu membuat keduannya terpojokkan dari berbagai arah. Meskipun tidak membuat kedua orang itu putus asa. Entah berapa banyak luka yang di dapatkan keduanya dari serangan musuh.
Keduannya hanya fokus untuk menjatuhkan musuh tanpa peduli panah yang sedang mengarah pada mereka. Tangan dan kaki Velix sudah terkena beberapa panah yang tidak bisa ditangkisnya. Sedangkan Sabrina hanya mendapatkan luka pada tangannya karena pedang dari musuh. Wanita itu sangat lincah dalam menangkis setiap panah dan serangan dari musuh. Hingga sebuah panah tanpa disadarinya mengarah pada punggunya.
Velix yang melihat panah langsung mendorong tubuh sabrina. Hal itu membuat panah itu tertancap tepat pada punggung velix. Sabrina terkejut langsung berlari dan mencoba menangkis setiap panah yang kembali mengarah pada velix. Dia juga terus menerus menahan serangan dari musuh. Sedangkan Velix kesulitan bergerak karena terlalu banyak panah yang menancap pada tubuhnya.
Saat panah kembali mengarah pada velix. Sedangkan saat itu sabrina harus menangkis serangan pedang dari pasukan lainnya. Ia mencoba untuk menggapai tubuh velix tapi ia tidak bisa sampai. Hanya suara teriakan yang menggelegar di tempat itu.
"VELIX" teriak sabrina.
Yuhu mari kita malming, 1 bab buat malming hari ini. MAri tunggu beberapa bab selanjutnya wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...