Bab 6 Berjalan-jalan

45.1K 5.6K 48
                                    

Sabrina tidak ingin melewatkan kesempatannya untuk menikmati keadaan kota yang baru dirinya lihat. Terlihat sangat ramai dengan para rakyat kerajaan yang sedang berinteraksi dalam kegiatan jual dan beli. Selama dirinya menjadi sabrina, dia tidak  pernah keluar dari kediamannya. Tentu saja ada alasan sendiri untuknya. 

Sejak dia tahu waktu hidupnya tidak lebih dari 3 bulan lagi. Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh Sabrina untuk menyelamatkan hidupnya. Walaupun Sabrina terlihat seperti orang yang tidak berkegiatan. Tapi dia tidak benar-benar seperti saat menghabiskan waktunya di dalam kamar. Dia sudah menyiapkan rencana untuk bertempur dengan para musuh yang akan menjadi faktor kematiannya. 

"Berhenti." teriak Sabrina yang membuat kereta kuda berhenti. Millie menatap nonanya. 

"aku ingin berjalan-jalan dulu sebelum kembali." ucap Sabrina pada Millie yang dianggukan oleh pelayannya. 

Sabrina turun dari kereta kuda, banyak penduduk yang memandangnya. Entah apa yang membuat mereka tertarik dengan dirinya. Padahal kereta kudanya tidak terlihat mencolok. Tapi mereka memandang Sabrina seperti melihat sesuatu yang asing.

"kenapa mereka semua memandangiku seperti itu millie?"tanya Sabrina pada pelayannya.

"karena hari anda terlihat sangat cantik nona." ucap Millie. Penampilan nonanya memang terlihat sederhana dan tanpa makeup tebal yang menghiasinya. Tapi nonanya terlihat sangat cantik dan menawan. Wajah indahnya yang tanpa makeup membuat orang-orang bisa menikmati kecantikan dari wajah nonanya. 

"Ah kamu sangat pandai memuji millie." ucap sabrina yang langsung meninggalkan pelayannya. Dia tidak kesal atau tersanjung. Sabrina memang mengakui wajahnya badan ini memang sangat cantik. Sayangnya sabrina asli lebih suka berdandan tebal yang membuat wajah cantiknya tidak terlihat. Bukannya cantik dia malah terlihat seperti ondel-ondel kalau di kehidupan sebelumnya. 

"Nona berniat untuk membeli sesuatu?"tanya Millie pada nonanya.

"Mungkin beberapa buku yang menarik akan aku beli untuk menemani waktuku." ucap Sabrina yang membuat millie terkejut mendengarnya. Nonanya sangat membenci buku. Dia tidak suka membaca buku karena menurutnya hanya membuang-buang waktu. tapi sekarang nonanya berubah menjadi seseorang yang menghabiskan waktunya dengan buku. 

Selama satu minggu ini selain tiduran dan makan, nonanya sesekali meminta untuk mencari buku. Nonanya bisa menghabiskan waktu dengan bukunya sekarang. Jujur Millie belum terbiasa dengan berbagai perubahan dari nonanya. Walaupun dia senang perubahan baik yang dilakukan oleh nonanya. 

Tanpa sadar Millie dan Sabrina sudah terpisah. Sabrina yang terus berjalan tidak tentu arah. sedangkan pelayannya malah melamun memikirkan perubahan dari nonanya. Sekarang sabrina berada di tengah kota yang padat dengan pertokoan. 

Sebuah keributan membuatnya tertarik untuk melihatnya. Saat itu dia terkejut melihat anak kecil yang sedang tersungkur dengan mendekap sesuatu di dadanya. Wajahnya sudah penuh dengan air mata. Tidak lupa dengan wajah ketakutannya. Orang-orang hanya mengelilinginya saja tanpa ada yang berniat membantunya. Sedangkan ada seorang pria dewasa yang sedang memarahinya. 

"Kamu memang pencuri kecil kembali benda itu padaku."

"Tidak tuan saya tidak pernah mencuri. Barang ini milik ayah saya sedang sakit. Saya datang untuk menjualnya bukan mencurinya." ucap anak laki-laki yang sepertinya berusia 5 tahun. Pada pipi sebalah kananya sudah memerah mungkin karena sebuah tampatan. 

Sabrina yang tidak bisa terima dengan perlakuan pria tua itu pada anak kecil di hadapannya. Bagaimanapun sabrina adalah seorang yang sangat menyukai anak kecil. Jadi dia tidak akan membiarkan anak kecil yang menangis itu tertindas. 

Saat tangan pria itu berniat untuk menampar kembali wajah anak kecil itu. Secara cepat Sabrina menahannya walaupun membuat tangannya sedikit sakit. Sepertinya dia harus melatih badan sabrina agar tidak selemah ini.

"Siapa kamu menggangguku untuk memberikan hukuman pada anak kecil ini." teriak pria itu yang tidak terlima dengan kedatangan Sabrina.

"Anda tidak boleh melakukan penyiksaan pada anak kecil tuan. Jika anda mengatakan kalau anak kecil adalah pencuri jam ini. Bukankah seharusnya anda memiliki surat yang menandakan kalau jam ini adalah milikmu."

"Apakah nona sedang bercanda pada saya? jam tangan palsu seperti itu tidak mungkin ada suratnya. " ucap pria tua itu pada sabrina yang membuat senyuman di wajahnya muncul. Sepertinya orang yang bodoh di tempat ini adalah pria di hadapannya. Dia ingin menipu anak kecil ini. Kalau barangnya adalah jam palsu. Tidak hanya itu mengada-ngada kalau jam tangan itu miliknya. Sabrina mendekati anak laki-laki itu.  

"Apakah kamu memiliki surat-surat atas jam tangan ini?"tanya Sabrina yang langsung dianggukan kepala oleh anak laki-laki itu.

"Anda sedang berbohong tuan, jam tangannya adalah milik anak kecil ini. Dia memiliki surat-surat atas jam tangan mewah ini. " ucap sabrina yang membuat bisik-bisik orang disekitarnya semakin keras. Ada seorang pria muda yang mendekati sabrina.

"Saya bisa membantu untuk mengecek surat dari jam tangan itu apakah palsu atau asli." ucap pria muda yang membuat Sabrina sedikit terpesona. Tapi dia langsung mengalihkan pandangannya. Bukan saatnya untuk terpesona dengan pria tampan di hadapannya. 

"adik kecil bolehkan kakak pinjam surat dari jam tangannya." ucap pria muda itu pada anak laki-laki yang berada di dekat sabrina. Anak laki-laki itu memberikan surat itu pada pria tampan. 

Pria itu melihat surat yang diberikan oleh anak laki-laki. Wajahnya tampannya semakin saja membuat orang -orang terpesona saat senyumannya terbit. Hal itu juga berlaku pada sabrina yang terpesona tanpa sadar. 

"Gila tampan benar nih, bahkan putra mahkota saja kalah. boleh bawa pulang gak ya." ucap sabrina dalam hatinya. Tanpa dia sadar pria tampan itu tersenyum tipis melihat sabrina yang terpesona. 

"Surat yang dimiliki oleh adik kecil ini asli, anda yang berbohong." ucap pria itu bersamaan dengan beberapa ksatria kerajaan yang datang. mungkin mereka tadi sedang melakukan patroli. Kebutulan yang sangat pas pikir sabrina. 

"Anda ikut kami tuan." ucap ksatria itu bersamaan dengan perginya orang-orang yang berkerumun tadi.

"Sebaiknya adik kecil nanti lagi jangan pergi sendiri dengan barang mewah seperti ini." ucap pria tampan itu pada anak kecil itu. 

"Tapi ayah saya sedang sakit tuan, hanya dengan menjual ini saya bisa membayar obat untuk ayah saya." ucap anak kecil itu yang membuat hati kecil Sabrina sedikit tercubit. Dia pernah dalam posisi anak kecil. Saat ayahnya sakit dan tidak ada biaya untuk membeli obat. Sabrina dikehidupan sebelumnya bahkan harus menerima cacian tetangga hanya untuk meminjam uang saja. Tapi saat itu dia tidak memperdulikannya karena hal yang utama adalah kesembuhan ayahnya meskipun berakhir tidak seperti harapannya. 

"adik kecil, kakak bisa membantu untuk membayar obat-obat untuk ayahmu." ucap sabrina yang membuat senyuman di wajah anak laki-laki itu.

"Apakah nona ingin membeli jam tangan saya?"tanya anak laki-laki itu pada sabrina yang dianggukan olehnya. "

"kakak akan membelinya berapapun harga yang kamu tawarkan." ucap sabrina dengan senyuman lebarnya. Tanpa dia sadari pemuda tampan itu menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pemuda itu pada Sabrina itu. 

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang