Rombongan Sabrina memilih untuk beristirahat setelah menghabiskan waktu 2 jam untuk menyusuri pemakaman Yurnema yang ternyata sangat luas. Tentu saja mereka tidak akan mengambil reskiko beristirahat di tempat itu. Bagaimanapun pemakaman Yurnema terkenal dengan sihir illusi yang ditinggalkan oleh para Keluarga Yurnema untuk menjaga mayat agar tidak dicuri.
Sabrina menyandarkan badannya pada sebuah pohon yang tidak begitu besar. Tapi kuat untuk menopang badannya. Dia merasa badannya tidak lagi bertenaga. Mungkin karena dia belum terbiasa dengan kondisi tubuhnya. Apalagi badannya baru saja sembuh dari luka yang didapatkannya.
"Kamu lelah?"tanya Anya sambil memberikan sebuah botol minum padannya. Sabrina menerimanya karena dia juga merasa tenggorokannya kering. Entah sudah berapa banyak orang yang dibunuh oleh sabrina hari ini. Setelah berhasil melewati pohon illusi itu, mereka disambut dengan ratusan prajurit yang entah datang dari mana. Tentu saja Sabrina bisa mengatasinya dengan mudah.
"Aku merasa tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak." ucap Sabrina dengan wajah sedihnya. Dia merasa badannya seperti pegal-pegal. Beberapa kali badannya terkenal pukulan dari musuh. Tentu saja membuat badannya sedikit sakit.
"Hal yang wajar, kamu sudah membunuh banyak orang hari ini. Kamu terlihat seperti seorang prajurit dalam medan perang." ucap Anya yang tidak menyangkan jiwa asing di dalam tubuh sahabatnya bisa sekuat ini. Kalau dia ingat seberapa lemah sahabatnya dulu. Bahkan luka kecil saja bisa membuat Sabrina yang dikenalnnya menjerit seakan-akan baru saja ditusuk oleh pedang. "Aku salut dengan keahlianmu dalam berperang."Senyuman tipis muncul di wajah Sabrina.
"Tidak ada yang perlu dibanggakan dari keahlianku dalam berpedang." ucap Sabrina yang meberikan botoh minum itu pada anya kembali. Apa yang dikatannya bukanlah bermaksud merendahkan diri. Tapi itu sebuah kenyataanya keahlian berpedang untuk seorang wanita di masa ini pasti sangat tabu. Seperti kehidupan zaman dulu dimana seorang wanita hanya boleh melakukan hal yang anggun.
"Kamu terlalu merendahkan diri Nona Sabrina. Mungki Anda adalah wanita kedua yang memiliku keahlian pedang sebagus ini." ucap Zenith yang juga kagum dengan keahlian berpedang tunangan adiknya. Walaupun dia sudah mendapatkan informasi tentang keahlian berpedang Sabrina. Tapi dia tidak menyangka keahlian berpedangnya mengingatkan pada orang yang selalu dirindukannya.
"Bukankah seorang wanita lebih baik handal dalam merangkai bunga dan merajut." ucap Sabrina yang membuat Zenith tertawa keras. Hal itu membuat Sabrina menatap aneh pada kakak tunangannya. Sedangkan Anya dan Velix hanya tersenyum kecil pada Sabrina.
"Tentu saja tidak, Seorang wanita yang bisa melindungi dirinya sendiri lebih baik dari pada wanita yang suka menghabiskan waktu dengan hal tidak berguna seperti itu. Kamu tahu wanita pertama yang mengatakan hal itu? " tanya Zenith yang dijawab dengan gelengan kepala. " Tentu saja kamu tidak akan tahu. Wanita itu adalah ratu sebelumnya, ibu Max. Seorang putri raja yang sangat suka menghabiskan waktunya di tempat latihan para ksatria. Bahkan dia pernah ikut dalam medan perang. Yang mulia juga wanita yang menunjukkan kalau seorang wanita bisa melindungi dirinya sendiri tanpa bantuan seorang pria." jelas Zenith. Perlahan wajah semangatnya berubah menjadi murung. Anya berjalan mendekati pria itu. Dia mengerti perasaan yang dirasakan oleh Zenith. Rasa rindu dan penyesalan karena tidak bisa melindungi sang ibu.
"Benarkah? Dia pasti wanita yang luar biasa." ucap Sabrina yang dianggukkan oleh Zenith. Dia juga berpikir seperti itu. Ibunnya adalah wanita yang sangat luar biasa. Wanita itu juga adalah sosok ibu yang sangat hangat dan mencintai anaknya melebih dirinya.
"Sayangnya dia malah bertemu dengan pria yang tidak tepat. Wanita baik itu harus mati dengan tidak terhormat. Padahal jasanya untuk kerajaan ini sangatlah besar. Tapi wanita itu masih bisa tersenyum diakhir hidupnya." ucap Zenith bersamaan dengan sebuah air mata yang jatuh. Pria itu sangat merindukan wanita yang mengajarkannya banyak makna hidup. Sayangnya dia tidak lagi bisa bertemu dengan wanita itu.
Sebuah pelukan menyadarkan lamunan Zenith. Sekarang Anya memeluk badan Zenith yang sepat bergetar karena rasa sedih dan rindunnya. Pria itu membalas pelukan Anya. Wanita kedua yang selalu membawa kehangatan dan rasa tenang setelah sang ibunya. Sekarang dia tidak akan membiarkan seseorang merebut wanitanya lagi.
"Nona." panggil Velix yang membuat perhatian Sabrina terahlikan. Dia menatap pengawal pribadinya yang sudah bersamanya selama di dunia ini. Seoran pria yang sangat tidak suka berbicara. Tapi dia bisa berubah menjadi pria yang cerewet saat bersama pelayannya itu.
"Ada Apa?" tanya Sabrina pada Velix yang menatapnnya dengan tatapan aneh.
"Bagaimana bisa nona keluar dari sihir pohon mimpi buruk itu?"tanya Velix pada Sabrina. Hal itu juga membuat Zenith dan Anya menatap Sabrina. Dia juga penasaran apa yang terjadi pada wanita itu.
"Aku membunuh diriku sendiri." ucap sabrina yang membuat Velix, Zenith dan Anya terkejut bukan main. Seperti jantung mereka akan meloncat mendengar perkataan wanita yang terlihat santai. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?"tanya Sabrina pada mereka bertiga.
"Kamu gila?"tanya Zenith yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Aku 100 persen waras." ucap Sabrina dengan senyuman tipisnya.
"Bagaiman kalau saat itu kamu benar-benar membunuh diri kamu? Kamu benar-benar tidak memikirkannya sampai sana." ucap Zenith.
"Aku tidak melihat tanda luka kalian di mimpiku. Jadi saat itu aku tahu kalau semuanya hanya sebuah mimpi. Jadik aku melukai leherku dengan pedang. Saat itu aku kembali ke dunia nyata." jelas Sabrina yang membuat ketiganya terkejut bukan main. Sebuah pilihan yang berbahaya karena mempertaruhkan hidup dan mati. Tapi wanita dihadapan mereka terlihat seakan tidak melakukan hal berarti.
"Sebuah mimpi buruk membuat seseorang terjebak dalam penyesalan dan rasa bersalah. Karena itu aku mengakhir semua perasaan itu dengan bunuh diri. Anehnya aku malah kembali lagi ke dalam dunia nyata. Kalian memimpikan sesuatu seperti kehilangan yang kalian sayangi?"tanya sabrina yang dijawab dengan anggukkan oleh ketigannya. "Aku menduga hal itu bukan hanya sekedar mimpi buruk. Bagaimana kalau hal itu juga sebuah peringatan untuk kita. " ucap Sabrina.;
"Kamu sama gilanya dengan tuanku. Kalian bedua memang cocok." ucap Velix yang dianggukkan oleh Anya dan Zenith. "Sama-sama gila." ucap Velix membuat sabrina menatap sebal pada pri itu.
"Bukankah kalian yang tidak bisa menghadapi mimpi buruk kalian? kalian lebih buruk dariku."
"ya kamu benar, akut tidak lebih baik. " Kata Zenith yang membuat rasa besalah muncul dihati Sabrina. Tapi beberapa kata selanjutnya membuat Sabrina terdiam. "Bahkan aku ingin bertahan di dalam mimpi itu." ucap lirih Zenith.
"Zenith." panggil anya yang hanya dibalas dengan senyuman tipis.
"Di sana aku bisa bersama dengan ibu. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan wanit yan paling berharga di dunia nyata bersedih." ucap Zenith dengan kedua matanya menatap Anya. Tapi keduannya harus terganggu dengan perkataan Sabrina dengan nada ketusnya.
"Bisakah kalian tidak membuatku panas. sekarang aku jadi rindu dengan Max." ucap Sabrina lirih yang malah membuat rona merah muncul di wajah kedua orang itu. "Aku becanda. Kamu bisa naik ke atas pohon jika ingin melakukan sesuatu bersama.
"Sabrina, nona sabrina." Kedua orang itu memanggil secara bersamaan.
"Becanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...