Sabrina hanya bisa pasrah saja saat tangannya di tarik oleh pria yang tiba-tiba memberhentikan kereta kudannya. Sedangkan Velix sudah berniat untuk menghalangi pria itu untuk membawanya. Tapi dia tidak ingin velix dalam bahaya kalau membuat seorang putra mahkota marah. Orang yang menghadang kereta kuda Sabrina adalah rombongan putra mahkota. Entah apa yang ingin pria itu katakan dengan Sabrina.
Selama perjalanan mengikuti Derek, Dia mencoba untuk tidak lengah. Bisa saja pria itu ingin melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya. Sabrina tidak tahu pria itu akan membawanya kemana. Satu hal yang dia sadari kalau keberadaannya saat ini sudah sangat jauh dengan jalan utama dimana kereta kudanya berhenti. Tidak ada Velix yang mengikutinya karena putra mahkota tidak mengizinkan siapapun untuk mengikutinya.
Sabrina hanya bisa berharap kalau hidupnya tidak akan berakhir malam ini. Baru saja dia lepas dari hidup melelahkan di istana. Masa dia harus berakhir mati di tangan pria yang menariknya kesuatu tempat di dalam hutan.
Kedua mata Sabrina melebar saat melihat tempat di depannya. Berbagai pikiran buruk mulai menghinggapinya saat melihat sebuah danau besar yang terlihat indah maupun menyeramkan. Masalahnya adalah Sabrina tidak bisa berenang. Bisa bahaya kalau putra mahkota mendorongnya ke dalam danau. Hidupnya benar-benar berakhir malam ini.
"Indah bukan?" tanya pria itu yang masih memegang tangan Sabrina. Sepertinya pria itu tidak berniat untuk melepaskan tangannya.
Sabrina mencoba melepaskan pegangan tangan itu. Tapi bukannya terlepas tapi semakin kencang saja pria itu memegangnya. sekarang dia hanya bisa meratapi nasibnya. Ternyata sulit juga kalau pria itu berbarik tertarik dengan Sabrina. Dia jadi tahu perasaan sang tokoh utama wanita yang selalu di atur hidupnya oleh pria di hadapannya.
"Kamu tidak suka dengan danau ini?"tanya Derek dengan kedua matanya menatap mata Sabrina. Hal itu membuat Sabrina merasa gugup. Bukan gugup karena berduaan dengan seorang pria. Tapi gugup karena dia merasa hidupnya akan dicabut malam ini. Sungguh dia ingin sekali kabur malam ini.
"ya Indah, yang mulia bisa melepaskan tangan saya." ucap Sabrina bersamaan dengan hatinya yang terus mengumpat bibirnya yang tidak bisa menahan perkatannya. Bisa saja ucapannya bisa membunuhnya saat ini.
Senyuman Derek menghilang saat mendengar perkataan Sabrina. Saat itu Sabrina merasa seluruh badannya berkeringat dingin. Padahal malam ini cuacannya terbilang sangat dingin. Tapi berduaan dengan pria di depannya membuatnya badannya panas dingin tidak jelas.
"Sabrina bodoh kenapa kamu tidak bisa mencari muka saja saat ini. Setidaknya mengamankan diri kamu dari malaikat mau kamu ini." gumam sabrina dalam hati. Rasanya dia ingin menangis meratapi nasibnya setelah ini.
"Aku tidak akan pernah melepaskan tanganmu. Ingat itu. Kamu hanya menjadi milikku saja tidak ada pria lain yang boleh memilikimu. Bahkan adikku juga." ucap Derek bersamaan dengan cengkaraman kuat dirasakan pada tangan sabrina. Sungguh dia sudah membangunkan singa kelaparan. Sepertinya pilihannya untuk menjauh dari samping Max adalah kesalahan. Dia harusnya selalu berada di samping pria itu agar Derek tidak mendekatinya.
Sekarang dia menjadi merindukan pria itu. Entah apa yang sedang dilakukan tunangannya. Bersama dengan Max lebih baik dibandingkan pria gila di depannya. Ternyata tokoh utama dalam cerita ini benar-benar penjahat yang berkedok tokoh utama.
"Aku harap kamu mengerti Sabrina. Jangan terlalu dekat dengan tunanganmu. Kamu hanya menjadi mata-mataku untuk mencari kelemahan Max. Setelah kamu bisa membunuh pria itu. Kamu tetap harus kembali padaku." ucap Derek yang sekarang sudah mencengkram kedua bahu Sabrina dengan keras.
Sabrina hanya menganggukkan kepalanya saja. Tidak ada lagi cara untuk membuat pria itu segera membiarkannya kembali. Apalagi kedua bahunya sudah merasa sakit dengan cengkraman tangan pria di depannya.
Derek memang terlihat ramah dan seakan seperti pria gentleman. Sayangnya itu hanya topeng yang digunakan untuk mendapatkan dukungannya. Sedangkan karakter pria sebenarnya adalah pria yang sangat kejam seperti seorang tirani. Dia tidak segan-segan membunuh pelayan wanita yang tidak bersalah. Pria itu memang sangat kejam yang membuat Sabrina sekarang ketakutan dengan ancaman Derek.
Sedangkan Max, pria itu memang terlihat sangat dingin dan tidak suka bersosialisai. Tapi pertemuan pertaman dengan Max sudah mengubah pandangan Sabrina pada tunangannya itu. Dia bukan pria jahat seperti yang digambarkan oleh sang penulis. Max hanya pria yang penuh dengan luka namun menyelimuti lukanya dengan sikap dinginnya.
Sepertinya Sabrina mengerti kenapa Max masih memperjuangkan sang tokoh utama wanita meskipun dia tahu nyawanya dalam bahaya. Karena pria itu tidak ingin membiarkan wanita yang dicintainya terluka dengan segara sikap buruk dari putra mahkota. Benar-benar cerita yang tidak dia duga saat membaca novel ini.
Apakah mungkin Sabrina tidak benar-benar dibunuh oleh Max. Tapi orang yang membunuh Sabrina dan keluarganya adalah pria di depannya. Sekarang Sabrina menatap terkejut mengingat fakta itu. Tanpa sadar ekspresinya membuat Derek dengan wanita di hadapannya.
"Ada apa? apakah ada sesuatu yang aneh di wajahku?" tanya pria itu yang masih berada di hadapan Sabrina. Posisi yang sangat tidak nyaman untuknya.
"Tidak ada, bukankah ada yang ingin yang mulia katakan pada saya?" tanya sabrina yang berakhir dengan tatapan tajam lagi dari pria di depannya. Entah kesalahan apa yang sudah dia lakukan lagi pada pria di depannya ini. Sepertinya Sabrina selalu salah dimata Derek maupun Max. Rasanya hidup menjadi karakter figuran di cerita ini sangat melelahkan. Kalau bisa sabrina ingin melambaikan tangan dan mengatakan kalau dirinya menyerah menjadi Sabrina.
"Apalagi kesalahanku? hayati lelah." gumam Sabrina yang memilih menggeser badannya. Sayangnya badannya bukan menjauh dari pria di depannya. Putra mahkota malah menarik pingganya untuk mendekat. Tentu saja hal itu membuat Sabrina terkejut bukan main.
"Kamu ingi kabur dariku? " tanya putra mahkota yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Bagus, aku hanya ingin bertanya kenapa kamu mengganti racun yang aku berikan untuk membunuh Max." ucap Putra mahkota yang membuat Sabrina terdiam sesaat. Dia belum mempersiapkan alasan yang tepat untuk pria di depannya.
"Aduh otakku yang pintar ini pergi kemana. Kenapa saat penting seperti ini malah tidak berfungsi dengan baik." umpat Sabrina pada dirinya sendiri.
Dia tidak membayangkan akan tiba saatnya rencannya yang dibuatnya bisa menjadi alasan hidupnya berakhir dengan cepat. Niatnya untuk tidak membunuh Max. Malah akan membunuh dirinya dengan sangat cepat.
"Kamu melakukan itu bukan karena kamu mulai memiliki perasaan pada tunanganmu itu. Karena itu kamu tidak ingin pangeran ketiga itu mati karena racun yang aku berikan olehku." ucap Derek bersamaan dengan rasa sakit yang muncul di pingganya. Sepertinya pria itu mencengkram pinggangnya sangat keras. Sabrina merasa seperti seorang istri yang ketahuan selingkuh. Padahal dia adalah tunangan dari seorang Max.
"Aku mohon tolong aku." gumam sabrina dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...