Bab 37: Berhenti

25.3K 2.3K 37
                                    

Sebuah ruangan berisi orang -orang baju hitam dengan satu lilin sebagai penerangnya. Seluruh orang di ruangan itu menutupi wajahnya. Tidak ada yang tahu identitas satu sama lain. Semua itu sudah menjadi aturan yang dijalankan di kelompok pembunuh bayaran paling ditakuti di kerajaan Octavain. Hanya sang ketua saja yang mengetahu wajah dari para bawahannya. 

"Kalian membunuh seorang wanita lemah saja tidak bisa, apakah  kalian pantas menjadi seorang pembunuh Eagle. " ucap seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Dia duduk sambil mengelap pedangnya yang terbalur oleh darah salah satu anggotanya. 

"Mohon ampun tuan, wanita itu dibantu oleh beberapa kelompok jubah hitam." ucap salah satu pria yang membuat pemimpin itu melempar gelas di sampingnya. Beruntungnya gelas itu tidak mengenai pria itu. 

"aku tidak membutuhkan alasanmu, Sudah dua kali kalian gagal membunuh wanita itu. Saat pertama kalian berkata kalau wanita itu hanya dan diselamatkan oleh seorang wanita berambut putih. Kalian pikir saya percaya dengan hal itu. Apalagi kalian bilang tubuh target dan yang menyelamatkannya hilang begitu saja." ucap pria itu yang sekarang berjalan menuju salah satu bawahan yang paling dipercayanya. Dia tarik rahang pria itu sehingga sekarang pandangan keduannya saling bertatapan. 

"Aku tidak suka kegagalan dalam bertugas. Sekali lagi kamu gagal membunuh Sabrina. Aku pastikan seluruh keluarga kalian akan berakhir di keadaan yang mengenaskan." ucap pria itu yang langsung melepaskan cekalannya di wajah bawahnnya dengan kasar.

"Baik tuan, kali ini kami akan pastikan wanita itu mati." ucap para bawahan pria yang sudah duduk kembali di kursinya. 

"Pergilah, laksanakan perintahku. Aku tunggu kabar baik satu minggu kedepan." ucap pria itu yang dianggukkan oleh para bawahannya. Setelah itu mereka meninggalkan tuannya. 

Setelah kepergian orang-orang berbaju hitam itu. Pria yang menutup wajahnya dengan sebuah topeng itu akhirnya membukannya. Terlihat jelas wajah tampannya dengan mata ungu gelap dan rambut hitam legamnya. Pria yang memiliki paras tampan dan badan semampai itu menatap sebuah potret di tangannya. 

"Apakah kamu masih belum bisa memanfaatkan wanita itu?"tanya seseorang yang baru saja muncul dari pintu di belakang pria tampan itu. 

"Aku hanya ingin memberikan pembalasan yang setimpal pada wanita itu." pria tampan itu pada wanita yang sudah dianggapnya sebagai adiknya itu.

"Berhenti melakukan itu semua, tidak cukup kamu sudah membuatnya kehilangan ibunya itu." ucap wanita itu yang sudah lelah memberi tahu sahabatnya itu.

"Tentu saja tidak, kalau bukan karena wanita tua itu. Pastinya ibuku dan adikku masih berada di dunia ini. Mereka sudah menyebabkan keluargaku pergi dari dunia ini." ucap pria itu pada wanita yang berdiri di sampingnya. 

"Aku tidak bisa mendukung niat jahatmu itu. Kamu tahu alasan wanita itu tetap hidup hingga hari ini. Karena aku yang menyelamatkannya. Jadi mulai saat ini kita akan menjadi musuh kalau kamu masih ingin melanjutkan rencanamu itu." ucap wanita yang berambut putih itu sebelum meninggalkan pria berambut hitam. Sebuah cekalan menahan rambut berambut putih itu pergi.

"Anya, aku mohon jangan tinggalkanku seperti keluargaku. Aku tidak akan mempermasalahka tindakanmu yang malah menyelamatkan Sabrina malam itu. Tapi jangan lakukan hal itu. Aku harus membayar kematian keluargaku dengan penderitaan Max." ucap pria berambut ungu itu.

"Cukup Zenith, aku tidak akan membiarkan kerajaan ini hancur hanya dendam gilamu itu. Sejak awal bukan Max yang mesti disalahkan atas kematian keluargamu. " ucap Anya yang langsung melepaskan pegangan pria itu dari tangannya. Dia sudah lelah berada di samping Zenith selama ini.

"Aku harap kamu mengerti perkataanku. Tidak ada gunannya membalaskan dendam. Semua itu tidak akan membuatmu bahagia. Selain itu kamu hanya mempercepatkan kehancuranmu saja." ucap Anya sebelum menghilang dari hadapan Zenith. 

"aaaaaaaaaaaaaaaaa." teriak Zenith yang sangat marah dengan keadannya. Kenapa seluruh orang selalu mendukung Max. Padahal pangeran itu hanya anak yang terkena kutukan saja. 

"Aku pastikan kamu akan merasakan yang aku rasakan.Max. " ucap Zenith yang sedang menatap potret wajah Max dan Sabrina di hadapannya dengan tatapan tajam.

 *********************************

Sabrina baru saja menyelesaikan beberapa barang yang akan dibawanya ke istana. Tidak begitu banyak hanya beberapa gaun dan pakaian tidur. Dia tidak memiliki banyak barang penting yang harus dibawanya kemana-mana. Soal perhiasan tentu saja tidak dibawa oleh sabrina. Dia tidak begitu suka menggunakan periasan. 

Dia tidak menyangka para akhirnya akan kembali ke tempat itu juga. Padahal Sabrina sudah bersusah payah untuk pergi dari istana. Pada akhirnya dia harus kembali ke istana karena permintaan Max. Dia juga tidak dengan otaknnya yang bisa dengan mudah mengikuti permintaan tunangannya itu. Mungkin sudah mulai ada perasaan yang tumbuh tanpa Sabrina sadari. 

Sabrina belum mau memikirkan hal itu dulu. Banyak hal yang tidak sesuai dengan cerita yang dibacanya. Hal itu membuat Sabrina harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Apalagi dia sadar ada orang yang sedang mengincarnya. Entah apa motif dari penyerangannya saat di pasar kota. Mungkin hal itu menyangkut dengan alasannya datang ke dunia ini. 

Jika benar dia ke dunia ini hanya karena diberikan kesempatan kedua kali untuk hidup. Semestinya Sabrina mendapatkan karakter yang tidak berikatan langsung dengan para tokohnya. Sayangnya sekarang banyak fakta yang tidak dia duga mulai bermunculan. 

Sosok tokoh utama wanita yang sangat berbeda jauh. Sikap Max yang terjadi tidak seburuk seperti yang digambarkan oleh penulis. Tentang sang putra mahkota yang mulai memiliki ketertarikan padannya. 

"Apa yang sedang dipikirkan oleh otak kecil ini?"ucap seorang pria yang langsung memelu pinggang sabrina tanpa izin. Tentu saja hal itu membuatnya terkejut. Tapi dia tahu siapa orang yang dengan berani masuk ke kamarnya tanpa permisi dan langsung memeluknya seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Max, Tunangannya yang menyebalkan sayangnya sangat tampan dan menggoda imannya. 

"aku hanya berpikir alasan dari orang -orang berbaju hitam itu menyerangku. Sepertinya aku bukan orang yang membuat masalah. Walaupun aku juga sedikit menyebalkan terkadang." ucap Sabrina yang membuang Max tertawa mendengarnya.

"Hey kenapa kamu tertawa? tidak ada yang lucu." ucap Sabrina yang membuat Max semakin gemas saja pada tunangannya ini.

"Kamu itu bukan sedikit menyebalkan tapi sangat menyebalkan." ucap max yang berakhir dengan cubitan di pinggangnya itu.

"aw, sakit sayang."

"itu hukuman bagi pria yang memiliki bibir terlalu jujur." ucap Sabrina dengan wajah sombongnya.

"Kamu ini membuatku ingin menggigit kamu karena terlalu gemas." ucap Max bersamaan dengan pipi sabrina yang digigitnya. Tentu saja hal itu membuat Sabrina terkejut dengan tindakan pria itu.

"hey aku bukan makanan." 

"kata siapa kamu makanan, kamu adalah tunanganku." ucap Max yang sekarang kembali memeluk pinggang Sabrina. Dia sangat suka saat bisa menghabsikan waktunya seperti bersama tunangannya. Dia merasa waktu malah berjalan sangat cepat jika ada Sabrina di sampingnya.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang