Bab 88 : Kembali

12K 1.1K 7
                                    

Satu bulan telah berlalu sejak Sabrina dinyatakan koma. Tidak ada tanda-tanda wanita itu akan sadar dalam waktu dekat ini. Max selalu berada di samping sang kekasih beberapa minggu setelah kejadian itu. Tapi dia harus kembali mengurusi beberapa pekerjaan yang sudah menumpuk. Karena itu Max hanya bisa mengunjungi sang kekasih saat malam hari saja. 

"Max." panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerja Max. Pria itu berjalan mendekati sang adiknya yang fokus dengan beberapa laporan mengenai beberapa wilayah diperbatasan. "Besok aku akan pergi bersama dengan Anya untuk keliling dunia." ucap pria itu yang membuat tatapan Max mengarah padanya.

"Lalu siapa yang akan menempati kursi raja kalau kakak pergi begitu saja. Tugasku sudah banyak jangan membuat waktuku semakin sedikit untuk menemani Sabrina." ucap Max dengan kedua tanganya dilipatkan di dadanya dan tubuhnya disandarkan pada kursi kebersarannya. 

"Tentu saja kamu." ucap Zenith dengan santai. Sudah bertahun-tahun tinggal di luar istana membuatnya nyaman. Tidak pernah terlintas dibenaknya kembali ke dalam istana selain melakukan balas dendam. Sekarang dendamnya sudah terbalas, tidak ada lagi alasan untuk bertahan di tempat ini. 

"Kakak adalah anak tertua dari keturunan raja sebelumnya. Jadi kakak harus duduk di posisi raja." ucap Max dengan kedua matanya menatap tajam pada sang kakak. Sebenarnya dia sangat kesal dengan nasibnya. Sudah cukup berberbagai laporan tentang pertahan perbatasan wilayah Octavain yang membuatnya kesulitan menemani sang kekasih. Dia tidak ingin pekerjaanya semakin bertambah dan membuatnya sulit bertemu dengan Sabrina.

"Ayolah adikku tercinta, orang yang paling tepat untuk menduduki posisi raja adalah kamu. Aku berjanji akan mengurangi pekerjaanmu jadi biarkan aku pergi dari tempat ini."

"Bagaimana kakak bisa membantuku?"tanya Max yang sekarang berdiri dari posisi duduknya. Dia menyalakan rokok yang sudha menjadi temannya selama satu bulan ini. Beban pikirannya bertambah semakin harinya. Rasa takut yang semakin mendominasi pikirannya setiap harinya. Sabrina tidak kunjung sadar dan itu menjadi salah satu faktor seorang Max mencoba benda itu. Setidaknya dia bisa sedikit tenang setiap menyesap asap yang penuh dengan penyakit itu.

"Sejak kapan kamu merokok?"tanya Zenith yang terkejut dengan tindakan Max. 

"Sejak Sabrina dinyatakan koma. Rasa takut terus hadir bila aku berjauhan dengan sabrina. Aku takut wanita itu meninggalkanku. Karena itu kakak harus menjadi raja. Biar aku bisa memiliki banyak waktu bersama dengan Sabrina." ucap Max yang langsung digelengkan oleh Zenith.

"Apapun tawaranmu aku tidak akan tergoda." ucap Zenith yang memilih duduk di sofa. Dia sudah menduga kalau sang adik pasti sulit untuk dibujuk.

"Aku akan mengurus perbatasan atas bayaran kebebasanku. bagaimana?"tanya Zenith pada Max yang terdiam saja. Terlihat jelas max belum menyetujui usulan sang kakak. 

"Aku akan lakukan apapun selain menjadi raja." ucap Zenith yang membuat senyuman terbit di wajah Max. Pertanda buruk saat senyuman max muncul. "Ah aku salah berbicara dengan rubah licik ini." gumam Zenith pada dirinya. Dia tidak bisa lagi menarik perkataanya. 

Bruk

"Hey ketuk dulu sebelum membuka pintu." protes Zenith pada adik perempuannya yang malah tidak memperdulikan perktaanya. Micky berjalan pada sang adik yang menatapnya kesal. Pintu ruang kerja max baru saja dibenarkan beberapa hari lalu karena ulah sang kakak perempuannya. Sepertinya pintu itu harus diperbaiki lagi.

"Max, sabrina sadar." ucap Micky yang membuat kedua pria itu terkejut bukan main. Max langsung menghilang dari hadapan kedua kakaknya. "Anak ini benar-benar." umpat Micky yang sekarang menatap sang kakak. "apa yang kakak lakukan di ruangan max?"tanya Micky.

"Memberika penawaran pada adik kita. Tapi aku baru saja menemukan cara untuk kabur dari tempat ini dan rubah licik itu." ucap Zenith dengan senyum tipisnya. 

Kabar bahagia itu tersebar sangat cepat di istana. Seluruh orang ikut senang mengetahui wanita dari pangeran kerajaan ini sadar.  Para pekerja istana sangat tahu seberapa besar pengaruh wanita itu terhadap tuan muda mereka. Max kembali menjadi seorang yang sedikit berbicara dan tidak pernah tersenyum. Hampir setiap hari pria itu Clovis maupun Velix. Tidak sampai disitu saja para ksatria harus bekerja extra keras karena Max. 

"Sayang ." panggil Max saat melihat wanita cantik yang selama ini dirindukannya sedang duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Wanita itu tersenyum lebar melihat sang tunangannya yang sudah mengeluarkan air matanya. Kedua tangannya direntangkan dan max langsung memeluk tubuh wanitanya yang selama ini dirindukannya. "akhirnya kamu kembali sayang." ucap Max yang membuat senyuman Sabrina semakin lebar.

"aku sudah berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi bukan?" ucap Sabrina yang melepaskan pelukannya. Dia mengamati wajah max yang terlihat lebih kurus. "Kenapa kamu terlihat lebih kurus, lihatlah ada kantung mata. Wajahmu juga sangat pucat. Kamu tidak makan dengan baik selama aku koma." ucap Sabrina sambil mengelus pipi tirus sang kekasih. Meskipun max terlihat lebih kurus tapi ketampanannya sama sekali tidak berkurang. 

"Semua ini karenamu." ucap Max dengan wajah cemberutnya. Sabrina terkekeh pelan melihat wajah lucu sang kekasih. 

"Maafkan, mulai sekarang aku akan membuat tunanganku kembali gagah seperti dulu." ucap Sabrina yang membuat senyuman terbit di wajah pria tampan itu. "Kenapa kamu jadi sangat cengeng begini? kemana  Max yang gagah dan menyeramkan ?" ucap Sabrina yang berakhir sebuah cubitan pipi oleh max. 

"Hey jangan cubit pipiku ini."

"Aku sangat merindukanmu. Jangan tinggalkanku lagi."

"Tentu saja." ucap Sabrina dengan senyuma lebar yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Keduannya saling bertatapan, wajah keduanya semakin dekat. Suasana yang sangat hening seakan dunia milik berdua. 

Bruk. 

Suara barang menyadarkan keduannya. Sabrina langsung mendorong tubuh Max sedangkan pria itu menatap tajam kakak perempuannya yang sudah mengganggunya. "maaf." ucap Micky yang tidak sengaja menjatuhkan barang. 

"HAllo calon adik iparku, bagaimana keadaanmu?"tanya micky yang mencoba mengalihkan arah pembiaraan sang adiknya.

"Baik. kak micky."

"Pergilah dari kamarku."usir Max yang membuat micky dan Sabrina menatap tajam pria itu. 

"Apa? aku tidak salah. Dia yang masuk dan mengganggu kegiatan kita. Hampir saja aku bisa merasakan bibir manismu lagi. Kalau saja perawan tua ini tidak datang."

"Hey siapa yang kamu bilang perawan tua huh?" kata Micky yang sudah memegang kedua pinggangnya. Dia menatapa tajam sang adik yang tidak sangat kurang ajar padanya.

"Tentu saja kakak. Makanya pergi dari sini dan cari jodoh sana. Agar tidak ganggu orang yang lagi pacaran."

"MAX!." panggil Sabrina pada sang kekasih. Dia tidak suka kekasihnya berkata seperti itu pada kakaknya sendiri.

"apa sayang? apakah kamu lapar?"tanya max yang langsung mengalihkan pembicaraan. Sedangkan Micky masih menatap tajam pada adik durhakanya.

"Max jangan begitu apda kakakmu." ucap sabrina yang dianggukkan oleh micky.

"Tidak ada apa biar dia sadar umurnya tidak lagi muda. Kita saja akan menikah dalam waktu dekat. Sedangkan dia masih saja menunggu Clovis melamarnya."

"Aku akan menikah minggu ini lihat saja." ucap Micky yang langsung meninggalkan kamar adiknya. Sedangkan Max tersenyum mendengar perkataan kakaknya. Dia memang sengaja melakukannya agar kakak perempuannya segera menikah.

"Kamu memang sangat jail max."

"Semua itu demi kakak perempuanku." 

Flashback End.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang