Bab 82 : Titip Max

7.3K 1K 31
                                    

Sabrina membuka matanya. Hal pertama yang dicarinya adalah Max. Tapi dia tidak bisa menemukan keberadaan max disekitarnya. Dia ingin memeluk pria setelah berbagai ingatan kematian yang selalu menghinggapinya. Tanpa pikir panjang, ia langsung turun dari tempat tidur. Tak sampai satu langkah dirinya sudah terjatuh. 

Millie dan Anya langsung berlari. Mereka terkejut dengan keadaan sabrina. Millie membantu nonanya untuk kembali berbaring ditempat tidur. Tapi sabrina memberontak. ia ingin bertemu dengan tunangannya. Perasaannya tidak akan tenang sebelum bertemu dengan Max. "Lepaskan, aku ingin bertemu dengan max." ucap Sabrina dengan suara pelannya. 

"Sabrina, kamu tidak bisa bertemu dengan max sekarang." ucap Anya yang membuat sabrina menatap khawatir pada sahabatnya. Dia berharap max dalam keadaan baik-baik saja. Meskipun pikiran buruk terus menghinggapinya. " Max sedang berada di medan perang." jelas Anya. 

Sabrina terdiam, dia ingat mimpi buruknya yang baru di dapatkannya. Kematian sang tunangan saat melawan Vernand di medan perang. Sang kekasih hatinya itu ditusuk dengan pedang vernand dan mendapatkan ratusan anak panah. 

Sabrian menatap Anya dan Millie dengan wajah cemas. Keringat dingin mengalir di wajah cantik seorang sabrina. Tangan dinginnya menyentuh Millie dan Anya. Sedangkan kedua wanita itu mencoba mengartikan tatapan dari sabrina. Tapi keduanya tidak bisa memahaminya. 

"Kalian berdua harus membantuku, kita tidak bisa membiarkan max dan yang lainnya mati dipeperangan ini." jelas Sabrina yang membuat kedua wanita itu terkejut. 

"Apa maksudmu Sabrina? kita tidak akan kalah. Max pasti bisa menang dalam peperangan ini." ucap Anya yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Sabrina. Dia tidak bisa menjelaskan kejadian yang dimimpikannya. Karena semua itu terlalu menyakitkan untuk dikenang. Tapi dia berjanji tidak akan membiarkan kekasihnya mati seperti yang dimimpikannya. "Sabrina kamu harus percaya dengan max. Dia pasti akan menang...." ucapan Anya terpotong dengan perkataan sabrina. 

"Kita akan kalah karena musuh yang kita lawan bukanlah pasukan sebenarnya vernand. Semua yang kita hadapi saat ini adalah illusi yang dibuat derek. Kita hanya sedang saling menghancurkan satu sama lain." jelas Sabrina yang membuat kedua wanita itu terkejut bukan main. "Derek berada dibelakang semua itu. Satu-satunya cara hanya dengan membunuh derek." jelas sabrina yang membuat Anya dan Millie terdiam. 

Pada waktu yang sama, seorang pria sedang menertawakan nasibnya sendiri. Orang itu adalah Derek. Dia sejak tadi terus mengamati setiap kegiatanan Sabrina. Pria itu juga tahu kalau sebentar lagi nyawanya akan diambil oleh wanita yang berhasil memiliki hatinya. Sebuah takdir yang sangat menyakitkan untuknya. Saat dia mulai sadar akan perasaanya pada sabrina. Semuanya telah terlambat, ia tidak bisa kembali seperti dulu. 

Sabrina sudah berjalan jauh darinya dan ia tidak bisa lagi menarik wanita itu kedalam lengkuhannya kembali. Biarlah dirinya berakhir ditangan wanita itu. Sebuah harapan terakhir yang dimiliki oleh seorang Derek. 

Max tidak memiliki kesempatan untuk melawan serangan dari Vernand. Sebagian energinya terkuras untuk menghindari serangan dari musuhnya. Sedangkan Vernand tersenyum mengejek pada Max. 

"Menyerahlah dan serahkan Sabrina padaku. Kamu dan rakyatmu akan tetap bahagia dibawah kepemimpinanku." ucap Vernand. Kedua pedang mereka saling bersentuhan. Tatapan tajam max mengarah pada musuhnya. Dia tidak suka dengan perkataan vernand mengenai wanitanya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memberikan sabrina dan rakyatku padamu Vernand." ucap Max bersamaan serangan perlawannya pada Vernand. Tapi dengan mudah ditangkis oleh pria itu. 

"Kamu tidak akan bisa mengalahkanku dengan pedang itu. " ucap Vernand yang kembali memberikan serangan balik pada max. Berbeda dengan Vernand, Max sedikit kewalahan dengan serangan musuhnya. Pedang yang digunakannya cukup berat untuk diayunkan. Hal itu membuat pergerakan max sangat terbatas. 

"Max." sebuah suara yang sangat dirindukannya. Pria itu mencari orang yang dirindukannya. Tapi dia tidak menemukannya. Vernand menatap aneh max. Dia tidak bisa mendengar suara Sabrina.

"Sabrina." ucap max lirih yang membuat Vernand langsung mencari keberadaan wanita itu. Tapi dia tidak dapat menemukannya. Vernand merasakan firasat buruk. Sesuatu hal yang akan terjadi sebentar lagi. Karena itu dia berniat untuk melakukan teleportasi. 

Sayangnya max menyadarinya dan langsung menahan vernand dengan serangan secara bertubi-tubi. Teleportasi membutuh konsentrasi. Saat vernand mendapatkan serangan, pria itu pasti sulit untuk mengosentrasikan pikirannya. 

"Terus menyerang Vernand, max. Pedang yang itu hanya membutuhkan darah untuk bisa mengaktifkan kekuatanya. Kamu bisa menggunakan darah musuhmu. Tapi kamu tidak boleh terbawa emosi. Pedang itu bisa mengendalikanmu max. " jelas Sabrina yang dianggukkan oleh max. Pria itu mengikuti perkataan dari tunangannya. 

Pedangnya tidak lagi terasa berat karena dia berhasil menggores badan Vernand. "Sialan kamu mengetahuinya." umpat vernand saat mendapatkan secara bertubi-tubi oleh Max. Dia tidak menduga kalau max tahu cara mengaktifkan pedang batu sihir hitam itu.  Setiap goresan yang dibuat oleh pedang itu tidak akan bisa tertutup dan sembuh dengan cepat. Hal itu yang sangat berbahaya untuk Vernand. 

Setiap pedang max itu mengenai lukannya. Benda itu akan terus menyerap darah sebanyak yang bisa pedang itu lakukan. Hal itu bisa membunuh Vernand secara perlahan. Apalagi kehandalan max dalam berpedang tidak bisa dipandang sebelah mata.

"Terimakasih Sabrina. Aku sangat merindukanmu."

"aku juga, maaf max. aku berharap kita bisa bertemu kembali." ucap Sabrina lirih yang membuat max merasakan hal buruk akan terjadi pada Sabrina. Saat dia mencoba memanggil wanita itu lagi. Sayangnya ia tidak lagi mendapatkan balasan dari sabrina.

"Aku akan segera membunuhmu." ucap max. Ia harus segera bertemu dengan sabrina dan memastikan wanita itu baik-baik saja. Perkataan terakhir sabrina menunjukkan kalau wanita itu tidak baik-baik saja. Entah apa yang sedang wanita itu rencanakan. Ia tidak bisa menebaknya. Satu hal yang pasti dia harus segera menemui sabrina sebelum penyesalah kembali menghampirinya. 

Sabrina menatap kedua temannya, Millie ingin sekali menahan nonanya untuk pergi. Sedangkan Anya kembali bertanya pada Sabrina. "Kamu yakin? Max akan membencimu kalau kamu melakukannya." ucap Anya yang dijawab dengan tawa pelan. Tentu saja dia sudah membayangkan seberapa marah max saat nanti menemukan keadaanya. 

"Sabrina."

"nona."

"Kita tidak punya pilihan lain, tidak ada yang bisa menghentikan Derek. Hanya dengan cara ini saja, semua peperangan ini berhenti. Bukankah lebih baik mengorbankan satu orang dibandingkan jutaan rakyat clovis. " ucap Sabrina yang membuat kedua wanita itu menundukkan kepala. Keduannya meremas baju mereka karena tidak bisa melakuka apapun. 
Perkataan sabrina tidaklah salah tapi tidak juga benar.

"Tidak bisakah kamu memikirkan Max." ucap Micky yang entah sejak kapan berada di ruangan ini. Wanita itu berjalan mendekati Sabrina. Dia baru saja mendapatkan pesan dari Anya akan pilihan sabrina. 

"Max pasti akan melakukan ini juga."

"Sabrina, max lebih membutuhkanmu. Jangan lakukan itu semua." ucap Micky yang tidak bisa menahan air matanya.

"Micky aku titip max padamu, Aku sudah berjanji untuk kembali pada Max. Jadi kalian tidak perlu khawatir. Aku pasti baik-baik saja. Janji harus ditepati bukan." ucap Sabrina bersaman dengan tubuh wanita itu menghilang.  

"SABRINA." teriak Anya dan Micky. Sedangkan Millie memilih diam dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.  

Hallo pembacaku, yuhu apa kabar? sudah lama ya kita tidak malam minggu bersama. Bagaimana nih mau malming bareng gak ? heheheh.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang