Sabrina membuka matanya saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang dirindukannya. Padahal keduannya baru saja berpisah beberapa jam yang lalu. Tapi rasanya seakan mereka telah berpisah sangat lama. Dia tersenyum saat merasakan kehangatan dari pelukan Max. Pria yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat adalah sang tunangan. Entah apa yang terjadi hingga pria itu memeluknya.
Dia membalas pelukan tunangannya. Tapi senyumannya luntur begitu saja saat merasakan sebuah pedang yang menusuk punggu tunangannya. Dia melepaskan pelukan itu tapi Max menolaknya. "Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Sabrina dengan wajah bingung dan khawatir. Tadi pagi pria yang memeluknya dalam keadaan baik-baik saja.
"aku senang datang di waktu yang tepat. Bukankah kali ini aku berhasil menyelamatkanmu. Sayang." ucap Max dengan senyuman lebar yang membuat Sabrina tidka bisa menahan air matanya. Dia tidak suka saat melihat pria yang dicintainya terluka seperti ini. "Jangan menangis." kata Max dengan suara lirihnya. Kedua tangannya mengelus pipi sang kekasihnya. Senyuman yang tidak pernah berhenti terbit dari wajah tampannya.
"Aku tidak ingin kamu seperti ini, kenapa kamu melindungiku? Jangan tinggalkan aku." ucap Sabrina dengan wajah khawatirnya. Matanya menatap sekelilingnya yang tidak kalah memprihatinkan. Dia melihat teman-temannya berakhir dengan tragis. Seluruh orang terluka dan hanya dirinya saja yang baik-baik saja hingga saat ini.
"huush." Kedua tangan Max menangkup wajah sabrina. Dia tidak suka melihat wajah gelisah dari sang kekasihnya. Hanya boleh senyuman dan kebahagian yang boleh muncul dari wajah indah milik Sabrina. "Kamu tidak perlu khawatir semua baik-baik saja. Kita aman." ucap Max yang masih mencoba menenangkan Sabrina.
Sabrina akhirnya bisa tenang. Sayangnya hal itu hanya bertahan sebentar saja. Wanita berteriak histeris saat kepala sang kekasih menggelinding dari badan yang dipeluknya. " aaaaaaaaaakh, MAX -MAX. TIDAK JANGAN TINGGALKANKU. MAX KEMBALI KENAPA." teriak sabrina bersamaan dengan air matanya yang mengalir melihat badan lemah dalam pelukannya. Wanita itu menatap tajam pria yang tersenyum padannya. Dia benci pria itu yang sudah membunuh Max.
"Sekarang kita bisa bersama Sabrina." ucap pria itu dengan senyuman manisnya. Pria itu berjalan mendekati sabrina. Dia melepaskan badan sabrina dari badan Max. Sabrina mencoba melepaskan tangan pria itu dari badannya. Tapi tubuhnya seperti tidak bertenaga. Dia tidak bisa melakukan apapun hanya bisa mengikuti pria itu. Seakan-akan tubuhnya hanya sebuah boneka yang tidak memiliki energi untuk menggerakkan tubuhnya sendiri. " Kamu tidak bisa menggerakkannya. Itu semua hukuman untuk pengkhianat sepertimu. Mulai dari saat ini kamu hanya boleh menyukaiku saja Sabrina seperti beberapa waktu lalu." ucap pria itu sambil meremas rahang Sabrina dengan kuat. Suara lintihan terdengar jelas dari Sabrina.
Dia tidak sudi harus mencintai pria yang sudah membunuh Max. Sabrina meludah pada wajah pria itu. Tentu saja tindakan sabrina membuat amarah yang memuncak pada pria itu. Tarikan keras pada rambut Sabrina. Dia bisa merasakan beberapa helai rambutnya tercabut dari kulit kepalannya. Air mata yang terus keluar dan teriakan dari bibir indah sabrina yang tidak kunjung henti.
"Lepaskan aku sialan, aku pastikan akan membunuh." ucap Sabrina yang membuat pria itu tidak bisa lagi menahan tangannya untuk menampar wajahnya. Sebuah tamparan keras yang membuat pipi sabrina menjadi merah. Bahkan bibirnya sobek karena tamparan yang dilakukan oleh Derek. Pria yang sedang menatap tajam pada sabrina adalah sang pangeran kedua. Derek berhasil membunuh orang -orang yang mengganggu rencanannya. Sekarang hanya Sabrina yang tersisa dan dia tidak akan membiarkan waktu begitu saja. Sedikit hukuman untuk wanita yang berhasil mencuri hatinya dan melukainya diwaktu bersamaan.
" Aku tidak akan melepaskanmu. Hingga aku puas menikmati tubuhmu dan bisa membuatmu tunduk padaku kembali Sabrina. Aku akan jadikan kamu ratu dan boneka cantik dalam istanaku nanti." ucap Derek sambil mengelus pipi sabrina yang sudah berubah menjadi merah. Dia tepuk pelan tapi tetap saja rasa sakit muncul karena perbuatan pria itu. Senyuman mengejek tidak hilang dari wajah Derek. Dia senang orang -orang yang sudah menghancurkan rencananya itu akhirnya terkalahkan. Hanya tersisa Sabrina, mainan barunya untuk waktu senggangnya mulai dari saat ini.
"Aku lebih baik mati dibandingkan menjadi ratu bonekamu." ucap Sabrina yang membuat Derek tertawa mendengar perkataanya. Dia tidak percaya wanita yang pernah mengejarnya sangat keras kepala.
"Benarkah? kalau begitu aku tidak akan membiarkan kamu mati dengan cepat. Biarkan kamu merasakan hidup di dalam neraka hingga ajalmu memanggil." ucap Derek dengan senyuman tipisnya. Sabrina menatap tajam pria itu. Fokus sabrina teralihkan saat melihat tangan velix yang tidak terdapat luka.
"Shit, kenapa aku baru sadar." umpat sabrina yang membuat Derek menatap aneh padannya. Sabrina menggigit tangan pria itu. Secara otomatis Derek melepaskan pegangannya. Sabrina yang mendapatkan celah untuk kabur langsung berlari. Dia berlari menjauh Derek yang sedang mengejarnya. Langkahnya terhenti saat melihat pedang yang berada dihadapannya. Tanpa pikir panjang dia mengambilnya dan langsung diarahkan pada lehernya.
"JANGAN." Teriakan Derek bersamaan dengan sekeliling sabrina hancur menjadi sebuah butiran debu. Semuannya hancur dan sabrina merasakan badannya jatuh karena pijakannya menghilang.
Bruk.
Dia terjatuh dengan posisi yang kurang nyaman. Beruntungnya dia tidak mendapatkan luka parah. Dia menatap sekelilingnya. Sebuah pohon besar yang melilit badan teman-temannya. Suara rintihan tendengar jelas oleh sabrina dari Velix, Zenith dan Anya. Ternyata pohon besar dihadapannya adalah sumber dari masalah. Sebuah pohon yang suka memakan semangat hidup manusia dengan sihir mimpi buruknya. Sebuah pohon yang akan membunuh secara perlahan mangsanya.
Sabrina menarik pedangnya. Dia arahkan pedangnya untuk menebas taman merambat yang mengikat tubuh ketiga temannya. Perlahan namun pasti mereka kembali membuka matanya. "Apa yang terjadi?" tanya velix. Pria itu masih ingat kejadia yang terjadi beberapa saat lalu. Sebuah kejadian yang membuat dirinya tidak lagi memiliki semangat hidup.
"Nightmare Tree." ucap Zenith yang baru saja sadar dengan situasi saat ini. Dia mengeluarkan sebuah sihir yang membuat mereka terlepas dari lilitan. Sayangnya velix yang belum siap haru jatuh dengan keadaan bagian pantatnya yang pertama kali mendarat. Tentu saja pria itu ingin protes tapi tidak ada keberania. Sedangkan Zenith menangkap tubuh Anya yang jatuh. Pria itu masih memiliki kesempatan untuk bermesraan di waktu seperti ini. Sabrina tidak terlalu banyak berkometra hanya velix yang sedang menatap sinis pada kakak tuannya.
Kabut yang tadi menutupi sekeliling sabrina. Sekarang menghilang begitu saja bersamaan sebuah suara yang muncul. " Kamu memang tidak pernah mengecewakanku Sabrina. Sayangnya masih banyak rintangan yang kamu harus lewati." ucap suara yang perlahan menghilang dan tidak lagi terdengar.
"Kita harus segera melanjutkan perjalana." ucap Sabrina yang langsung dianggukkan oleh ketiga orang itu. Mereka tidak berniat menceritakan mimpi yang didapatkannya. Hanya saja mimpi buruk itu cukup membuat mereka ketakutan dan khawatir. Terutama sabrina yang masih mencoba menenangkan pikirannya. Dia takut hal itu terjadi pada Max. Kalau hal itu terjadi, dia tidak yakin bisa melanjutkan hidupnya di dunia asing ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...