Bab 28 : Jadi Pawang?

25.1K 3.1K 51
                                    

Kalau kalian pikir akan adegan roman picisan yang sering terjadi pada tokoh utama pria dan tokoh utama wanita saat bertemu. Mungkin itu pikiran awal Sabrina. Karena setelah itu dia dan seluruh orang yang ada di ruang bermain dibuat terkejut dengan tindakan dari Max selanjutnya. Bukannya membantu berdiri  atau menangkapnya dan saling bertatapan mata. Seperti adegan -adegan romantis yang selalu ditunggu oleh para pembaca. 

Max dengan santainya malah mendorong begitu saja wanita itu. Hal itu membuat wanita berambut putih jatuh tersungkur akibat tindakan Max. Sedangkan pelaku pendorongannya malah berjalan kearah sabrina dengan mata tajamnya. Entah apa yang membuat pria itu menatap marah padanya. Sepertinya dia tidak melakukan apapun. 

"Aku tidak suka kamu tersenyum pada pria lain." ucap Max yang menarik pinggang Sabrina mendekatinya. Pria itu seperti tidak sadar tindakan yang dilakukannya beberapa saat lalu pada seorang wanita cantik. 

Sedangkan nasib wanita cantik berambut putih itu sedikit menyedihkan. Bukannya terhindar dari luka akibat pertolongan Max tadi. Wanita itu malaha mendapatkan luka lebih banyak dari yang bisa Sabrina duga.

"kamu punya sapu tangan?"tanya Max yang dianggukkan Sabrina. Dia memberikan saputangan bergambar bunga-bunga pada Max. Pria itu menatap sesaat sapu tangan itu sebelum menyimpannya kedalam saku celananya. Setelah itu dia mengambil sapu tangan lain di saku celanannya dan mengelap tangannya. Rasanya tidak ada yang kotor di tangan Max. Pria itu secara tidak langsung menunjukkan ketidak sukaanya bersentuhan dengan wanita berambut putih.

"Aku tidak suka ada wanita lain yang menyentuhku. Itu sangat menjijikan." ucap Max yang membuat Sabrina dan beberapa orang dewasa terkejut mendengarnya. Sedangkan para anak kecil hanya mengaggap tindakan Max keren. 

"Kamu gila, bukannya membantu wanita itu kamu malah mendorongnya." ucap Sabrina yang tidak habis pikir cara bekerja otak seorang Max. Bukankah dia harusnya meminta maaf sudah membuat orang lain terluka. Apalagi wanita itu adalah tokoh utama wanita di cerita ini.

"Aku tidak berniat menolongnya. Dia tiba-tiba muncul dan saat itu aku tidak sengaja menahan punggungnya karena hampir menghalangi wajah kamu dari mataku." ucap Max yang tidak masuk diakal menurut Sabrina. 

"Kamu aneh, bukankah kamu harusnya meminta maaf padanya. Dia terlihat sangat terluka." ucap Sabrina yang merasa kasihan dengan nasib wanita berambut putih itu.

"Aku tidak peduli, di panti asuhan ini banyak orang yang bisa membantunya. Aku tidak mempunyai kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kesalahan yang diperbuatnya sendiri. Kamu sudah bertemu dengan Niki. Apakah kamu senang dengan kejutanku? Tadi kamu meninggalkanku begitu saja dibelakang. Dasar tunangan yang tidak perhatian." ucap Max dengan wajah ditekuk. Sedangkan Sabrina masih belum bisa mencerna keadaan yang terjadi beberapa saat lalu ini. 

Dia pikir Max akan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita berambut putih dan mata kuning emasnnya itu. Ternyata semua itu hanya ada dalam imajinasinya. Sungguh otaknya mulai tidak berfungsi dengan baik. Sepertinya dia harus mengeceknya ke dokter deh.

Sabrina melepaskan rangkulan tangan Max. Hati kecilnya tidak tega melihat nasib wanita cantik yang merupakan tokoh utama yang dicarinya. Benar-benar Max itu selalu menggagalkan rencannya. Bagaimana kalau tunangannya tidak jatuh cinta pada wanita di hadapannya. Berarti dirinya tidak akan pernah bisa lepas dan itu berarti sesuatu hal yang bahaya untuk Sabrina.

"Kamu terluka, harus segera di rawat." ucap Sabrina sambil mencoba untuk membantu wanita itu berdiri dan memapah ke salah satu sofa. Max memang benar-benar jahat. Tidak ada luka hanya memar di kedua tangan dan kaki saja. Tpai tetap saja perlakuan Max terlalu berlebihan. 

Saat Sabrina berniat untuk merawa wanita berambut putih itu. Tangan Sabrina langsung ditarik oleh seseorang. Orangnya adalah si tunangan gilanya. Pria itu sepertinya tidak suka kalau perhatian Sabrina tidak padanya. Bahkan dia sedang dilanda cemburu pada seorang wanita. Tidak mungkin juga tunangannya berselingkuh dengan sesama wanita. 

"Ayo kita pergi ke tempat lain. Aku membawamu kesini hanya untuk bertemu dengan Niki. Tidak ada yang lebih dan kurang. Kamu tidak bisa membantah perkataanku. Kamu masih dalam masa hukuman." ucap Max sebelum Sabrina membantah perlakuannya.

"Tapi kita harus merawat wanita ini dahulu. Lihat akibat dari tindakanmu tadi." ucap Sabrina pada Max yang seperti tidak merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya.

"Sudah aku katakan kamu tidak memiliki kewajiban untuk menolongnya. Dia yang membuat luka itu terjadi. Kalau dia tiba-tiba muncul pasti aku tidak akan mendorongnya." ucap Max dengan santai. Namun terdengar menyebalkan di mata Sabrina dan wanita berambut putih.

"Tuan yang terhormat, Anda yang menghalangi jalan saya tadi. Kalau anda tidak diam di depan pintu dan mengamati tunanganmu seperti patung. Saya tidak akan menabrak dan seperti saat ini. Selain itu saya juga tidak meminta bantu anda. Jangan terlalu percaya diri." ucap wanita berambut putih yang kesal dengan perkataan memojokkan dirinya. Dia jadi kasihan pada tunangan dari pria yang sudah mendorongnya. Terlihat jelas kalau pria itu terlalu terobsesi dengan wanita baik yang sudah membantunya tadi. 

"Dengarkan? dia tidak membutuhkan bantuan kita. Jadi biarkan saja dia." ucap Max yang menarik Sabrina. Sayangnya wanita yang ditarik itu menahan tangan tunangannya. 

"Kamu memaksaku pergi tanpa mengobati wanita ini. Aku pastikan tidak ada pertemuan lagi setelah hari ini. " Ancam Sabrina pada tunangan yang menyebalkan itu. Bukannya takut, Max malah tersenyum mengejek Sabrina. Tidak sulit bertemu dengan sabrina meskipun tanpa ada  izin dari tunangannya itu.

"Aku tidak takut."

"Ihhhhhhhh, lepasin dulu aku obatin lalu kita pergi." ucap Sabrina yang akhirnya bisa melepaskan tangannya dari Max. Dia berjalan menuju sebuah kotak bertuliskan aksara yang memiliki kotak obat. 

Setelah itu dia kembali ke hadapan wanita berambut putih itu. Dia duduk di lantai agar lebih mudah mengobati memar di kakinya. Tentu saja hal itu membuat Max kesal. Dia tidak suka melihat Sabrina mengobati orang lain. Rasanya dia ingin melukai tangannya biar tunangannya hanya mengobatinya saja.

"jangan berpikir hal gila Max, aku sudah tahu isi pikiranmu itu." ucap Sabrina yang membalikkan kepalannya sesaat. Sedangkan Max memilih berjalan menuju Niki. Anak kecil yang terlihat sangat dekat dengan tunangannya itu. 

"Kamu bisa bertahan dengan tunangan seperti pria itu? kalau aku mungkin akan memilih kabur saja." ucap wanita berambut putih yang menundukkan badannnya agar tidak terdengar oleh Max. Sedangkan Sabrina ingin tertawa mendengar perkataan wanita ini.

"Aku juga ingin kabur, sayangnya tidak semudah itu kabur dari tunanganku itu. Dia terlalu pintar dalam membaca setiap rencana yang aku buat." ucap Sabrina pada wanita berambut putih itu.

"kamu benar, dia sepertinya akan selalu menangkapmu dengan muda. Bagaimana kalau kamu kabur secara diam-diam saja di hari pernikahanmu nanti." ucap wanita berambut putih yang membuat Sabrina terkejut bukan main.

"Aku becanda itu tidak mungkin kamu lakukan bukan? aku mengerti tentang itu. Kenapa kamu tidak mencoba mencintai pria itu saja. Sepertinya tidak ada wanita yang lebih cocok dari kamu untuk menjadi pendampingnya. Tidak setiap singa bisa memiliki dua pawang yang membuatnya tunduk." ucap wanita berambut putih itu. Sabrina hanya menatap dengan wajah yang sangat bingung. Bagaimana ceritanya dia malah didukung oleh tokoh utama wanita untuk mencintai Max. Bukankah hal ini menunjukkan rencananya gagal lagi. Sungguh sial.

"Anya Gunn Moniqrus, kita bisa berteman. " ucap wanita berambut putih itu.

btw boleh nih follow ig author ada di profil ya.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang