Bab 16 : Kecupan

44.8K 5.6K 20
                                    

Keduannya sudah tiba di depan pintu pesta. Sabrina menarik tunangannya mendekat. Dia membisikkan sesuatu pada Max. Pria itu melebarkan matanya mendengar perkataan wanita di hadapnnya. Dia tidak menyangka dengan rencana yang dibuat wanita itu. Sangat berbahaya tapi tidak ada cara lagi untuk keduannya.

"Selalu berada di sampingku, jangan berkeliaran sendirian." ucap Max yang membuat sebuah senyuman terbit di wajah Sabrina. Hal itu membuat Max tidak ingin masuk ke dalam ruang pesta.

"Tentu saja seorang tunangan harusnya selalu bersama. Jadi mari kita melakukannya bersama-sama pangeran ketiga atau aku harus memanggilmu Max. " ucap Sabrina dengan senyuman menggoda. Max membalas senyuman itu yang membuat untuk kesekian kalinya membuat detak jantung Sabrina berdetak sangat kencang. 

"Sial dia terlalu tampan." umpat Sabrina dalam hati. 

"Sudah aku katakan untuk panggil tunanganmu ini Max, sayang." ucap Max yang membuat rona merah di wajah Sabrina. Sungguh pria ini tahu cara untuk seorang wanita panas dingin.  Sungguh sangat mengganggu untuk hati dan pikiran Sabrina yang sebelumnya tidak pernah berdekatan dengan lawan jenis. 

"Ayo kita masuk." ucap Sabrina yang mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tidak yakin bisa bertahan kalau berlama-lama mendengar godaan pria di sampingnya. Sedangkan Max untuk pertama kalinya tersenyum lebar. Bahkan dia lakukan saat masuk ke dalam ruang pesta. 

Meskipun sebagian wajahnya di tutupi oleh sebuah topeng. Tapi hal itu tidak membuat pesonanya menghilang begitu saja. Apalagi sekarang pria itu tersenyum lebar. Sebuah pemandangan yang tidak pernah dilihat oleh para bangsawan di kerajaan ini. Sungguh mereka iri dengan Sabrina yang bisa menjadi tunangan dari seorang pangeran ketiga yang terkenal sangat tampan dan ahli dalam berbagai hal. Meskipun dia mendapatkan kutukan. Hal itu tidak membuat para wanita berhenti mengagumi sosok pangeran ketiga. 

Tentu saja hal itu membuat seorang pria yang berbeda beberapa tahun dari pangerna Max menatap tajam pemandangan di depannya. Dia tidak suka saat ada orang yang mengalahkan keberadaanya. Orang yang mengambil seluruh perhatian di kerajaan ini hanya ada satu orang saja. Siapa lagi kalau bukan adiknya yang terkena kutukan itu. 

Dia marah dan benci dengan sosok adiknya yang lahir dari istri lain sang raja. Walaupun adiknya mendapatkan kutukan tapi orang -orang tetap mencari perhatiannya. Sedangkan dirinya yang terlahir dengan kesempurnaan dan sehat harus berjuang menjaga tahtanya. Dunia ini memang sangat kejam padanya dan baik pada adiknya. 

Pria tampan yang memiliki rambut keemasan dengan warna mata hitam itu berjalan mendekati kumpulan di ruangan pesta. Mereka adalah Max dan Sabrina yang baru saja masuk ke dalam ruang pesta. Para bangsawan langsung mengerumbungi mereka. Padahal keduannya sedang tidak ingin di dekati. Entah karena keduannya hanya ingin menikmati waktu keduannya atau melaksanakn rencananya.

"Ternyata adikku dan tunangannya sudah berada di pesta ini. Apakabarmu Max?"tanya Pangeran mahkota yang tatapannya terhenti pada Sabrina. Dia terpesona dengan penampilan wanita yang selama ini mengejarnya. 

Amarah yang mencoba meluap tapi di tahan. Kenapa wanita itu terlihat sangat indah saat bersama dengan adiknya. Dia tidak terima melihat keduannya terlihat serasih. Tapi amarahnya hilang begitu saja saat mengingat wanita di depannya hanya sedang melaksanakn perintahnya. Pada akhirnya wanita itu akan menjadi miliknya bukan saingannya. 

Sedangkan Max menyadari pandangan kakak yang sangat dibencinya itu. Dia tidak suka cara putra mahkota menatap tunangannya. Entah sejak kapan dia menganggap Sabrina tidak hanya seorang sekutu untuk menghancurkan putra mahkota. Tapi dia mulai sadar kalau perasaanya tidak suka ini membuatnya ingin menyembunyikan Sabrina dari musuhnya itu. 

"Tentu saja selalu baik, perang yang terjadi beberapa hari lalu hanya sebuah pertandingan anak kecil. Bukan hal yang sulit untuk menghancurkan mereka." ucap Max bersamaan dia menarik Sabrina mendekatinya. Hal itu membuat teriakan para wanita bangsawan melihat perlakuan pria yang paling dikagumi di kerajaan ini. Pria dingin yang paling tidak suka berdekatan dengan wanita. Tapi sekarang terlihat sangat mencintai tunangannya.

Sedangkan Sabrina terkejut dengan tarikan pria di sampingnya. Dia menatap Max tapi hanya dibalas sebuah senyuman oleh pria itu. Sepertinya dia harus menunggu hingga acara selesai. Baru mempertanyakan alasan pria itu menariknya secara tiba-tiba. Jantungnya jadi berdetak sangat cepat dan kosentrasi jadi terbagi. Dia tidak begitu memperdulikan keberadaan putra mahkota. 

Tentu saja hal itu membuat senyuman Max semakin lebar saja. Berbeda dengan Putra mahkota yang mencoba menahan amarahnya. Dia tidak suka melihat kedekatan mereka. Rasanya hatinya sangat sakit. 

"Karena itu kamu yang diutus dalam perang itu. Yang mulia tahu apa yang terbaik untuk kerajaan ini. Mengutus ksatria lemah untuk perang anak-anak bukankah terlihat terlalu berlebihan. yang mulia hanya ingin memastikan tidak ada kegagalan bukan?" sindir putra mahkota pada Max. Beruntungnya pria itu tidak begitu terpengaruh oleh ucapan Pangeran mahkota. Bukan pertama kali pria itu menjatuhkan harga dirinya.

"Kakak benar." ucap Max dengan senyuman tipisnya. 

"Aku senang melihat kedekatan kalian." ucap putra mahkota.

"Tentu saja kita harus dekat karena kita bersama atas usulan kakak." ucap Max dengan senyuman tipisnya.  Dia bisa melihat kalau putra mahkota sedang menahan amarahnya. Sepertinya hari ini dia mendapatkan tontonan  yang luar biasa karena keberadaan Sabrina. 

"Ya aku ikut senang, kamu sudah datang. Acara utama harus segera dimulai. " ucap Putra mahkota sebelum meninggalkan Max dan Sabrina. 

"Dia terlihat sangat menyebalkan." gumam Sabrina pelan tapi terdengar oleh Max. Hal itu membuatnya tidak bisa menahan tawa. Dia tidak menyangka wanita yang mencintai putra mahkota dulu bisa mengumpat seperti itu. Walaupun Max belum sepenuhnya yakin kalau tunangannya tidak lagi mencintai putra mahkota. 

"Kenapa bibirmu ini menjadi tidak berpendidikan seperti itu. Beruntungnya pujaan hatimu tidak ada di sini. Mungkin dia akan marah mendengar umpatanmu itu." sindir Max pada telinga tunangannya. 

Interaksi keduannya tidak lepas dari tatapan para bangsawan dan putra mahkota. Mereka tidak tahu yang kedua itu bicarakan. Tapi mereka bisa melihat seberapa dekat keduannya. Apalagi malam ini mereka tidak hanya melihat senyuman dari pangeran ketiga. Tapi sebuah tawa lepas yang muncul akibat keberadaan seorang wanita. 

"tidak ada sekolah untuk bibir dan aku sudah tidak mencintainya. Berhenti mengatakan hal itu terus menerus. Max." ucap Sabrina yang langsung melepaskan tangan Max di pinggangnya. Niat ingin meninggalkan pria itu. Tapi tangannya di tarik dan dia kembali ke dalam pelukan pria itu. 

"Aku sudah katakan jangan menjauh dariku. Selama di tempat ini kamu harus terus bersama denganku." ucap Max pada Sabrina yang sekarang membuang nafas kasar. 

"Bukankah ada sedikit acara khusus untuk pahlawan kerajaan ini yang baru pulang. Jadi aku tetap harus berpisah dengan tunangan yang aku sayangi ini. Jadi kita harus berpisah sekarang." ucap Sabrina dengan diakhir kecupan di pipi Max. Tentu saja hal itu membuat seluruh orang di ruangan itu terkejut melihatnya. 

Merkea sangat tahu seberapa besar Sabrina mencintai putra mahkota. Tapi malam ini mereka melihat perlakuan wanita itu pada tunangannya. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai. 

Max tidak menyangka tunangan kecilnya itu berani mengecupnya. Walaupun dia menyukainya. Tetap saja hal itu tidak baik untuk perasaanya. Sepertinya dia harus memberikan sedikit hukuman untuk tunangan nakalnya itu. Agar tidak menggodanya secara terus menerus.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang