Bab 80

7.1K 1K 10
                                    

Suara teriakan Sabrina terdengar hingga ruang kerja milik Max. Tentu saja hal itu membuat orang -orang yang berada di ruangan itu merasa khawatir. Max langsung berpindah ke dalam kamarnya. Dia terkejut melihat kondisi tunangannya. 

Sabrina terus berteriak dengan darah mengalir dari kedua matannya. Kedua matannya terbuka tapi tatapannya kosong. Teriakan yang terus terdengar memilukan di telinga Max. Micky dan Anya masuk ke dalam kamar Max. Karena sihir perlindung yang max sudah menghilang. 

Kedua wanita itu tidak kalah terkejut melihat kondisi Sabrina. Terutama Anya yang sempat mengecek keadaan sahabatnya. Entah apa yang terjadi pada sabrina anya tidak memahami. Micky juga sama seperti Anya. Dia tidak pernah melihat situasi seperti sebelumnya. Biasanya batu sihir hitam hanya akan menyerap seluruh sihir dalam tubuh saja hingga tidak tersisa. Hanya ada dua kemungkinan bagi orang yang sihirnya diserap yaitu mati atau tertidur dalam waktu yang tidak bisa dipastikan. 

"Sebenarnya apa yang terjadi?"tanya Zenith yang baru saja masuk ke dalam kamar Max. Mereka semua tidak pernah melihat situasi seperti ini. Darah dari mata  sabrina terus mengalir dan warna mata wanita itu menjadi putih. 

"Sebuah kutukan dari penyihir illusi." ucap Thio yang mendekati sabrina. Dia pernah melihat keadaan sabrina di dalam perpustakaan yang dijagannya.  Tidak pernah ada yang mengalami hal ini setelah seluruh keluarga Yurnema dihukum mati oleh keluarga kerajaan. "Tidak mungkin kutukan ini masih ada sedangkan tidak ada lagi keluarga Yurnema yang bisa membuat seseorang tenggelam dalam mimpi buruknya. Orang yang terkena kutukan ini akan tertidur hingga hembusan akhirnya." jelas Thio yang membuat seluruh orang terkejut mendengarnya. Terutama  Max yang tidak menyangka hal itu terjadi pada Sabrina.

"Tapi bagaimana sabrina bisa terkena kutukan itu kalau seluruh keturunan yurnema telah tiada di dunia ini." 

"Tidak ada satu orang yang tersisa, orang itu adalah Derek. Dia menggunakan energi sihir terakhirnya untuk menyerang sabrian. Sejak awal dia sudah tahu kalau sabrina akan pergi ke desa Gurdos. Makannya dia menggunakan energi terakhirnya untuk memberikan kutukan pada sabrina." ucap Max dengan wajah sendunnya. Kenapa dia selalu gagal menjaga tunangannya. Pada akhirnya dia selalu terlambat dan tidak sadar bahaya sedang menyerang tunangannya.

Sedangkan di tempat lain, seorang pria tersenyum lebar. Entah apa yang membuatnya bahagia padahal seluruh pasukannya tidak bisa menyerang istana. Seorang wanita baru saja muncul di depan pria yang memiliki wajah menawan itu. "Salam hormat saya pada tuan Vernand." hormat wanita yang baru saja melepaskan diri dari sihir perlindung Millie.

"Tidak satu tugas yang kamu selesaikan. Bahkan membunuh Max saja kamu tidak bisa." ucap pria itu yang sedang menatap wanita di depannya dengan sorot tajam. Dia tidak suka kegagalan karena hal itu mengingatkannya dengan cinta pertamannya yang tidak bisa dimilikinya. Karena itu dia tidak suka membiarkan bawahannya tetap hidup. 

Sebuah tebasan pedang mengakhiri hidup wanita itu. Bukan Vernand yang melakukan hal itu. Dia tidak suka mengotori tangannya untuk membunuh bawahannya. "Pada akhirnya kamu menggunakan kutukan itu pada sabrina?" tanya Vernand dengan kedua matanya menatap malas pemuda yang baru saja memberikan pelajaran pada bawahan tidak bergunannya. Tidak ada balasan dari pemuda yang kembali pada posisinya disamping vernand.

"Kamu sudah melepaskannya dan membiarkan wanitaku mati dalam kesakitan." ucap Vernand pada pemuda yang masih diam. "Kamu sangat membosankan setelah wanitamu dengan kejam menyerangmu. Walaupun hal itu hanya sebuah illusi yang dibuatmu saja."

"Jika dia tidak bisa menjadi milikku maka tidak ada yang boleh memilikinya. Kematian adalah pilihan yang sangat tepat." ucap pria yang sama sekali tidak tersenyu.

"Kamu terlalu jahat Derek. Sayangnya Sabrina akan menjadi milliku. Tapi sedikit hukuman untuk wanita sombong itu sangat baik. aku akan menyelamatkannya disaat kekasihnya mati dihadapannya. Sebuah hal yang aku tunggu." ucap Vernand yang diakhiri sebuah tawa keras. 

..........

Sabrina tidak bisa menghentikan tangisannya. Dia terus menerus melihat kematian Max. Entah itu saat dimedan perang saat bertarung dengan Vernand atau di beberapa kehidupan sebelum pria itu. Sebuah potongan ingatan yang sangat menyakitkan untuk sabrina.

"BERHENTI JANGAN - JANGAN  BUNUH MAX. JANGAN BUNUH MAX." teriakannya saat melihat kematian sang tunangannya. Dia tidak bisa melakukan apapun. Badannya tembus pandang tidak ada yang bisa dilakukannya. Rasa frustasi menghinggapinya saat kejadian itu terus berulang sebuah mimpi buruk yang selalu ditakuti oleh Sabrina. 

Dia tidak suka melihat orang dicintainnya meninggalkannya. Sabrina tidak bisa menerima ini semua. Kalau boleh biarkan dirinya yang menggantikan posisi max. Sihir yang dimilikinnya tidak berguna sedikitpun. Mereka tetap membunuh max. Sabrina benci pada dirinya yang tidak bisa melakukan apapun.

"AKU MOHON BERHENTI JANGAN BUNUH MAX. KENAPA SEMUA INI TERUS BERULANG PADA MAX. KENAPA. SEMUA INI TERLALU KEJAM." teriak sabrina hingga dia tidak sadar air matannya sudah berubah menjadi darah. wanita itu terus menangis meskipun suaranya sudah serak.

"Berhentilah menangis, semua itu hanya illusi. kamu tidak boleh kalah dengan semua illusi itu." sebuah suara terdengar oleh sabrina.

"Siapa kamu? kalau semua itu illusi aku mohon hentikan. Aku tidak bisa terus melihat max mati dihadapanku." ucap sabrina lirih. Dia sudah terduduk lemas. Air matannya sudah membasahi kedua pipinya. Tidak ada tenaga lagi untuk berteriak. Tapi semua adegan berisi kematian max terus berulang. 

"Sabrian kamu harus kuat." kembali suara terdengar oleh sabrina. Tapi dia tidak tahu sumber suara itu dari mana.

"Aku mohon bawa aku dari tempat ini. Aku tidak ingin melihat semua ini lagi." ucap lirih sabrina yang sudah pasrah dengan keadaannya. Dia merasa tersiksa meskipun hanya melihat kematian dari orang yang disayangnya. Sebuah hal yang paling dibenci oleh sabrina. 

"Kamu harus kuat."

"Semua itu hanya illusi."

Suara itu terus terdengar tapi sabrina masih terduduk terpaku. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa keluar. Semua pikirannya kosong. Dia hanya terus mengingat kematian kekasihnya. Hal itu terus berputar di otaknnya yang membuatnya rasa takut menyelimuti dirinya.

"Sayang jangan tinggalkanku. Aku mohon." Sabrina terkejut saat mendengar sebuah suara yang dikenalnya. Suara yang dirindukannya. Suara yang menjadi sumber energi bagi sabrina. Suara itu adalah milik tunangannya. 

"Max." panggil sabrina tapi tidak ada balasan.

"Sayang kamu pasti bisa melawannya." suara max kembali terdengar. Sabrina tidak lagi menangis. Air matanya dihapus dengan tangannya. Seperti kata tunangannya dia harus melawan rasa takutnya. Semua ini hanya illusi tidak mungkin Max-nya akan mati. Sabrina akan melindungi max meskipun nyawa adalah taruhannya. Dia tidak akan membiarkan semua gambaran yang terus berputar seperti film itu terjadi pada Max

"MAX." teriak sabrina.

Sedangkan ditempat lain seorang pemuda menatap cermin dengan sendu. " Dia berhasil melawan ketakutannya. Tidak ada lagi tempat untukku memilikinya." ucap pria itu dengan tatapan sedih. Rasannya sakit tapi dia tidak bisa melakukan apapun dengan hatinya saat ini. Orang terdekatnya satu persatu meninggalkannya. sekarang dia sendirian.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang