Pada akhirnya Sabrina mengikuti pria berjubah hitam di depannya. Dia merasa pria itu tidak akan berbuat jahat padanya. Entah sudah berapa lama keduanya berjalan. Setidaknya Sabrina tidak lagi melihat orang- orang yang mengejarnya.
Sabrina menatap kereta kudannya dan pelayannya Millie. Dia langsung melepaskan pegangan tangannya. Dia langsung memeluk pelayannya itu. Tanpa sadar Sabrina mulai menangis mengingat kejadian beberapa saat lalu. Mungkin sabrina bisa berakhir mengenaskan jika tidak ada bantuan pria berjubah hitam itu.
"Kenapa kamu pergi sendirian Sabrina? aku sudah memperingatimu berkali-kali untuk tidak pergi jauh dari Millie dan Velix. Setidaknya kedua orang itu bisa menyelamatkanmu jika kejadian seperti tadi terjadi." ucap pria yang menggunakan jubah hitam itu.
Sabrina menatap bingung pria berjubah hitam itu. Dia tidak mengenali pria dibalik semua kain yang menupinya itu. Sedangkan pria yang ditatapn Sabrina hanya membuang nafas kasar.
"Ayo masuk ke dalam kereta kuda. Kamu bahkan tidak mengenali tunanganmu sendiri." ucap pria itu yang tak lain adalah Max. Pria itu sedikit kesal dengan Sabrina yang tidak menyadarinya.
Sedangkan Sabrina terkejut bukan main. Dia menatap pelayan pribadinnya yang tersenyum canggung padanya. Apakah pelayan itu yang memanggil Max ke sini. Dia harus berterima kasih untuk kali ini. Jika Max tidak datang menyelamatkannya mungkin Sabrina sudah berakhir ditangan para orang-orang berbaju hitam.
"Untuk kali ini aku berterima kasih karena sudah membawa Max. Millie." ucap Sabrina sebelum masuk ke dalam kereta kuda.
Sedangkan Millie hanya tersenyum tipis saja. Ada rasa bersalah karena tidak menjaga nonanya dengan baik. Untuk kesekian kalinya nonanya dalam bahaya. Mungkin setelah ini Millie tidak akan lengah lagi dengan nonannya yang suka kabur itu.
"Max." panggil Sabrina yang dihadiahi sebuah tatapan tajam. Pria itu terlihat sedang dalam perasaan yang buruk.
Beruntungnya tadi dia sedang melakukan pemantauan di daerah ini. Kalau tidak bisa membayangkan keadaan Sabrina. Dia masih mengingat saat sabrina dikejar oleh para pembunuh bayaran. Max yakin orang dibalik orang -orang berbaju hitam itu bukan putra mahkota. Karena Derek sudah memiliki ketertarikan pada tunangannya. Jadi tidak mungkin pria itu menyingkirkan Sabrina saat ini.
"Kamu marah?" tanya Sabrina yang sekarang sudah duduk di samping Max. Pria itu sedang merajuk pada tunangannya. Sayangnya dia memiliki tunangan yang lebih cuek dari sikap Max. Lihat saja bagaimana tunangannya itu tidak menyadari kalau dirinya sedang kesal.
"Hey, kalau marah bilang? kalau tidak ya sudah jangan seperti anak kecil saja. " ucap Sabrina yang berniat berpindah duduk tapi langsung ditarik oleh Max. Sekarang Sabrina berada di atas pangkuan Max. Pria itu masih menatap tajam tunangannya.
"Bagaimana kamu bisa melakukan hal itu padaku. Kamu harusnya mencoba meredakan amarahku bukannya tidak peduli seperti tadi. " ucap Max yang membuat Sabrina tidak bisa menahan tawannya. Sesungguhnya dia tahu kalau tunangannya itu sedang merajuk. Tapi dia tidak berniat untuk membujuknya juga.
Tanpa perlu membujuk Max. Karena dia tahu tunangannya itu tidak suka kalau dirinya mendinginkannya. Jadi pria itu akan memulai berbicara kalau Sabrina memilih diam. Sungguh cara yang mudah agar tidak perlu merendahkan harga dirinya pikir Sabrina.
"Kamu malah tertawa? aku sedang marah padamu."
"Aku tahu karena itu aku lebih suka menjauhi singa yang bersiap menerkamku." ucap Sabrina yang membuat Max melebarkan kedua matannya. Dia tidak menyangka perkataan tunangannya.
Max melancarkan aksinya menggelitiki badan Sabrina. Tentu saja hal itu membuat Sabrina terus tertawa karena badannya geli. Tawa Sabrina menular pada Max. Tidak hanya pria itu saja orang -orang yang berada di kemudi kuda ikut tersenyum mendengar tuan dan nona mereka bahagia.
"Max hahha aku hahah tidak hahhahakuat." ucap Sabrina yang sudah lelah terus tertawa karena tangan Max tidak berhenti mengelitikkinya. Rasanya kotak tertawannya sakit karena tertawa terus.
Max menghentikan kegiatannya menggelitiki Sabrina. Pria itu menarik wajah sabrina mendekati wajahnya. Sekarang keduannya saling bertatapan.
"Kamu masih menyebutku singa?"
"Tentu saja kamu lebih cocok bunglon dari pada seekor singa. Sikapmu sering berubah-rubah seperti bunglon." ucap Sabrina dengan tawa di akhirnya. sedangkan Max hanya membuang nafas kasar mendengar perkataan kekasihnya itu.
"Tapi aku bisa menjadi singa jika kita hanya berdua seperti ini." ucap Max yang membuat Sabrina bingung.
"apa mak..." ucapan Sabrina terpotong saat sebuah serangan dilakukan oleh Max. Kedua mata Sabrina melebar. Dia tidak menyangkan kalau tunangan dari pemilik badan ini menyiumnya. Sungguh sesuatu yang mengejutkan.
Sabrina langsung memukul dada Max. Dia mulai kesulitan bernafas karena ulah pria di depannya. Sedangkan Max tertawa kecil melihat wajah kesal Sabrina.
"Harusnya kamu bernafas ketika kita melakukannya. Nanti jangan lupa bernafas jika kita melakukannya lagi" ucap Max sambil mengelus kepala tunangannya itu.
"Tidak akan ada kesempatan kedua lagi. kamu tidak akan aku izinkan." ucap Sabrina yang mencoba lepas dari pelukan Max. Sayangnya pelukan pria itu lebih kuat dari tenaga yang dimilikinya.
"Aku tidak perlu izin, tinggal aku yang melakukannya lebih dulu. Selain itu jangan buat aku khawatir lagi Sabrina. Jangan pergi tanpa izinku." ucap Max bersamaan badannya di tarik ke dalam pelukannya. Pria itu mulai bergetar mengingat kejadian beberapa saat lalu. Hampir saja dia kehilangan Sabrina jika tidak datang tepat waktu.
Apalagi Max tahu orang -orang itu adalah pembunuh bayaran yang bisa menghilangkan jejak korbannya dengan sangat rapih. Mereka adalah kelompok yang selama ini dicarai Max. Kelompok yang sudah membunuh ibunya di masa lalu. Karena itu membuat Max sangat khawatir dengan keadaan tunangannya. Dia tidak ingin lagi kehilangan orang yang disayangnya. Cukup dia melihat ibunya dibunuh di depan matanya.
Max tidak akan membiarkan wanita yang dicintainya pergi seperti ibunya. Sepertinya dia harus segera menjalankan rencananya untuk menangkap kelompok itu. Dia juga tidak bisa membiarkan lagi Sabrina jauh dari pantaunnya. Sekarang tunangannya menjadi sasaran para pembunuh itu.
"Max aku baik-baik saja." ucap Sabrina mencoba menenangkan pria yang sedang memeluknya. Entah apa yang membuat Max seperti saat ini. Tapi dia yakin ada alasan dari sikap tunangannya.
"Sabrina maaf aku egois dengan keputusanku. Tapi mulai besok kamu harus tinggal di istana lagi. Aku harap dengan pilihanku ini. Mungkin kamu tidak suka tinggal di istana. Tapi hanya tempat itu saja aku bisa menjagamu selama 24 jam. Tidak hanya itu saja banyak ksatriaku yang bisa melindungimu. Walaupun di istana ada putra mahkota yang bisa membahayakanmu. Aku ingin untuk kali ini kamu tidak menolak keinginanku." ucap Max yang sekarang menatap mata tunangannya. Untuk kesekian kalinya mata indah yang dimilik Sabrina selalu bisa membuatnya tenang.
Sedangkan Sabrina membuang nafas kasar. Sebenarnya dia ingin menolak permintaan Max. Tapi meningat kejadian beberapa saat lalu. Dia tidak ingin keluarga Valendric dalam bahaya karena keberadaanya. Selain itu dia harus menemukan pelaku dibalika penyerangan Sabrina dan dirinya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...