Bab 8 : Tunanganku

48.7K 5.2K 38
                                    

Sabrina menjatuhkan badannya pada tempat tidur yang selalu membuatnya nyaman. Tapi sekarang kenyaman itu hilang saat teringat kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia tidak menyangkan malaikat mautnya sudah berada di depan matanya. Masih berbekas diingatannya saat pria tampan yang membuatnya terpesona itu mengakui dirinya sebagai putra mahkota. 

Rasanya dia ingin pingsaan saat itu.  Sebuah bros berbentuk naga yang sangat unik di negara ini. Karena hanya pangeran ketiga yang mendapatkan simbol itu untuk menandakan kedudukannya di kerajaan ini. Sepertinya seluruh rencana yang dibuatnya hancur begitu saja.

"kenapa aku baru sadar kalau pria tampan itu adalah tunangan sabrina sih? ini semua karena sabrina tidak memberikan ingatannya. Bolehkan dia kembali ke duniannya. Rasanya aku ingin sekaling menyerah saja." ucap Sabrina sambil menatap langit-langit tempat tidurnya. Semangat hidupnya tiba-tiba hilang begitu saja. 

Flash back.

"Kalau becanda jangan kelewatan. kamu tidak boleh mencuri barang orang lain loh." ucap Sabrina sambil memukul bahu pria tampan di depannya. Tapi tatapan tajam yang dilemparkan pria itu membuat seluruh tubuhnya terdiam seperti patung. 

Apakah dia sudah melakukan kesalahan. Bagaimana bisa Sabrina lupa dengan penggambaran sang tokoh antagonis yang disukainya. Semua ini karena sang penulis tidak begitu menjelaskan secara rinci. Penulis hanya menjelaskan kalau pangeran ketiga selalu menggunakan topengnya untuk menyembunyikan kutukan yang berada di wajahnya. Selain itu dia selalu membawa bros dengan ukiran naga berawarna hitam.  

Bodohnya Sabrina baru ingat hanya ada satu orang yang memiliki rambut biru tua di kerajaan ini. Karena rambut biru tua sangat jarang di dunia ini. Selain itu rambut biru tua dianggap mala petakan dan kutukan bagi kerajaan Octavain. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting itu. Pria di depannya memiliki rambut biru tua yang berarti.

Sabrina melebarkan matanya saat melihat pria di depannya. Hanya dengan mengetahui warna rambut saja, dia sudah sadar kalau pria ini adalah pangeran ketiga. Sialnya dia adalah tunagan sabrina sekaligus orang yang menebas kepalanya di masa depan. Rasanya dia ingin memutar kembali waktunya.  

Apalagi dia ingat sekali perbincangan dengan pria itu tentang kerajaan ini. Bukankah kata-kata pria di depannya beberapa saat lalu adalah peringatan. Kalau dia akan mati dalam waktu dekat karena sudah mengomentari kekuasaan raja saat ini. 

"Sabrina kamu dimana sih, tukeran lagi yuk. Aku gak apa hidup susah dah dari pada mati ditebas pria tampan di depan aku." gumam sabrina dalam hati dengan wajah yang pucat pasih. 

Sedangkan pria itu semakin melebarkan senyumannya. Tanpa Sabrina sadari keduannya berjarak sangat dekat. Kepala pria itu di dekatkan ke telinga Sabrina. Bisikan pria itu yang menyadari dari lamunan sabrina. Sungguh dia tergoda sekaligus takut diwaktu bersamaan. 

"Sepertinya tunanganku sudah mengingatku. Aku tidak menyangka kamu akan selama ini menyadarinya. kalau aku adalah tunanganmu." ucap pria itu yang sekarang keduannya saling bertatapan. Wajah Sabrina berubah menjadi merah saat melihat wajah tampan di sampingnya. Sungguh membuatnya ingin mengarunginya saja.

"Boleh dikarungin gak ya." ucap Sabrina yang tidak sadar kalau suaranya terdengar oleh pangeran ketiga. Pria itu tertawa kecil sambil menjauhi wanita itu. Tidak menyangka tunangannya menjadi sangat lucu setelah kejadian yang membuatnya amnesia. Tapi hal itu tidak membuatnya begitu saja percaya. 

"aku tidak menyangka nona Sabrina sekarang berbicara tidak sopan." ucap pria itu  memilih meninggalkan sabrina yang masih mencerna kejadian beberapa saat ini. Sungguh dia merasa beruntung sekaligus sial. Beruntung karena mendapatkan tunangan yang sangat menawan hingga hati kecil Sabrina meronta-ronta untuk dibawa kerumah saja. Tapi Sabrina sadar kalau dia dalam bahaya.  Pria itu memang semenyeramkan itu. 

Flashback End.

"Millie aku mati." ucap Sabrina pada pelayannya yang menatap bingung kelakuan nonanya. Setelah menghilang yang membuatnya dan para pengawal mencari hampir keseluruh ibukota. Karena Sabrina tiba-tiba tidak ditemukan di dekat pertokoan saat mereka turun dari kereta kuda. 

Saat mereka menemukan nonanya yang sudah berkeringat dingin dan langsung memeluk badannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi selama nonanya menghilang itu. Satu hal yang dia bisa simpulkan kalau nonanya bertemu seseorang sebelum kembali ke tempat kereta kuda mereka berada. 

"Nona anda masih hidup hingga saat ini." ucap millie yang langsung membuat Sabrina duduk dari posisi duduknya. Dia menatap pelayannya.

"Kamu benar, aku belum mati. Berarti masih ada kesempatan untuk merubah semua." ucap Sabrina yang tidak dimengerti oleh millie. Dia hanya bisa mendengarkan coletahan aneh nonanya. Setelah bangun dari pingsannya, nonannya semakin aneh saja setiap harinya.

"Besok pangeran ketiga dan pasukannya akan kembali bukan?" Tanya Sabrina pada millie yang dijawab dengan anggukan kepala.  Senyuman di wajah sabrina langsung cerah. Dia harus memperbaiki imej buruknya. Setidaknya pria itu tidak lagi mencurigainya. 

"Kamu tahu tidak ada adat saat penyambutan pasukan kembali ke ibukota setelah perang?"tanya sabrina pada Millie yang terdiam sesaat. Tentu saja ada beberapa perayaan untuk kedatangan para pasukan. Apalagi mereka dikabarkan memenangkan perang. 

Biasanya ada pemberian hadiah pada para ksatria dari  kekasihnya mereka. Tapi kebiasaan itu sudah lama tidak lagi dilakukan. Meskipun masih ada yang melakukannya hingga saat ini. Dia harap nonanya tidak berpikir untuk melakukan hal itu. Jika benar itu terjadi dia bisa-bisa pingsan saat ini.

"Dulu kekasih dari ksatria yang berangkat perang akan memberikan rangkaian bunga.  Rangkaian bunga dianggap simbol kebahagian para wanita untuk kekasihnya yang kembali berkumpul dengan mereka." ucap Millie dengan suara lirih sambil menatap reaksi nonanya.

"Menarik ayo kita buat rangkaian bunga itu." ucap Sabrina yang langsung semangat dengan senyuman lebar di wajahnya. Berbeda dengan millie yang terkejut hingga pelayan pribadinya itu pingsan saat mendengarkan perkataan nonanya.

"MILLIE KENAPA KAMU PINGSAN."teriak Sabrina yang melihat pelayan pribadinya pingsan di sampingnya. Dia tidak tahu kalau perkataanya membuat pelayannya terkejut bukan main. Bagaimana tidak dia tahu kalau Sabrina tidak suka bertunangan dengan pangeran ketiga. Tapi sekarang nonanya sangat bersemangat memberikan rangkaian bunga pada pangeran yang terkutuk itu. 

Sabrina atau Kayla tidak tahu cara merangkai bunga. Semalam dia sudah beberapa kali merangkai bunga dan hasilnya tidak sebagus buatan pelayanya. Kenapa tangannya ini tidak berbakat jika berhubungan dengan kerajaninan. Padahal dia hanya harus menyusun beberapa bunga saja dan itu terdengar mudah bagi Sabrina. Tapi tidak saat dia melakukannya.

"Sebenarnya kenapa bungaku seburuk ini sih." protes Sabrina yang sudah menyelesaikan bunga ke- limanya tapi hasilnya tetap buruk dan tidak indah. Sedangkan Millie juga bingung kenapa nonanya menjadi sangat buruk dalam merangkai bunga. Padahal nonanya terkenal sebagai bangsawan yang paling handal dalam merangkai bunga. 

"Nona memilih warna yang salah, jadi terlihat tidak indah." ucap millie yang membuat Sabrina bingung dengan perkataan pelayannya itu.

"Apa maksudmu, bukankah bagus jika warna warni seperti ini. Aku suka warna kuning, oren, pink dan biru dalam satu rangkaian. Seharusnya bagus tapi terlihat tidak enak dipandang." ucap Sabrina yang membuat millie membuang nafas kasar mendengar perkataan nonanya. Bukankah keempat warna jadi tidak bagus jika disatukan. 

"Sebaiknya nona tidak mengambil warna bunga yang bertabraka, seperti warna kuning terang dan oren terang ini bisa bersama tapi jika berpadu dengan biru akan terlihat buruk. Bagaimana kalau nona hanya mengambil satu warna saja." jelas Pelayan itu pada nonanya yang sekarang hanya menganggukkan kepala saja.

"Aku mengerti, pasti rangkaian bungaku akan membuat tunanganku tersenyum lebar." ucap Sabrina dengan senyum bangganya. Sedangkan Millie hanya bisa berharap hal itu yang terjadi.


The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang