Bab 40: Aku sudah tahu

15.8K 2K 23
                                    

Sebuah cahaya terang muncul dari tubuh Sabrina yang terbaring tak bernyawa di hadapan wanita berambut putih. Max tidak bisa melihat kejadian selanjutnya. Karena terlalu silau hingga membuat matanya tidak bisa melihat apa yang terjadi padan tunangannya. Bersamaan dengan hilang cahaya terang dari badan sabrina. Wanita berambut putih itu juga hilang dari hadahapan Max. 

Dia awalnya berniat untuk menolong Sabrina. Tapi pelayan wanita itu sudah lebih dulu datang bersama bala bantuan. Karena itu Max memilih untuk kembali ke ruang kerjanya. Dia masih memiliki pekerjaan sebelum berangkat ke medan perang.

"Sial." umpat Max saat melihat simbol kerajaannya ada di atas meja. Dia tahu siapa pelaku hilangnya simbol kerajaan ini. Siapa lagi kalau bukan Thio, sahabatnya itu seperitinya sengaja mengerjainnya. Tapi dia masih memikirkan kejadian aneh tadi. 

"apa yang wanita itu lakukan pada Sabrina? dia menusuk jantungnya bersamaan itu cahaya muncul. Bukankah seharunys Sabrina mati kalau jantungnya ditusuk. Tapi wanita itu terlihat seperti seseorang yang sedang tidur." gumam Max yang masih mengingat kejadian beberapa saat lalu. 

Flashback End. 

"Anya?"tanya Sabrina yang dianggukkan oleh Max. Sebenarnya hal itu yang membuat Max tidak suka wanita itu berdekatan dengan tunangannya. 

Masih teringat di benaknya saat wanita berambut putih itu menusuk jantung sabrina yang sedang dalam keadaan sekarat itu. Padahal sebelu pisau kecil itu menancap di dada kiri Sabrina. Tunanganya sempat saja sadar untuk beberapa saat. Bahkan kedua wanita berbincang sesaat. Sayangnya Max tidak bisa mendengar perbincangan keduannya. 

"Wanita itu terlalu berbahaya dan misterius. Keluarganya juga terlalu misterius karena memiliki sihir yang sangat jarang di miliki di kerajaan ini." jelas Max yang hanya dianggukkan oleh Sabrina. Sayangnya Sabrina malah berpikir untuk menemui wanita itu dan bertanya apa yang dibicarakannya dengan sabrina asli sebelum dia menusuknya.

"Sekarang giliran kamu, apa yang kamu bicarakan dengan wanita itu sebelum dia menusukmu?"tanya Max yang membuat Sabrina terdiam. Dia juga tidak tahu hal itu. Sabrina tidak diberikan ingatan kehidupan sebelumnya Sabrina. Dia hanya mengandalkan cerita yang dibacannya. Hal itu membuatnya harus meraba-raba dan menebak kejadian dalam cerita ini. 

"aku tidak tahu." ucap Sabrina dengan wajah yang frustasi. Dia juga ingin tahu apa yang dibicarakan kedua wanita itu. Mungkin saja kedua orang itu tahu penyebab dirinya bisa ada di dunia ini. Bukan berarti dia ingin kembali ke duniannya. Sebenarnya Sabrina lebih suka hidup di dunia ini. Kalau dia boleh egois, Sabrina ingin hidup di dunia ini saja. 

Sabrina sudah muak denga hidupnya sebagai Kayla. Tidak ada orang yang menyanginya seperti di dunia ini. Tidak sampai disitu saja, dia merasa hidupnya dulu sangat sepi dan menyedihkan. Dibandingkan kehidupannya sebagai Sabrina yang penuh warna dengan keberadaan tunangannya dan pelayan setiannya. 

"Kamu tidak sedang berbohong padaku bukan? aku jelas melihatmu saat itu berbincang dengan rambut nenek itu." ucap Max yang membuat Sabrina meringis mendengarnya. Sesungguhnya dia ingin tertawa lepas. Tapi tatapan tajam dari tunangannya itu membuatnya rasa humornya hilang begitu saja.

"nenek-nenek yang kamu bilang itu sudah membuatmu jatuh cinta kaya orang gila di dalam novel." umpat Sabrina dalam hati. Tentu saja dia tidak memiliki keberanian yang besar untuk mengatakannya secara langsung. Sabrina masih sayang dengan nyawanya.

"Max mungkin perkataanku terdengar sangat aneh dan gila. Tapi aku harap kamu bisa mengerti dengan penjelasanku setelah ini." ucap Sabrina yang membuat kedua alis Max bersatu.

"Bisa berkata pada intinya." ucap Max yang membuat darah Sabrina tiba-tiba naik begitu saja. Dia kesal dengan sikap tunanganya ini.

"Aku bukan berasal dari dunia ini." ucap Sabrina yang membuat suasana menjadi hening seketika. Sedangkan Sabrina merasakan keringat dingin mulai membasahi badannya. Pria di depannya menatapnnya dan tidak mengatakan apapun. 

"Sudah aku duga ada yang berubah padamu." ucap Max yang bersamaan dengan tangannya diletakkan di dahinya. Langsung saja ditepis oleh Sabrina dengan tatapan tajam. Dia kesal melihat respon tunangannya itu. 

Beberapa saat kemudia pria itu tertawa keras. Tentu saja hal itu membuat Sabrina berpikir kalau tunangannya seperti sudah gila. Tertawa keras padahal tidak ada yang lucu saat ini. 

"Kamu gila?"tanya Sabrina yang membuat tawa Max terhenti seketika. 

"Kamu pikir aku tidak curiga saat melihat perubahan kamu Sabrina. Tidak mungkin seorang yang mengalami amnesia bisa sepertimu. Sebenarnya Thio sudah mengatakan padaku tentang ini. Awalnya aku tidak percaya dan berpikir kalau perkataan pria itu hanya sebuah gonyolan. Ternyata hal itu benar, kamu bukan sabrina yang aku kenal. Lalu siapa kamu sebenarnya?"tanya Max yang sekarang sudah berpindah ke sampingnya. Pria itu memegang kedua tangan tunangannya. 

"Kamu tahu kalau aku bukan Sabrina? sejak kapan?" tanya Sabrina dengan tatapan yang masih terkejut. Dia pikir akan membuat pria di depannya terkejut. Tapi malah dirinya yang diberikan kejutan oleh tunangannya itu.

"Setelah pria itu mengerjaiku di malam pertunangan. Aku datang dengan amarah yang banyak pertanyaan yang menghinggapi di kepalaku. Thio hanya tertawa dan mengatakan kalau itu kejutan untuk hari pertunanganku." ucap Max sambil mengingat kejadian hari itu.

Flash back.

Brak

"hey kamu bisa masuk dengan mengetuk pintu dulu. Untung aku sudah selesai berpakaian. Jangan bilang kamu tertarik dengan sesama. Maaf walaupun kamu seorang pangeran aku lebih suka wanita yang berbadan menarik hatiku." ucap Thio dengan santainnya. Dia tidak sadar kalau sahabatnya sudah siap mengulitinya. Mungkin di dunia ini hanya seorang Thio yang selalu merasa nyawanya ada seribu bila berhadapan dengan sahabatnya itu. Pria itu tidak pernah tobat membuat pangeran kerajaan ini kesal.

"THIO KAMU MEMBOHONGIKU." ucap Max dengan penuh penekanan dan dingin. Hal itu membuat buru kuduk Thio berdiri. Dia seperti mendengar bisikan setan saja.

"Kamu suka hadiahku bukan?"tanya Thio yang membuat Max berjalan mendekati sahabatnya. Tidak lupa sebuah pedang panjang yang terlihat sangat tajam sudah siap memberikan pelajaran pada sahabat di hadapannya itu.

"Hey aku hanya memberikan hadiah untukmu tidak perlu berlebihan padaku. Pedangnya dibungkus lagi. Nanti bisa melukai orang tak bersalah." ucap Thio yang dengan kata-katanya nyelenehnya itu. Sungguh sahabatnya itu tidak cocok untuk posisinya sebagai duke. Beruntungnya Thio masih memiliki wibawa saat diperkumpulan para bangsawan. Kalau tidak entah seburuk apa imej keluarga duke Thio.

" Kalau kamu tidak menyelamatkannya, wanita itu akan tetap hidup dan kamu akan mati bersama dengannya. Tapi saat kamu menyelamatkan tunanganmu itu. Seorang wanita berambut putih akan membawa jiwa lain ke dalam tubuh tunanganmu itu. Setelah itu kamu bisa melewati kesialanmu." ucap Thio pada sahabatnya yang sudah menodongkan pedang di lehernya. Dia bahkan sangat sulit menelan air liurnya sendiri.

"Kamu sepertinya sudah gila Thio. Kamu berkata hal-hal yang aneh saja. Kamu pikir aku percaya setelah kamu berbohong padaku tadi malam." ucap Max pada sahabatnya. Pedangnya sudah mengores leher Thio. Pria itu menegang saat merasa sakit di leher hanya karena goresan kecil saja. 

"Aku tidak berbohong. Sungguh aku melihat dua potongan itu beberapa hari lalu. Awalnya aku tidak ingin percaya hal itu. Tapi potongan itu semakin jelas setiap harinya. Kamu bisa buktikan di masa depan. Jika tunanganmu berubah menjadi wanita sederhana. Maka jiwa orang lain sudah mengisi badan tunanganmu." ucap Thio bersamaan dengan pedang Max yang ditarik.

"Aku tidak percaya hal itu, walaupun kamu memiliki kemampuan untuk melihat serpihan masa depan." ucap Max bersamaan dengan badan pria itu menghilang dari hadapan Thiro yang sudah terduduk di lantai. 

"Sialan, aku membantu kalian tapi mendapatkan perlakuan seperti ini." gumam Thio pada dirinya sendiri.

Flashback End

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang