Bab 21 : Kembali

34.6K 3.9K 44
                                    

Sekarang Sabrina berada di ruang kerja milik Max. Pria itu menatap tajam padannya. Mungkin dia berpikir kalau Sabrina berniat untuk mengkhianatinya.  Tapi Sabrina mencoba untuk berpikir positif tentang apa yang akan terjadi setelahnya.

"Apa yang pria itu bicarakan padamu? kalian terlihat seperti kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Sangat mesra untuk orang yang bilang tidak saling menyukai." sindir Max dengan tatapan tajam masih di arahkan padannya. Sedangkan Sabrina hanya bisa membuang nafas kasar. Apakah tunangannya sedang diranda sangat cemburu. 

Jika itu benar sungguh Max sangat menggemaskan saat cemburu. Pria itu seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya. Walaupun dia sedang menatap tajam padannya. Tapi dia tidak begitu takut dengan tatapan pria itu. Seakan tidak ada niat jahat yang akan dilakukan Max padanya. 

"Dia mengetahui kalau aku mengganti rancunya. Dia marah pada tindakan yang aku buat. " ucap Sabrina dengan wajah sendu. Dia tidak tahu lagi cara untuk mendapatkan kepercayaan pria itu lagi.

"Benarkah? kalau begitu dia tidak lagi percaya denganmu bukan. Jadi kamu tidak perlu lagi berdekatan dengan putra mahkota." ucap Max yang membuat Sabrina terdiam mencoba mencerna pekataan pria itu. bukannya sangat aneh kalau Sabrina tidak lagi berdekatan dengan putra mahkota. Padahal dia adalah mata-mata untuk Max. 

"Apakah kamu tidak salah minum obat tadi pagi? sepertinya sisa racun tadi malam masih tersisa." ucap Sabrina pada Max.

"Aku tidak salah minum obat apapun yang salah adalahk keberadaanmu." ucap Max pada Sabrina. Pria itu berjalan menuju tempat Sabrina duduk. Dia berlutut di hadapan Sabrina dan memegang kedua tangan tunangannya itu.

"Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Tapi aku mulai merasakan perasaan nyaman saat berada di samping kamu Sabrina. Jadi jangan tinggalkan aku dan selalu berada di sampingku untuk selamanya." ucap Pangeran ketiga pada wanita yang menatap bingung pada perubahan pria itu. 

"Aku tidak bisa. Aku harap kamu mengerti Max. Ada banyak hal yang membuatku tidak bisa bersama kamu. " ucap Sabrina dengan senyuman lebar. Dia memang tidak bisa bertahan di samping seornag pangeran ketiga maupun putra mahkota. Karena orang yang pantas berada di samping kedua pria itu adalah tokoh utama. 

Sabrina hanya mencari tempat berlindung dari tali yang mengekang lehernya. Setelah kejadian mematikan itu berakhir. Bahkan sebelum 6 bulan hubungan mereka berlangsung. Sabrina akan tetap pergi meninggalkan negeri ini. Mungkin berpetualang adalah pilihan yang sangat menarik untuknya. 

"Apa maksud kamu? tidak ada yang melarang hubungan kita." ucap Max yang sekarang berdiri di hadapan Sabrina. Dia tidak menyangka wanita di depannya malah menolaknya dengan alasan yang sangat bodoh. Sekarang keduannya terikat dalam hubungan pertunangan. Tentu saja tidak ada yang melarang keduannya untuk melanjutkan hubungannya kejenjang yang lebih tinggi. 

"Ada berbagai hal di dunia yang tidak akan kamu ketahui Max, hari ini aku akan kembali. Jangan melarang aku untuk kembali kediaman kita. Kamu ingat perjanjian kita hanya sebagai sekutu bertopeng tunangan." ucap Sabrina yang memilih untuk meninggalkan ruangan itu. 

Setelah kepergian Sabrina, Max sangat marah besar. Dia tidak mengendalikan amarahnya. Hal itu membuat ruangan kerjanya hancur dalam sekejap saja. Karena sihirnya yang tidak terkendali. Beruntungnya saat itu Clovis menyadari keanehan yang terjadi setelah kepergian tunangan tuannya. Tanpa meminta izin Clovis langsung menyuntikan racun untuk menetralkan aliran sihir tuanya. Bisa bahaya kalau dibiarkan begitu saja.

"Tuan anda bisa lebih tenang sekarang?"tanya Clovis pada tuannya. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya. Dia masih belum bisa terima dengan penolakan Sabrina. Apalagi pria itu memilih untuk kembali kediamannya dibandingkan tinggal di istana timur bersamanya.

"Dia memilih meninggalkanku Clovis." ucap Max yang membuat tangan kanan pria itu terkejut bukan main. Dia tidak menyangka akhirnya wanita itu memilih pria lain dibandingkan tuannya.

"Dia bukan pergi ke samping putra mahkota. Sabrina memilih untuk tidak menyelesaikan hubungan denganku setelah kontrak perjanjian kita selesai."Ucap Max dengan wajah frustasinya.

"Bukankah kamu tinggal mendapatkan hatinya sebelum kontrak kalian selesai kawan." ucap Seorang pria yang tidak kalah tampan dengan Max. Pria muncul bersamaan dengan sebuah portal muncul di hadapan Max.

"Ada kepentingan apa seorang duke datang tanpa mengirimkan sebuah surat." Sindir Max atas kedatangan sahabatnya yang tidak diundang itu. Dia hanya tidak ingin ada orang yang menyadari kelemahannya. Cukup Clovis yang melihat sisi lemah. Dia tidak ingin sahabatnya yang suka menggoda ini tahu kalau dia sedang frustasi akibat seorang wanita.

"Ayolah teman, aku bisa membantumu. Kamu tahu tidak ada wanita yang tidak terpesona dengan diriku. Aku saja bisa mendapatkan hati tunanganmu kalau aku mau melakukannya."Ucap pria itu yang langsung duduk di sofa tanpa menunggu tuan dari ruangan mempersilahkannya. Sungguh pria bangsawan yang tidak tahu tatakrama. 

Bahkan Clovis saja tidak pernah suka dengan sahabat tuannya. Entah apa yang membuat keduannya bersahabat. Padahal setiap bertemu tuannya lebih sering dibuat kesal dengan tinggkah duke di depannya. Duke Thio tahu cara membuat emosi tuannya membara karena setiap ucapannya itu. Bahkan hampir selalu tuannya harus menodongkan pedang pada leher tuan Thio untuk membuat pria itu berhenti menggoda pangeran ketiga. 

"Kamu melakukannya, aku sudah pastikan kepalamu berakhir menjadi pajangan ibu kota Thio." ucap Pangeran ketiga dengan tatapan tajam yang siap menerkam sahabatnya itu. Sedangkan Thio untuk kesekian kalinya dia menelan ludahnya mengingat kesalahan yang selalu dilakukannya. 

"Oke tenang yang mulia, aku hanya sedang bercanda. Anda terlalu serius dalam menanggapi gonyolanku." ucap Thio pada pangeran ketiga. 

"Kamu harus tahu gonyolanmu itu adalah kartu VIP untuk mempercepatmu bertemu dengan malaikat maut. " ucap Pangeran ketiga pada sahabatnya itu. Dia sekarang sudah duduk di hadpaan Thio. Mungkin sedikit sedikit saran dari sahabatnya bisa membantu hubungannya dengan Sabrina. Walaupun dia tidak bisa yakin 100% saran sahabatnya itu berguna. 

Sedangkan Sabrina sudah berada di kereta kudannya. Apa yang diucapkanya tadi pada Max. Benar-benar dia lakukan. Sabrina bukan orang yang hanya menggeretak saja. Dia memang harus menjauh dari istana. Setidaknya dia tidak akan bertemu dengan putra mahkota kalau berada di kediamannya. Terlalu berbahaya berdekatan dengan kedua orang itu. 

"Kenapa nona tiba-tiba ingin kembali? bukankah besok masih ada pelajaran tentang istana?"tanya Millie yang membuat Sabrina membuang nafas kasar. Tidak bisakah pelayannya ini tidak mengingatkan tentang hal itu. Dia bahkan tidak berminat untuk tinggal di istana. 

"Aku ingin kembali ke rumah. Selain itu pertunanganku akan selesai..." ucapan Sabrina terhenti bersamaan dengan kereta kudannya yang berhenti secara tiba-tiba. Padahal perjalanan dari istana menuju kediaman marquess masih jauh. 

"Bisakah kita berbicara sebentar?" ucap seorang pria yang tiba-tiba muncul di jendela kereta kudannya. Sabrina terkejut melihat ke hadiran pria itu di depannya. Kenapa dia bisa ada di sini.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang