Sabrina melemparkan tatapan pada pengawalannya yang malah membuang mukannya. Dia berharap Velix tidak menceritakan kejadian beberapa waktu lalau. Bisa bahaya jika Max tahu kalau dirinya bertemu dengan Anya.
"Kenapa kamu menatap terus Velix? aku sudah bilang hanya menatap aku saja." ucap Max dengan wajah kesal saat sadar kalau tunangannya sendang menatap velix. Sedangkan orang yang menjadi nyamuk di antara Max dan Sabrina hanya bisa berdoa. Agar dia tidak mendapatkan hukuman lagi tuannya. Sayangnya tuannya sudah tergila-gila dengan nona Sabrina sehingga dia harus siap mendapatkan hukuman itu.
"Velix kamu dihukum melihat tembok selama menjaga tunanganku. Sekali saja kamu melihat Sabrina. Aku pastikan tidak ada cahaya yang masuk melewati matamu itu." ucap Max sebelum menarik tunangannyan. Sedangkan Velix hanya bisa mengelus dada dan meratapi nasib sialnya. Padahal dia ingin menyampaikan tentang keanehan yang terjadi pada nonannya.
"Kamu cemburu?"tanya sabrina yang membuat langkah max terhenti. Hal itu membuat Sabrina menabrak punggung keras di depannya." aw sakit. Kalau mau berhenti bilang-bilang dong." protesnya pada pria yang sekarang sedang memberikan tatapan tajam.
"Kamu memang harus dikurung di dalam kamar saja." ucap Max sebelum badan sabrina melayang. Badang sabrina sekarang seperti karung beras yang sedang ditanggung oleh Max.
"Max turunkan aku ." ucap Sabrina yang tidak dijawab oleh Max. Pria itu fokus dengan langkah kakinya memasuki kamarnya. Lalu dia melempar tunangannya ke tempat tidur. Tentu saja hal itu membuat Sabrina terkejut bukan main. Tidak sampai disitu saja perlakuan max padannya. sekarang badan sabrina dililit oleh selimut. Sabrina berbubah menjadi lotong manusia.
"Max lepaskan aku." teriak Sabrina tapi tidak diperdulikan oleh pria itu. Dia langsung menarik gulungan badan sabrina ke dalam pelukannya. Sabrina hanya bisa membuang nafas kasar dan meratapi nasib sialnya.
Tidak membutuhkan waktu lama keduannya tenggelam dalam mimpi indah. Entah sejak kapan selimut yang menggulung badan sabrina sudah terlepas. Sekarang keduannya saling berpelukan. Saling membagi kehangatan di malam yang sangat dingin.
Anya terkejut saat pintu kamarnya didobrak oleh Zenith. Dia terkejut melihat sosok pria yang entah sejak kapan menumbuhkan perasaan sayang. Tapi dia tidak bisa mendukung tindakan pria itu.
"Kenapa kamu menemui Sabrina? Anya." tanya Zenith yang sudah berdiri di hadapan Anya. Wanita itu tidak berniat untuk menjawab pertanyan Zenith. "Anya jangan paksa aku untuk melakukan hal kasar padamu. Kamu tahu seberapa aku ingin membuat seorang max menderita dan kamu selalu menggagalkan semua rencana yang aku buat." ucap Zenith yang sekarang menarik tangan Anya dengan sangat kencang. Hal itu membuat Anya sedikit meringis karena rasa sakit yang dirasakannya.
"Zenith, aku sudah katakan tidak akan mendukung tindakanmu. Sabrina adalah sahabatku dan Max adalah pria yang dicintai oleh sahabatku." ucap Anya yang membuat zenith tertawa keras. Entah apa yang lucu dari kata-kata wanita itu hingga membuat seorang zenith tertawa. Pria itu menarik rahang Anya, sekarang mereka saling bertatapan.
"Kamu pikir aku mudah dibohong. Anya wanita yang kamu sebut sahabat itu sudah lama meninggalkan dunia. Kamu yang menjadi penyebab Sabrina pergi dari dunia ini. Walaupun aku tidak memiliki sihir seperti Thio. Aku bisa tahu isi hati kamu Anya." jelas Zenith yang membuat Anya hanya bisa membuang nafas kasar. Dia pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh pria di depannya.
"Kenapa kamu tidak bisa berada di sampingku seperti beberapa tahun lalu? Tetap menjadi satu-satunya orang yang selalu mendukung dalam keadaan apapun. Jangan tinggalkan aku sendiri seperti ini." ucap Zenith bersamaan dengan badan wanita itu ditarik dalam pelukannya. Rasa terluka saat melihat wanita yang dicintainya memelih untuk berpihak pada musuhnya. Walaupun dia tahu hal itu terjadi karena dirinya sendiri.
"Zenith aku selalu ada di sampingmu. tapi aku tidak bisa mendukungmu untuk membunuh Max maupun sabrina. Ada hal yang kamu tidak ketahui tentang kedua orang itu." ucap Anya yang membuat kedua alis zenith menyatu. Dia tidak mengerti perkataan wanita tentang orang yang paling dibencinya itu.
"Apa maksudmu Anya?" tanya Zenith yang meminta penjelasan dari wanita di hadapannya. Tapi hanya senyuman yang diberikan oleh wanita. "Belum saatnya aku mengatakannya, aku hanya tidak ingin kamu menyesal Zenith. Jangan melakukan sesuatu hal yang akan kamu sesali di akhir." ucap Anya yang membuat zenith bingung untuk memahami kata-kata wanitannya. Belum cukup penjelasan yang dikatakan Anya, wanita itu lebih memilih menghilang dari hadapannya.
"Apa yang kamu maksud Anya? aku tidak akan mengerti jika kamu tidak menjelaskan semuanya." gumam Zenith setelah kepergian wanita itu. Entah pergi kemana Anya kali ini. Zenith tidak bisa mengetahui.
******************************
Pagi ini cuaca terlihat sangat bersahabat. Walaupun angin pagi ini terbilang cukup dingin yang membuat dua orang muda mudi memilih untuk menikmati waktu mereka bersama. Keduannya saling berpelukan di bawah selimut. Sinar matahari masuk dari celah-celah tirai. Hal itu membuat tidur Sabrina terganggu. Sedangkan max terlalu asik dengan mimpi hingga senyuman di wajahnya tidak pernah menghilang.
Sabrina mengucek matannya, dia belum sepenuhnya sadar dengan situasinya sekarang. Hingga dia merasa ada sebuah benda berat menindihnya. Awalnya dia berniat berteriak. Tapi melihat wajah tampan yang sedang tidur nyenyak seperti bayi kecil. Sabrina harus mengurungkan niat berteriak. Dia baru ingat kalau semalam Max menggulungnya seperti ulat.
Sabrina mengelus wajah max. Dia terkejut saat merasakan wajah pria itu lebih hangat dari biasanya. Padahal hari ini cuaca sangat dingin. Kenapa badan tunangannya berubah menjadi sangat dingin. Bahkan keringat sudah membasahi bajunya.
"Max." panggil sabrina yang tidak dijawab oleh orangnya. Pria itu asik dengan mimpi indahnya sampai tidak sadar dengan kondisi badannya. Sabrina langsung melepaskan pelukan pria itu. Berjalan menuju keluar kamar tunangannya.
Pelayan yang baru saja tiba untuk membangunkan max terkejut melihat keberadaan tunangan tuannya. Hanya Velix saja yang tahu kalau sabrina tidur dengan Max. Tentu saja hal itu membuat pelayan pria yang mendapatkan tugas untuk mempersiapkan segala kebutuhan max itu terkejut.
"Bisakah kamu membawakan air hangat, satu ember kecil dan kain. Pangeran ketiga tidak akan keluar dari kamarnya. katakan pada tuan dan nyonya Ulyed pemohonan maaf karena saya dan yang mulia pangeran tidak bisa ikut sarapan bersama. Satu lagi saya minta dibawakan satu mangkuk bubur." ucap Sabrina yang langsung dianggukkan oleh pelayan itu sebelum pergi. Dia kembali masuk ke dalam kamar Max. Sudah ada velix dan Clovis di dalam kamar Max. Entah bagaimana kedua orang itu masuk, Sabrina tidak ingin memikirkannya.
"nona sebaiknya tidak ada di sini. Semua ini demi kebaikan anda. Tuan Max sudah mengatakannya untuk tidak membiarkan anda berkeliaran malam ini di sampingnya." jelas Clovis pada Sabrina yang tidak diperdulikan olehnya. Dia memilih berjalan mendekati tunangannya dan mengelus dahi Max yang sangat panas. Elusannya membuat Max sedikit tenang yang sempat meringis kesakitan saat dirinya keluar untuk meminta bantua pada pelayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...