Sabrina membuang nafas kasar. Entah sudah berapa kali dia melakukan itu. Setelah bangun dari tidur panjangnya. Hidup Sabrina semakin jauh dari kata bebas. Apalagi tunangannya itu semakin menempel seperti perangko padannya. Ingin sekali mengusir pria itu tapi keberaniannya sudah hilang saat tatapan tajam Max mengarah padanya.
Tapi dia tidak membayangkan pria itu akan berada di sampingnya. Mungkin lebih jelas lagi pria itu memilih untuk tidur satu kamar dengan Sabrina. Tentu saja permintaan gila itu ditolak oleh dirinya. Sayangnya Sabrina tidak memiliki kekuatan yang besar dibandingkan tunangannya itu. Akhirnya Sabrina hanya bisa menerimanya dengan lapang dada.
Entah itu sebuah ke beruntungan untuknya atau kesialan bagi Sabrina yang harus tidur bersama Max. Pria itu tidur tetap di sampingnya sejak Sabrina sadar. Tidak sampai disitu saja hal yang paling menyebalkan dari Max. Apalagi Max hampir memeluk badan Sabrina selama pria itu berbebarik di tempat tidurnya.
Senang sekaligus kesal. Siapa yang mau menolak pelukan dari pria tampan seperti Max. Tentu saja Sabrina menikmatinya pelukan pria itu. apalagi dia bisa memandangi wajah tampan tunangannya itu.
Namun Sabrina merasa hal ini akan berbahaya padanya. Bagaimanapun berduaan dengan lawan jenis adalah yang tidak semestinya dilakukan oleh Sabrina. Apalagi mereka hanya terikat sebuah pertunangan. Sayangnya hanya Sabrina yang memilikirkan kalau tindakannya keduannya adalah salah.
Sabrina sudah menerima keberadaan pria itu secara perlahan-lahan. Walaupun dia tidak ingin benar-benar percaya kalau Max sudah mencintainya. Biarlah waktu yang menjawab semua kegundahan Sabrina. Sekarang dia hanya ingin menikmati waktunya bersama Max.
"Jadi mau sampai kapan kita seperti ini? AKu sudah bosan." ucap Sabrina, sudah lebih dari 3 hari hanya berada di atas tempat tidurnya. Karena kejadian itu Max menjadi pria super overprotektif padanya. Bahkan pergi ke kamar mandi saja dia harus digendong oleh tunangannya. Padahal Sabrina merasa badannya baik-baik saja. Mungkin pria itu hanya ingin mencari kesempatan darinya saja.
"Hingga kamu sehat." ucap Max dengan santai. Pria itu tidak melihat wajah tunangannya yang sudah menatap kesal padanya. Max asik dengan kegiatannya mengendus rambut wanitanya. Padahal Sabrina belum mandi hari ini. Entah apa yang tercium dari rambut Sabrina.
Sedangkan Sabrina tidak peduli jika pria di sampingnya itu mencium aroma yang tidak nyaman. Lagi pula dia tidak meminta pria itu melakukannya. Salahkan saja Max yang aneh itu. Selama pria itu tidur di samping Sabrina. Hampir tidak terlewatkan pria itu bermanja pada SAbrina. Kalau dipikir-pikir siapa yang sedang tidak sehat. Max atau Sabrina sepertinya MAx karena pria itu selalu ingin dielus atau dimanjakan oleh tunangannya.
"Aku sudah sehat, kamu tidak mencium aroma tidak nyaman dari rambut berminyakku itu." ucap Sabrina dengan nada sinis. Dia ingin keluar dari kamarnya ini. Kalau dulu dia suka menghabiskan waktunya dengan tidur. Tapi setelah ada penggangu satu ini. Sepertinya dia lebih baik menghabiskan waktunya di luar kamar saja.
"Aku tidak yakin kamu sudah sehat. Tidur kembali saja." ucap Max bersamaan tubuh Sabrina tertarik ke dalam pelukannya. Lalu tepukan di punggungnya itu. Sayangnya hal itu sudah tidak berpengaruh pada Sabrina.
Dia sudah menabung banyak tenaga beberapa hari ini. Jadi Sabrina tidak akan tidur walaupun Max menepuk punggungnya dengan lembut. Mata Sabrina tetap terbuka lebar. Dia sudah kenyang tidur berhari-hari.
"Lihat aku tidak mengantuk." ucap Sabrina bersamaan tangan Max dilepas dari badannya. Dia bangun dari tidurnnya. Tapi tangannya ditahan oleh Max.
"Kamu mau kemana?"tanya Max pada Sabrina.
"Pergi jauh dari kamu." ucap Sabrina bersamana dengan tarikan kencang oleh MAx. Sekarang Sabrina berada di atas pangkuan tunanganya itu. Kedua tangan Sabrina berada pada kedua bahu pria itu. Tatapan keduannya saling bertemu. Max mendekatkan wajahnya pada Sabrina. Tapi sebuah tangan menghalangi kegiatan selanjutnya. Tentu saja itu tangan Sabrina yang sudah hafal dengan modus tunangannya.
"Tidak ada kecupan, aku sedang marah. Selain itu kita tidak baik melakukan hal itu. Kita belum menikah." ucap Sabrina pada Max. Bersamaan dengan senyuman terbit di wajah Max mendengar kode dari Sabrina.
"Kenapa kamu tersenyum seperti ?"tanya Sabrina yang tidak paham arti dari senyuman tunangannya itu. Dia merasa ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh Max.
"Kamu memintaku untuk secepatnya menikahimu bukan?"tanya Max dengan kedipan mata pria itu. Sayangnya kedipan itu seperti memantul saja pada Sabrina.
"Gak usah kedip-kedip mata. Kamu seperti orang yang sedang sakit mata." ucap Sabrina bersamaan kedua tangan Max terlepas dari pinggangnya. Dia berjalan menjauh dari kekasihnya.
"Kamu menolak lamaranku?" tanya Max pada tunangannya itu. Sabrina membuang nafas kasar. Dia tidak ada niatan untuk menolak lamarannya. Sejujurnya Sabrina senang dengan ajakan Max. Tapi dia belum bisa menerimanya.
Alur cerita berubah tentu saja membuat Sabrina tidak bisa memperkirakan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Hal itu membuatnya khawatir. Dia tidak tahu siapa yang benar-benar jahat dan teman. Sekarang Sabrina harus menemukan pelaku dari penyerangan Sabrina asli pada malam pertunangannya.
Karena bisa saja pelakunya itu akan menyerang kembali. selain itu dia tidak tahu alasan dari penyerangan Sabrina malam itu. Akibat ada penyerang itu Kayla masuk ke dalam tubuh Sabrina. secara tidak langsung alur cerita sudah sejak lama berubah. Setiap nasib tokoh dalam cerita ini pasti berbeda.
Sabrina harus tetap bertahan hingga hari kematiannya. setelah itu dia harus memastikan orang sekitarnya tetap aman terutama Max. Pria itu memiliki takdir yang sama dengan Sabrina. Dia berharap tidak akan ada yang pergi meninggalkannya setelah ini. Sabrina harus memastikan Max, dan orang sekitarnya tetap aman. Setelah itu Sabrina bisa menikmati hidupnya di dunia ini.
Max berjalan mendekati tunangannya yang sedang menatap keluar jendela. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kekasihnya. Sejak Sabrina bangun, tunangannya itu lebih banyak diam. Max sering melihat Sabrina sedang berpikir sesuatu hingga dahiny berkerut seperti saat ini.
"Apa yang sedang kamu pikirkan? kamu bisa berbagi semua kegundahanmu padaku." ucap Max yang memeluk tunangannya dari belakang.
"Aku tidak bisa menerima lamaranmu saat ini Max. Kita bisa melakukannya setelah putra mahkota turun dari posisinya. Dia berbahaya untuk negeri ini dan kita. Aku tidak ingin ada yang menjadi korban keserahkaan putra mahkota lagi." ucap Sabrina.
" apakah kamu mendapatkan mimpi buruk tadi malam? " tanya max bersamaan badan Sabrina dibalikkan menghadapnya. sekarangnya keduanya saling bertatapan.
"Aku hanya merasa akan terjadi hal buruk pada kita kalau Derek masih menjadi putra mahkota. Bahkan aku menduga penyerangan di malam setelah petunangan kita adalah rencana dari Derek." ucap Sabrina yang membuat senyuman di wajah max luntur. Sesuatu yang selama ini disimpannya dari tunangannya. Mungkin hari ini Max harus jujur pada sabrina. Agar tidak ada lagi rahasia diantara mereka. Walaupun rahasia ini bisa saja membuat wanita di depannya tidak lagi percaya padanya.
maaf pembaca yang aku cintai malam ini brown updatenya malam. semoga kalian suka bab ini selama menikmati. jangan lupa vote dan comment ya hehehheheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...