Bab 26 : Awas Cinta !

29.6K 3.1K 34
                                    

'Brak'

 Sabrina menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Hingga Millie dan Velix yang berada di belakangnya saja terkejut. Sepertinya nona mereka sedang sangat marah. Karena itu keduannya memilih  untuk membiarkan saja Sabrina di dalam kamar sendirian. Millie tidak ingin menjadi pelampiasan nonanya. Walaupun hal itu tidak akan terjadi. Dia masih takut jika nonanya tiba-tiba kembali menjadi Sabrina yang sebelumnya.

Sabrina langsung melemparkan badannya ke tempat tidur. Dia menatap langit-langit tempat tidurnya. Baru saja dia menemukan cara untuk membuat kedua pria itu menjauh darinya. Sekarang rencananya akan sulit dilakukan jika tunangannya ada di kediamannya.

"Aku harus menemukan wanita itu. Setelah wanita itu bertemu dengan Max dan Derek. Pasti mereka tidak akan menggangguku lagi. Semoga saja karakter tokoh utama tidak berubah seperti kedua pria itu. Kalau dia berubah entah cara apa lagi untuk membuat kedua pria itu menjauhiku." ucap Sabrina yang sangat frustasi dengan nasibnya. 

Sedangkan Max sedang berdiri di depan pintu kamar tunangannya. Dia tadi mendengar suara pintu yang di tutup sangat keras. Tentu saja orang yang melakukan itu adalah Sabrina. sepertinya dia sudah membuat wanita itu kesal. Tapi Max malah senang bisa membuat tunangan kesal. Seperti hiburan untuknya jika melihat wajah kesal Sabrina. 

Padahal pintu kamar Sabrina dikunci dari dalam. Tapi Max bisa membukannya dengan sihir yang dimilikinya. Tentu saja Velix tidak terkejut melihat tuannya bisa melakukan itu. Hampir seluruh orang yang bekerja di bawah pangeran ketiga sudah tahu keahlian sihir yang dimilikinya. 

Sedangkan Millie terkejut melihat tunangan nonanya bisa masuk begitu saja ke dalam kamar Sabrina. Dia bahkan tidak sadar sudah menahan nafas. Saat sebuah bantal terbang dan mendarat pas di wajah pangeran ketiga. Velix juga terkejut melihat hal itu. Seharusnya tuannya bisa menghindarinya. Tapi entah kenapa saat tuannya berdekatan dengan tunangannya, dia selalu saja lengah. 

Saat Sabrina sedang asik memikirkan beberapa langkah untuk menemukan keberdaan sang tokoh utama wanita. Dia mendengar suara pintu terbuka. Tanpa melihat siapa yang masuk, Sabrina melempar bantal dengan sangat kencang. Dia sudah sangat marah karena waktunya diganggu. 

Namun saat bantal itu jatuh dari wajah sasarannya. Sabrina terkejut bukan main kalau dia sudah melemparkan bantal di wajah seorang pangeran. Seketika dia merasakan gugup dan seluruh badannya keringat. Sudah cukup tadi dia berteriak saat di meja makan. Sekarang Sabrina melempar bantal tepat di wajah keluarga kerajaan. 

Sepertinya kematiannya akan lebih cepat dari yang di duganya. Sabrina langsung berdiri dari posisi duduknya. Sebuah senyuman dingin muncul di wajah Max. Pria itu berjalan dengan langkah lebar mendekati tunangannya. Tatapan tajam mengarah pada Sabrina. 

Sabrina langsung mengalihkan tatapannya. Dia merasa sekarang kesalahannya sudah tidak bisa dimanfaatkan. Perlakuannya tadi sama saja dengan merendahkan keluarga kerajaan. Hukuman yang tepat untuk pelakunnya adalah diarak mengelilingi ibukota dan berakhir hukuman penggal. Tidak sampai disitu hukuman itu akan berlaku untuk seluruh keluarganya. 

"Sabrina bodoh, kenapa kamu tadi tidak lihat dulu. Bisa-bisanya kamu melempar bantal di wajah tampan yang menjadi aset kerajaan ini. Bisa-bisa wajah tampan di hadapanmu ini rusak.  Wajah Max-kan sudah seperti barang antik di museum." gumam Sabrina yang terus mengumpat dirinya sendiri. Sekarang dia sudah pasrah dengan nasibnya kedepannya. Entah apa yang akan didapatkannya dari tunangannya.

Sabrina terdiam saat pria itu hanya menyerahkan bantal yang sudah berciuman dengan wajah tampan pangeran ketiga. Beruntung sekali bantal itu bisa menyentuh wajah tampan di depannya. Sekarang pikiran Sabrina malah menjelajah tak tentu arah. Sedangkan Max masih menatap tajam wanita di depannya. 

Mungkin  Sabrina saja yang dengan berani menimpuknya dengan bantal. Bukankah tunangannya ini minta diberikan hukuman atas kelakuannya tadi. Sebuah senyuman tipis penuh arti yang membuat seluruh bulu Sabrina berdiri melihatnya. Dia merasakan firasat buruk dari senyuman tunangannya itu.

"Kamu sepertinya sesekali harus diberikan hukuman, agar tidak semena-mena padaku." ucap Max bersamaan dengan tarikan pinggang Sabrina. Sekarang keduannya dalam posisi yang sangat intim. 

Millie yang berada di luar kamar nonanya bisa melihat sikap romantis tunangan nonanya. Dia bahkan menutup kedua matanya dengan jari yang sengaja dilebarkan. Jadi dia mengintip dari sela-sela jarinya. Tentu saja hal itu membuat Velix menatap jengah pelayan bodoh di sampingnya. Ternyata majikan dan pelayan sama-sama bodoh pikir Velix. 

"Kenapa kamu seperti itu? kalau ingin lihat tidak usah menutup mata dengan kedua mata tapi tetap mengintip dari sela-sela tanganmu." sindir Velix yang membuat dua rona muncul di pipi Millie. Dia sangat malu karena terciduk sedang mengintip kemesraan nonanya dengan pangeran ketiga. 

Sedangkan Sabrina mendorong badan Max. Dia merasa posisi ini sangat tidak nyaman. Tapi bukannya terlepas pelukan Max. Pelukannya semakin dekat yang membuat Sabrina secara refleks menutup matanya. Sebuah senyuman terbit di wajah Max. Pria itu mendekati telinga Sabrina. 

"Sepertinya kamu sangat ingin kita mengulang kejadian di ruang kerjaku itu. Apakah kamu sangat ketagihan dengan bibir manisku ini?" bisik Max di telinga wanita itu. Setelah itu Sabrina langsung mendorong badan Max dengan sangat keras. Kedua pipinya sudah berubah menjadi sangat merah. 

"hahahahhaha." Max tidak bisa menahan tawannya melihat Sabrina yang sedang tersipu malu. Dia sangat suka menggoda tunangannya itu. 

Sedangkan Sabrina harus mengatur detak jantung yang seperti akan meloncat dari tempatnya. Sialnya tunangannya itu tahu cara membuat Sabrina tersipu malu. Dia ingin sekali tenggalam saja. Karena terciduk berpikir negatif tadi. 

"Aku belum mengatakan hukuman untukmu." ucap Max yang membuat Sabrian melembar kedua matanya. Dia tidak menyangka mendengar perkataan pria itu. 

"Kamu harus menemaniku sebagai hukumanmu. Tidak ada penolakan." ucap Max yang langsung menarik tangan Sabrina keluar dari kamarnya.

"Kalian tidak perlu ikut." ucap Max kepada Millie dan Velix. Kedua orang itu tentu senang mendengar perkataan Max. Kapan lagi mereka bisa terbebas dari nonanya yang beberapa hari selalu membuat keduannya khawatir. 

"Kamu mau bawa aku kemana?"tanya Sabrina yang menahan tangan Max. Pria itu menatap wanita di sampingnya. Dia juga tidak tahu akan membawa tunangannya kemana. Max hanya ingin menghabiskan waktu bersama Sabrina. Kapan lagi dia bisa bersama dengan Sabrina. Beberapa hari dia selalu menghindarinya setelah kejadian itu. 

"Ketempat yang pasti kamu akan sukai." ucap Max yang menarik Sabrina lagi. Tapi karena langkah wanita itu sangat pelan. Jadi Max mengangkat Sabrina tentu saja hal itu membuatnya terkejut bukan main. Apalagi sekarang keduannya sangat dekat. Sabrina bisa melihat wajah tampan dari tempat paling dekat. 

"Jangan terlalu menatapku nanti kamu semakin mencintaiku." ucap Max dengan senyum lebar. 

"Mana ada, aku tidak mungkin menyukai pria kaya kamu. Turunkan aku sekarang juga. Pangeran ketiga." ucap Sabrina yang mencoba lepas tapi kekuatan Sabrina kalah dengan Max. 

"Sudah tuan putri diam saja, Aku pastikan akan membuatmu jatuh cinta padaku. Kamu tidak akan mau lepas dari aku nanti." ucap Max yang berjalan cepat menuju kereta kuda. Entah sejak kapan kereta kuda itu sudah ada di depan rumah. Satu hal yang pasti keduannya membuat seisi kediaman dibuat iri dengan keromantisan pangeran ketiga pada nona mereka. Bahkan Tuan marquess dan marchioness dibuat terkejut melihatnya. 

"Papi, mami jadi iri deh dengan Sabrina."

"mami mau ya? sudah lama kita tidak bermesraan. Bagaimana kalua buat adik untuk Sabrina. Sebentar lagi rumah ini akan sepi. Jadi kita harus mempunyai pengganti Sabrina saat nanti dibawa oleh suaminya." ucap Marquesss Valendric yang sudah mengangkat istri dengan kedua tangannya. sedangkan marchioness mengalungkan tangannya di leher suaminya.

"Papi, mami sudah tua loh. Tapi satu adik untuk sabrina tidak masalah sepertinya." ucap marchioness bersamaan dengan kedipan mata pada suaminya. Kedua orang itu masuk ke dalam rumah dan menikmati waktu berdua mereka. Rasanya sduah lama keduanya di saling memanjakan.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang