Bab 50 :sisi gelap Max

13.6K 2K 56
                                    

Malampun tiba, semua perintah yang diberikan oleh sabrina dilaksanakan dengan baik oleh velix dan Clovis. Tentang kedua bangsawan ulyey, mereka sedang tidur nyenyak dengan obat yang diberikan oleh Clovis. Pria itu tidak ingin menghabiskan waktu menjaga pasangan tua serakah itu. Dia lebih memilih menemani nonanya dan tuannya yang sedang terbaring tidak sadarkan diri. 

"Apakah nona tidak takut melihat perubahan pada tuan?"tanya Clovis yang memecahkan keheningan antara keduannya. Kalau saat ini Max sadar mungkin nyawa tangan kanannya itu akan berakhir mengenaskan. Karena dengan berani mengajak tunagannya berbincang.

"tidak ada yang perlu ditakutkan lagi. Mungki dulu aku takut akan kematian yang selalu menghantuiku. Tapi aku tidak ingin hidup sendiri lagi. Aku memilih untuk tinggal di samping tuanmu itu yang super menyebalkan dan possesif gila. Sayangnya aku sudah mencintainnya." ucap Sabrina yang tersenyum sambil menatap pria yang sedang terlelap. 

Bohong kalau dia tidak khawatir dengan kondisi tunangannya itu. Tatto yang tadi hanya muncul di bagian tangannya saja. Sekarang sudah menyebar ke seluruh badannya bahkan wajahnya juga sudah tertutup dengan tatto seperti tumbuhan merambat. 

Brak 

Kedua orang itu berdiri dari posisi duduknya. Mereka melihat velix yang datang dengan darah membasahi sekujur badannya. Pria menopang badannya dengan pedangnya. Entah apa yang terjadi pada pria itu. Tapi dia bisa melihat terjadi sesuatu yang tidak diduga.

"Mereka terlalu banyak, pasukanku tidak bisa menahan semuannya. Kita harus membawa yang mulia dari tempat ini. " ucap velix yang memegang perutnya. Sabrina bisa melihat darah yang mengalir dari perutnya yang ditahan oleh tangannya. Dia berjalan mendekati velix. 

"Kamu harus diobati terlebih dahulu." ucap Sabrina yang langsung ditepis oleh velix. Dia tidak boleh menyentuh wanita tuannya. Selain itu tidak waktu untuk mereka kabur. Para musuh yang datang banyak sangat merepotkan. Apalagi kebanyakan dari mereka menggunakan sihir. 

"Kita tidak ada waktu untuk mengobati lukaku, nona dan tuan harus pergi dari tempat ini. Saya tidak bisa menahan lebih lama lagi. Kita tidak bisa menggunakan pasukan kerajaan. Karena kita tidak tahu ada berapa musuh yang bersembunyi dalam pasukan kita." ucap Velix yang mendorong tubuh sabrina mendekati tempat max. Bersamaan dengan sihir perlindung menghilang. 

"Maaf nona saya harus merepotkan anda untuk menjaga yang mulia pangerna ketiga. Gerhana bulan sebentar lagi muncul dan kita tidak bisa membiarkan tuan mengamuk di tempat ini." ucap Velix sebelum badannya, velix  dan clovis menghilang dari kamar  Max. 

Sekarang keduannya berada di tengah hutan. Wajah cemas Sabrina semakin kentaran saat menyadari hutan mereka berada adalah Elphan. Hutan yang tidak semestinya dikunjungi oleh Max. Karena hutan ini menolak keberadaan Max.

"Clovis kita tidak seharusnya berada di sini." ucap Sabrina yang dimengerti oleh clovis. Tangan kanan max sangat tahu seberapa berbahaya tempat ini untuk tuannya. Segel di tubuh Max bisa terhapus. 

"Kita harus membawa badan tuan yang mulia..." ucapan clovis berhenti saat melihat gerhana bulan dan badan tuannya yang tiba-tiba melayang. Sebuah lingkaran sihir hitam muncul bersamaan dengan warna mata Max berubah. Tiba-tiba burung-burung bertebang menyebabkan suara ribut disekitarnya. Senyuman menyeramkan muncul di wajah Max. 

"Kita sudah terlambat sepertinya." ucap Clovis yang menatap perubahan pada tuannya. Biasannya dia dan velix bsia menahan perubahan Max dengan batu sihir. Sayangnya tuannya berada di hutan ELphan yang menghancurkan segel pelindung sisi gelap dari Max. 

"Max." panggil Sabrina dengan lirih. Sejujurnya dia takut sekaligus terpesona dengan perubahan. Maklumi saja si pencinta pria tampan sabrina selalu tidak tahu keadaan. Mata merah darah yang sedang menatapnnya tajam seperti siap menelannya. Bukannya takut dan lari dari pria itu. Sabrina malah tidak sadar mendekati badan tunangannya. 

Clovis sadar dengan tindakan dari nonannya langsung menahannya. Tapi sebuah serangan di dapatkannya dari tuannya. Sebuah bula sihir mengenai badannya. Hal itu membuat sebuah luka bakar di badan Clovis. Rasa sakit dari serangan Max itu membuat clovis sulit untuk bergerak. 

Sabrina sadar dengan keadaan clovis yang dalam bahaya. Dia berjalan mendekati tangan kanan dari tunangannya. Tapi sebuah tangan menariknnya. Sabrina terkejut saat badannya ditarik keras hingga menabrak dada keras di depannya. Suara yang dirindukannya selama ini menyadarkan keterkejutan sabrina." Max." panggil sabrina yang tidak direspon oleh pria itu.

"Aku tidak suka miliku memperdulikan pria lain, wanita yang memiliki sihir besar.  Kamu sudah seharusnya menjadi milikku dan membantuku untuk melepaskan segel menyebalkan ini." ucap pria itu dengan nada dinginnya. Tangan pria itu mencengkram dagu Sabrina dengan keras. Tatapan tajam mengarah pada mata sabrina. 

Untuk kesekian kalinnya kebodohan sabrina muncul di waktu yang tidak tepat. Seperti saat ini wanita itu malah terpesona dengan penampilan baru dari Max. Rambut putih dengan mata merah darah. Sebagian wajahnya terdapat tatoo yang merambat seperti akar pohon. 

"Kamu menyukaiku? kalau begitu kamu juga harus memberikan seluruh sihir yang kamu miliki."bisik Max dengan nada dinginnya yang membuat buru kuduk sabrina berdiri. Sedangkan clovis yang terluka mencoba untuk menjauhkan nonanya dari sisi lain dari Max. Pria itu bisa mengambil seluruh sihir yang dimiliki Sabrina. Hal itu bisa membuat nyawa nonannya dalam bahaya.

"Kalau aku memberikan seluruh sihirku, kamu akan kembali seperti max yang aku kenal?"tanya sabrina yang dengan berani melingkarkan tangannya di leher Max. Pria itu tersenyum tipis melihat keberania wanita di depannya. Dia tidak pernah melihat ada orang seberani ini dengannya. 

Biasannya orang -orang mengurungnya di dalam sihir perlindung. Tidak ada satu orang yang berani mendekatinnya seperti saat ini. Bahkan ibu dari pemilik tubuh ini hanya bisa menangis saat dirinya mengamuk di dalam sihir perlindung. 

"Kalau kamu tidak bisa kembali seperti pria yang aku kenal. Aku tidak ingin memberikan sihirku padamu." ucap Sabrina yang sekarang mengelus pipi pria itu. Walaupun dalam hati dia sedang ketakutan dengan pria di depannya. Kesadarannya sudah mulai kembali keterpesonaan dengan fisik pria di depannya. 

"Nona jangan lakukan hal itu. aargggggh." ucap Clovis dengan ringisan saat max menyerang kembali pria itu. Dia tidak suka perbicaraanya dengan wanita cantik di depannya diganggu oleh orang lain. Dia baru saja menemukan mainan barunya. Setelah bertahun-tahun tidur dalam tubuh ini.

"Janngan mengganggu pembicaraanku, sepertinya luka yang diberikan olehku kurang ya..." ucapan Max terhenti saat sabrina langsung menangkup wajah pria itu. Dia tidak ingin ada korban jiwa. Apalagi clovis adalah orang yang sangat setia pada tunangannya. Sangat susah mencari sosok seperti clovis kalau pria itu pergi dari dunia ini.

"Kamu sudah tidak tertarik menyerap sihirku?"tanya Sabrina yang membuat fokus max kembali pada wanita di depannya. Senyuman muncul di wajah pria itu. "Kamu sangat tahu cara mengalihkan fokusku nona. Jadi apa kamu mau menggantikan pria itu? aku akan membiarkannya tetap hidup." ucap Max dengan senyuman lebar. 

"Sudah aku katakan kalau kamu harus mengembalikan max seperti semula. Jika ingin menyerap sihirku." ucap sabrina sebelum wanita itu mendekatkan bibirnya dengan Max. Kedua mata pria itu melebar. Tapi bibirnya tertarik sedikit. Dia tertarik dengan wanita yang baru ditemuinnya. Perlahan kesadaran pria itu menghilang bersamaan dengan selesainnya gerhana bulan malam ini. Tubuh Sabrina terjatuh karena merasakan sangat lema. Beruntungnya max langsung menahannya." Kamu semestinya tidak melakukan hal itu." gumam Max yang membawa tubuh tunangannya ke dalam pelukannya. 


The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang