Bab 61 Keadaan Sabrina

12.4K 1.6K 23
                                    

Max menarik badan Sabrina saat melihat keadaan tunangan yang jauh dari kata baik. Entah apa yang telah terjadi di rumah ini. Dia hanya menemukan tubuh seorang pria yang berakhir dengan tragis. Badannya tidak lagi berbentu seperti manusia. Darah yang sudah mengotori seluruh ruangan ini. 

"Clovis panggilkan tabib." ucap Max. 

"Tidak perlu. Tidak ada gunanya untuk kamu memanggil seorang tabib. Sabrina tahu apa yang telah terjadi padanya. Dia memaksakan dirinya menggunakan sihir disaat keadaanya yang masih lemah. Efek samping dari penggunaan sihirnya lagi menyerang sebagian tubuhnya." ucap Micky pada Max. Hal itu semakin membuat Max khawatir mendengar perkataan kakaknya.

"Kamu tidak perlu terlalu khawatir Max. Kamu terlihat seperti anak kecil kalau menangis seperti saat ini. Sangat tidak cocok orang sepertimu menangis." ucap Zenith yang senang melihat adiknya menangis seperti anak kecil. Sedangkan Max menatap kesal kakaknya yang selama satu minggu ini selalu mengejeknya. 

"Biarkan dia berbaring, aku akan membantunya untuk mengurangi efek sihirnya." ucap Micky yang langsung dilakukan oleh Sabrina. Setelah itu Micky membuat sebuah sihir perlindung di seluruh tubuh Sabrina. Rintihan Sabrina membuat Max tidak tega melihatnya. Dia melihat kondisi kedua orang yang menjaga Sabrina sangatlah buruk. 

"Clovis bawa Velix dan Millie mereka terluka cukup parah." ucap Max tapi langsung ditahan oleh Zenith. Dia sedikit penasaran apa yang telah terjadi pada pria berbaju hitam yang menyerang tunangan dari adiknya itu.

"Apa yang terjadi pada pria itu?"tanya zenith yang tidak dijawab oleh kedua orang itu. Mereka masih terkejut melihat kejadian beberapa saat lalu. Kekuatan yang sangat menyeramkan pikir Velix.

"Kakak jangan bertanya pada mereka. Aku akan menjelaskan apa yang terjadi saat ini." ucap Micky yang langsung diikuti oleh Zenith. Kalau adiknya sudah berkata seperti ini berarti telah terjadi hal buruk. 

Micky baru saja menyelesaikan penyembuhan pada Sabrina. Wanita itu kembali terlelap dalam tidurnya. Dia cukup khawatir dengan kondisi Sabrina. Kondisi tubuhnya saja suduh cukup buruk sebelum penggunaan sihirnya. Apalagi sekarang dia memaksakan tubuhnya menggunakan sihir yang berbahaya.

"Kalian tahu sihir pengendali darah?"tanya Micky yang dianggukkan oleh keduannya. Sihir pengendali darah adalah jenis kekuatan sihir yang sangat langka dan berbahaya. Karena orang yang memiliki sihir ini bisa membunuh seseorang hanya dengan mengendalikan darah dalam tubuhnya. 

"Entah sebuah keberuntungan atau kesialan untuk Sabrina. Dia memiliki sihir pengendali darah. " ucap Micky yang membuat kedua pria itu terdiam. Sihir pengendali darah akan menjadi incaran orang-orang . Karena kekuatannya bisa menjadi alat pembunuh masal. Walaupun penggunaan sihir tersebut bisa membunuh sang penggunanya. 

"Sial." umpat Max saat tahu keadaan sabrina dalam bahaya. Dia tahu alasan wanitanya bisa membantu mengendalikan kutukannya. Ternyata karena sihir pengendali darahnya. Dia bisa menekan sebagaian sihir gelapnya. 

"Sebaiknya kita memindahkan Sabrina ke tempat yang lebih aman. Tempat ini sudah diketahui oleh para bawahan Derek." ucap Micky yang dianggukkan oleh Max dan Zenith. 

Max menatap kondisi tunangannya yang masih terbaring di tempat tidur. Tidak ada tanda akan terbangun dari tidurnya. Entah akan berapa lama tunangannya tertidur.

"Biarkan aku yang menjaganya, Kamu harus merancang rencana untuk melawan serangan pangeran Derek." ucap Micky yang sedang berdiri di depan pintu kamar Sabrina. Dia berjalan mendekati sang adik yang masih mengenggam tangan tunangannya. 

"Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi dia akan sadar. Tenanglah. Zenith sedang menunggumu di ruang kerjamu. Ada sesuatu yang harus dia katakan padamu." ucap Micky yang dianggukkan oleh Max. Walaupun hati kecilnya max tidak ingin meninggalkan tunangannya sendirian. Masih ada rasa khawatir meninggalkan Sabrina sendirian.

Zenith menatap keluar jendela. Dia terkejut melihat tato dileher pria yang menyerang tunangan Sabrina. Dia masih ingat tanda bunga mawar itu adalah pelaku penyerangnya beberapa tahun lalu. Kelompok yang berniat membunuhnya. Beruntungnya pamannya datang tepat waktu menyelamatkannya. 

"Ada apa kakak memanggilku?"tanya max pada sang kakak. Meskipun mereka sering berbincang mengenai rencana untuk menghancurkan kubu dari Derek. Tapi hubungan keduannya tidak bisa dibilang dekat untuk dua saudara. Apalagi Zenith telah jujur tentang asik penyerangannya. Max mencoba melupakan serangan yang dilakukan oleh kakaknya itu. 

"Kelompok yang berniat menyerang Sabrina adalah kelompok yang sama saat menyerangku 15 tahun yang lalu. Aku yakin kelompok itu juga yang menyebabkan ibunda turun dari tahta dan menyebabkan seluruh keluarga  Giodest terkena hukuman mati." jelas Zenith dengan kedua tangannya terkepal. Saat ini dia ingin sekali membunuh orang -orang itu. 

"Lalu apa yang ingin katakan sebenarnya."

"Aku akan berangkat nanti malam bersama dengan pasukanku. Tentu saja mencari keberadaan kelompok itu bersamaan keberadaan pangeran Derek. Aku merasa ada hubungan atara kelompok  mawar merah dengan pangeran Derek." jelas Zenith yang membuat Max hanya bisa membuang nafas kasar. Baru saja mereka berkumpul. Sekarang dia harus kembali berpisah dengan sang kakaknya. Tentu saja dia merasa khawatir dengan sang kakak di saat keadaan seperti ini.

"Kamu tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku lebih baik dibandikan dirimu. Jangan sampai kamu lengah dalam mengawasi tunangamu. Kekuatan sihirnya pasti sangat diinginkan oleh orang-orang terutama Derek. Sabrina bisa menjadi alatnya untuk menghancurkan kerajaan ini." jelas Zenith yang hanya dijawab dengan anggukkan kepala. 

Zenith berjalan mendekati sang adiknya. Dia memeluk tubuh sang adik. Rasannya dia tidak ingin meninggalkan Max dalam keadaan ini. Tapi harus ada yang mencari keberadaan Derek dan mengetahui rencana yang sedang dibuat oleh pria itu."Tunggu aku kembali, Aku pergi adikku." ucap Zenith sebelum melepaskan pelukannya dari tubuh adiknya. 

Sebuah ruangan yang minim pencahayaan. seorang pemuda hanya bisa bertukuk lutut dengan kepala ditundukkan. Seorang pria tampan dengan tatapan tajam mengarah pada orang yang sedang bertukuk lutunya. "Kamu tidak bisa menghancurkan kerajana itu. Padahal aku sudah memberikan segala kemudahan untuk kamu bisa hidup enak. Ibu dan anak sama-sama tidak berguna." ucap pria itu pada pemuda di hadapannya.

"Berikan saya kesempatan untuk bisa menghancurkan kerajaan Octavain." ucap pemuda yang tak lain adalah Derek. 

"Aku sudah memberikan banyak kesempatan untukmu. Bahkan kamu tidak bisa menarik hati rakyat maupun para bangsawan. Kamu terlalu bodoh seperti ibumu yang telah mati itu." ucap Pria itu yang membuat Derek mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Rasanya dia ingin marah tapi tidak bisa dilakukan. 

"Aku berikan kamu kesempatan untuk membawa wanita yang berada di samping pangeran bodoh itu. Wanita itu sudah membangunkan sihir pengendali darahnya. Wanita itu sekarang sangat berguna untuk menghancurkan Kerajaan itu. Aku berharap untuk kesempatan kali ini tidak mengecewakanku." ucap pria itu sebelum menghilang dari tatapan Derek. Secara tiba-tiba keadaan di ruangan Derek berubah menjadi seperti semula. 

"Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan untuk kali ini. Jangan mengecewakanku kembali." ucap Derek menatap bayangannya. "Baik akan saya laksanakan." ucap pria itu sebelum meninggalkan Derek. 

"Sialan kalau pria itu tidak mengikatku dengan sihirnya. Aku tidak akan tunduk pada pria gila itu." gumam Derek.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang