Sabrina membuka mata saat merasakan usapan di wajahnya. Dia menatap wajah pria yang beberapa saat lalu dikhawatirkannya. Dia bisa bernafas lega saat melihat kondisi Max sudah seperti semula. Tapi berbeda dengan sabrina yang senang. Max malah menatap tajam pada wanita yang tersenyum padannya.
"Kamu jangan melakukan hal itu lagi Sabrina. Kamu membuatku khawatir. Jangan lagi mengorbankan dirimu untukku." ucap Max yang masih memberikan tatapan tidak bersahabat. Sabrina bukannya takut dia malah tertawa melihat kekasihnya merajuk padannya. Dasar bayi besarnya itu suka sekali merajuk padannya." kenapa kamu tertawa, tidak ada yang lucu dari perkataanku." ucap Max yang membuat sabrina semakin tertawa melihat ekspresi kesal dari tunangannya itu.
"Kamu itu lucu kalau lagi ngambek, aku baik-baik saja. Aku senang kamu baik-baik saja." ucap Sabrina yang tidak membuat wajah kesal dari pria di hadapannya hilang.
"Sabrina." panggil Max pada wanita itu. Sebuah elusan pelan di tangannya bisa sedikit meredakannya. "Aku pikir kamu akan meninggalkanku." ucap Max dengan wajah sedihnya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tidak akan membiarkan pria lain merebut kamu dariku. Kecuali kamu berjanji tidak akan tertarik dengan wanita lain." ucap Sabrina dengan senyuman lebar.
"Kalau begitu aku akan mencari wanita lain saja. Agar kamu...." ucap max terhenti saat sebuah kecupan di daratkan oleh sabrina di pipi kiri pria itu. Kedua matannya melebar mendapatkan serangan dadakan dari tunangannya. " Kamu jangan macam-macam ya, lagi pula tadi aku hanya mencium tunanganku saja." ucap Sabrina yang kembali membaringkan badannya. Entah dimana dirinya sekarang dia tidak ingin memikirkannya.
"Kamu selalu tahu cara membuatku tidak bisa marah padamu." ucap Max yang membuat senyuman lebar muncul di wajah wanita itu.
"Tentu saja kalau tidak bagaimana aku bisa menjinakkan pangeran es ini menjadi bayi besar yang manja." ucap Sabrina yang membuat wajah max memerah sesaat. Pria itu langsung membuang wajahnya. Sedangkan Sabrina langsung tertawa kecil.
"Kita ada dimana?" tanya Sabrina pada Max. Dia melihat ruangan yang ditempatinnya sangat berbeda dengan kediaman Ulyed. Terlihat lebih sederhana dan nyaman. Sabrina tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur. Dia hanya ingat kejadian saat dirinya di hutan Elphan. Sebelum seluruh kesadarannya hilang dan malah bertemu dengan dirinya lain. Entah itu sebuah mimpi atau kenyataan perkataan dari sabrina lain. Tapi Sabrina perlahan bisa mengingat kejadian di masa lalu. Tentang dirinya bersama pria di depannya.
"Kita ada di penginapan desa. Sore ini kita kembali ke kerajaan octavain." jelas Max yang membuat Sabrina terdiam sesaat. Apakah masalah yang terjadi sudah selesai.
"Semuanya sudah selesai, baron Ulyed ditangkap akibat penyerangan desa dan penjualan batu sihir pada kerajaan tetangga tanpa izin kerajaan." jelas Max yang hanya dianggukkan oleh Sabrina. Sepertinya semua masalah terselesaikan dengan baik. Para pembunuh bayaran tidak berhasil membunuhnya dan Max.
"Sudah berapa aku tidak sadarkan diri max?"tanya Sabrina yang membuat Max membuang nafas kasar. Entah apa yang sedang dipikirkan pria itu saat Sabrina menanyakan itu.
"1 minggu kamu tidak sadarkan diri Sabrina, banyak hal yang telah terjadi selama kamu tidak sadarkan diri." jelas Max pada sabrina.
Selama Sabrina tidak sadarkan diri, banyak yang terjadi pada di desa ini. Serangan selama dua hari berturut-turut. Beruntungnya Max sudah dalam keadaan normal. Dia dengan mudah mengalahkan semua pembunuh bayaran itu. Tidak ada yang perlu ditakutkan lagi setelah kembali Max.
**************************************
Zenith tidak menyangka semua rencananya tidak ada satupun yang berhasil. Kedua bangsawan yang digunakannya sebagai pion untuk mendapatkan banyak uang dari penjualan batu sihir. Sekarang mereka tertangkap di tangan max. secara tidak langsung keberadaanya dalam bahaya. Kalau kedua bangsawan itu membongkar tentang identitasnya. Hal itu bisa membahayakan dirinya.
"Sudah aku bilang untuk tidak melanjutkan rencanamu Zenith." ucap seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam kamar pria itu. Dia menatap miris dengan keadaan pria itu. Tapi dia tidak berniat untuk membantu pria itu untuk melaksanakan rencananya.
"Kamu ingin menertawakan kehancuranku. Setelah selama satu minggu kamu menghilang begitu saja. Sekarang kamu datang untuk melihat kehancuranku yang hanya menunggu waktu saja." ucap Zenith yang menatap tajam pada Anya. Dia marah dan kecewa pada wanita yang berada di hadapannya.
Orang yang paling dia percaya selama ini. Ternyata sama seperti orang -orang yang selalu menusuknya dari belakang. Wanita yang sudah merebut sebagain hatinya itu ternyata memilih berpihak pada orang yang ingin dirinya hancurkan. Rasa marah yang meluap tapi dia juga tidak memiliki keberanian untuk memberikan hukuman pada Anya.
"Aku tidak berniat menertawakanmu. Aku hanya ingin mengingatkanmu apa yang kamu lakukan tidak berguna. Aku akan selalu menggagalkan semua rencanamu untuk menghancurkan max. Karena dia adalah adikmu yang dinyatakan mati. Selir yang dibunuh oleh paman bukanlah ibu kandung dari pangeran ketiga. Kalau kamu harus tahu anak dari selir dinyatakan meninggal di dalam kandungan. Entah itu sebuah keberuntungan atau kesialan diwaktu bersamaan selir melahirkan ibu anda melahirkan pangeran max. Mereka menukarnya untuk menjaga posisi selir di istana. Orang yang harus kamu salahkan bukanlah pangeran max tapi Raja. Karena semua itu perintah dari raja secara langsung." jelas Anya yang mengetahui itu dari keluargannya. Awalnya dia tidak ingin menjelaskannya. Tentu saja ada alasan kenapa menahan fakta itu.
Anya tidak ingin Zenith melakukan tindakan gegabah. Dia yakin pria itu berniat untuk membunuh raja. Dia sangat membenci raja kerajaan Octavain. Karena ayah dari pria itu sudah menyebabkan ibu dari zenith dan Max mati dengan tidak terhormat. Keluarga dari ratu sebelumnya difitnah melakukan bisnis gelap dan perbudakan yang menyebabkan seluruh keluarga dari ratu harus dihukum mati. Beruntungnya Zenith saat itu sedang berada di akademik. Jadi dia bisa kabur dari hukumannya.
Setelah tahu kenyataan yang sebenarnya, dia sangat membenci Raja dan ibu tiri dari pangeran max. Karena raja melakukan hal itu untuk mengangkat selir menjadi ratu. Karena itu paman dari Zenith yang membantunya kabur dari hukuman membuat rencana untuk membunuh selir. Rencana berjalan dengan baik, selir meninggal dengan tebasan dari pedang paman zenith. Tapi beliau juga menjadi korban pedang keponakannya sendiri yang tidak tahu kebenaran akan dirinya.
"Kamu pikir aku percaya dengan ucapanmu, hahahhaha aku tidak sebodoh itu Anya." ucap Zenith yang tidak bisa menahan amarahnya kembali. Pria itu mencengkram wajah anya dengan keras. "aku pikir kamu adalah orang yang bisa aku percaya anya..." ucapan Zenith terpotong dengan perkataan Anya.
"Kamu boleh tidak percaya dengan ucapanku, tapi kamu bisa membuktikan dengan sebuah fakta tentang kutukan yang dimiliki oleh pangeran ketiga. Hanya keluarga Giordest saja yang memiliki sihir hitam. Setiap beberapa beratus tahun akan ada anak yang lahir dengan kutukan sihir hitam. Dia akan memiliki sisi gelap dari kebangkitan sihirnya. Orang itu adalah pangeran max." jelas Anya yang membuat zenith terdiam. Kenapa dia baru menyadari hal itu saat ini. Tidak banyak yang tahu tentang kutukan itu. Hanya keluarga Giordest karena hal itu adalah aib di masa lalu atas kesalahan mempelajari sihir terlarang. Kutukan yang bisa membawa keburuntungan dan keterpurukan di waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...