Seorang pria sedang mengamati peperangan dihadapannya dengan senyuman tipis. Dia sudah menduga kalau Sabrina akan semenarik itu. Tidak seperti wanita yang sering ditemuinya. Sabrina memang memiliki banyak kejutana dalam setiap pergerakannya. Tidak bisa ditebak setiap pergerakannya tapi akan mengejutkan hasil yang telah dilakukannya.
"Pada akhirnya Derek kalah ditangan wanita itu. Sudah seperti perkirakanku kalau dia tidak akan bisa mengalahkan seorang Sabrina." ucap Vernand yang baru saja menatap kematian Derek direnggut oleh Max. "aku tidak sabart pertemuan kedua kita sayang." ucap pria itu dengan senyuman tipisnya. Dia kembali menatap istana Octavain yang sangat sulit ditembus oleh pasukannya. Vernand belum berniat untuk turun langsung menghancurkan pertahanan istana. dia menunggu tokoh utama itu muncul di hadapannya.
Sedangkan Sabrina dan Max sedang menunggang kuda menuju salah satu desa terdekat dengan ibu kota. Entah apa yang kedua orang itu rencanakan. Padahal Istana Octavain dalam bahaya tapi keduannya tidak terlihat cemas dengan hal itu. "Bagaimana kalau kita liburan dahulu saja dan biarkan clovis dan velix mengurus sisanya." bisik Max yang berakhir pukulan sabrina pada tangan pria itu yang melingkar di perutnya.
"Aku tahu seberapa kuat kedua bawahanmu tapi lawan kita Vernand. Dia bukan musuh yang sulit dikalahkan." ucap Sabrina yang membuat tawa menggelegar dari Max. "Tidak ada yang lucu max. Aku sedang serius. Bahkan kamu saja tertusuk oleh pedang pria itu bukan?"Sindir sabrina yang membuat Max menatap sebal pada kekasihnya. Dia tidak suka direndahkan oleh Sabrina.
"Bukankah kamu yang memintaku untuk tidak menyerang Vernand dan membiarkan pria itu pergi dari tempat bersembunyi." sindir Max pada sang kekasihnya itu. Dia sebal saat dirinya dianggap lemah dan tidak berdaya karena pedang musuhnya berhasil menusuknya.
"Ah aku lupa tentang hal itu. Jadi kamu benar-benar terluka? padahal bisa menangkisnya bukan."ucap Sabrina yang kembali menatap jalan di depannya. Max membuang nafas kasar kekasihnya itu memang sangat perlupa. Beruntungnya Max sangat mencintai wanita menyebalkan di depannya ini.
"aku hanya membiarkannya melukaiku agar segera pergi dari hadapanku. Tapi pria itu malah mengatakan ingin membunuh kamu. aku tidak sabar membunuh pak tua itu." ucap Max dengan nada dinginnya. Dia masih ingat perkataan pria tua itu yang ingin sekali membunuh tunangannya. Sedangkan Sabrina terbungkam, dia tidak akan mengatakan perkataan Vernand. Kalau tunangannya tahu pasti pria itu akan mengamuk seperti kejadian beberapa saat lalu.
"Benarkah?"tanya Sabrina yang mencoba menormalkan perasaanya. Sayangnya sabrina bukan orang yang pintar berbohong.
"Kamu tidak ingin menceritakan pertemuanmu dengan pria itu padaku?" bisik Max pada telingannya yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Dia yakin velix itu sudah membocorkan kejadian malam itu pada kekasihnya. Sekarang nyawanya akan dalam bahaya kalau sabrina tidak jujur pada Max. "Kamu tidak perlu mengatakan apapun, aku sudah tahu. Tenang saja aku tidak akan membiarkan pria lain mendapatkanmu. Kamu hanya boleh menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku saja." ucap Max yang membuat rona merah kembali muncul.
"Jangan merayuku terus menerus. Kita sudah hampir sampai." ucap Sabrina yang sudah melihat sebuah desa tanpa penghuni lagi. "Kata Micky kita harus berhati-hati Max banyak hewan mistis yang muncul setelah tempat ini ditinggalkan." jelas Sabrina yang hanya dianggukkan oleh Max. Dia tidak takut dengan hewan mistis yang bertugas melindungi batu sihir di desa ini. Tidak banyak orang yang tahu dengan batu sihir yang memiliki warna hitam dan memancarkan radiasi energi sihir hitam.
Satu hal yang max khawatirkan adalah Sabrina. Karena batu sihir itu akan menjadi bencana untuk manusia biasa dan pemilik sihir selain sihir hitam seperti Max. Bisa dibilang batu sihir itu sangat baik untuk Max dan tidak untuk orang lain.
"Kamu yakin akan ikut bersamaku. Batu sihir itu bisa membunuhmu. Sebaiknya kamu tidak ikut masuk Sabrina." jelas Max yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Tenanglah, hal itu tidak akan berpengaruh padaku." ucap Sabrina dengan percaya diri.
Mereka turun dari Black karena kuda max bisa mati jika lebih dekat dengan batu sihir hitam. Max menatap Sabrina dengan khawatir. " Tenanglah, aku baik-baik saja." jelas Sabrina dengan senyum tipisnya.
Mereka masuk ke dalam sebuah hutan yang berada di dekat desa itu. Sebuah hutan yang akan mengarahkan mereka ke sebuah gua. Tempat dimana batu sihir hitam itu tertanam di dalamnya. Langkah kaki mereka terhenti saat sebuah moster muncul. Sabrina tidak tahu hewan apa yang ada didepannya. Memiliki bentuk seperti singa tapi kepalanya ada tiga dan memiliki sayap. Bentu yang sangat aneh apalagi sebuah batu sihir tertanam di dahi hewan itu.
"Hewan aneh." gumam sabrina yang membuat hewan di depannya mengaum. Moster itu mendekati Max dan Sabrina. Kedua orang itu tidak berniat untuk mundur dari posisi mereka. Sabrina sudah bersiap menebas moster itu jika menyerang mereka. Tapi sabirna terdiam saat monster itu bersujud di hadapan max. Sabrina menatap kekasihnya yang sekarang tersenyum padanya.
"Mereka tidak akan menyerangku. Tentu saja tidak untukmu." ucap Max dengan bangganya. Tapi pria itu terkejut saat monster berbentu singa itu malah menjilat wajah Sabrina. Hal itu membuat Max menatap tajam pada monster itu.
Sepertinya monster itu menyadari telah membangkitkan seorang iblis yang sedang tidur. Monster itu langsung menghilang dari hadapan keduannya. Sedangkan Sabrina terkejut melihat tindakan itu. "Kamu membuatnya kabur seperti kucing." ucap Sabrina yang membuat Max tersenyum banggsa.
"Mereka berani menjilat wajah cantik tunanganku. Tentu saja aku tidak akan membiarkannya begitu saja." ucap Max yang kembali menarik Sabrina untuk melanjutkan perjalan mereka.
"Lihat bukan aku baik-baik saja." ucap Sabrina yang sekarang sudah masuk ke dalam gua itu. Dia merasa badannya baik-baik saja. Sabrina juga tidak tahu kenapa dirinya tidak mendapatkan efek dari batu hitam di hadapannya.
"Kita harus mengambil pedangnya, Vernand tidak akan bisa mati selain ditusuk dengan pedang ini tepat di jantungnya." ucap Sabrina pada Max. Pria itu berjalan menuju pedang yang tertancam pada batu di dalam gua itu. Pada gua itu terdapat banyak batu sihir hitam. Sabrina tertarik menyentuh batu sihir saat max sedang mencoba mengambil batu sihir.
Bruk
Max terkejut saat melihat Sabrina tiba-tiba pingsan. Dia berlari menuju sabrina yang berbaring tanpa ada pergerakan. Pedang batu sihir hitam sudah dicabut oleh Max. Hal itu membuat getaran besar pada gua itu. Max langsung membawa tubuh Sabrina yang menjadi sangat dingin. dia tidak tahu apa yang terjadi pada kekasihnya. Satu hal yang pasti sabrina dalam bahaya. karena wajah wanita itu semakin pucat bahkan seperti darah dalam tubuhnya mengilang.
"Aku mohon bertahan lah sabrina." ucap Max saat mencoba keluar dari gua itu. beberapa bagian atas gua mulai berjatuhan karena keseimbangan energi sudah menghilang. Pedang yang dibawa oleh max adalah sumber dari energi gua. Saat pedang itu dicabut secara otomatis gua itu akan hancur karena tidak ada lagi penompangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...