Bab 17 : Hanya aku

41.7K 5.2K 69
                                    

Sabrina mengambil secangkir minuman yang dia tidak isinya itu apa. Dia hanya merasa rasanya akan semenarik dengan warnya yang memiliki paduan antara ungu dan biru. Setelah itu dia memilih untuk berjalan menuju balkon di bandingkan berdiri di dalam ruangan. Sabrina tidak ingin mengambil resiko jika ada bangsawan yang mengajaknya berbincang. 

Mungkin tunangannya itu akan marah saat tahu Sabrina tidak ada di dalam ruang pesta. Tapi dia tidak peduli hal itu. Sekarang dia butuh menenangkan hati dan pikirannya. Dia tidak yakin bisa melaksanakan rencananya.  Terlalu berbahaya dan beresiko bagi Max. Meskipun dia yakin pria itu bisa bertahan.

Sabrina tidak berani mengambil resiko besar yang berakhir dirinya akan mati. Walaupun bukan ditangan tunangannya itu. Dia bisa saja dituduh meracuni tunangannya. Hal itu akan membuat dirinya dan keluarganya mendapatkan hukuman penggal karena sudah mencelakakan keluarga kerajaan. 

"Terlalu berat." gumam Sabrina sambil menatap langit malam ini yang terlihat sangat indah. Ada rasa penyesalan di hatinya. Kenapa dia merasa senang di awal saat tahu akan berakhir sesulit ini. Hidupnya dulu memang sangat menyiksakan dan melelahkan. Tapi hidupnya tidak dibayang-bayangi oleh kematian. 

"Sepertinya tunangan adikku ini sedang banyak pikiran." ucap seorang pria yang sangat dikenali sabrina dari suaranya. Orang itu adalah putra mahkota. Kenapa dia harus bertemu dengan pria itu saat ini. Dia tidak yakin bisa menghadapi pria itu saat ini. 

Selain itu Sabrina tahu pria itu datang untuk memintanya melakukan perintahnya waktu itu. Perintah untuk meracuni tunangannya sendiri dengan bunga Hugwolt. Walaupun racun itu tidak membuat Max mati saat ini juga. 

"Saya hanya sedang menikmati langit malam ini." ucap Sabrina yang memilih untuk menatap langit saja dibandingkan melihat wajah tampan putra mahkota. Kalau saja dia tidak tahu sebusuk apa pria itu. Dia pasti akan jatuh cinta dengan wajahnya tampannya. Bagaimanapun putra mahkota dan Pangeran ketiga memiliki wajah yang sama menawannya. 

Bedannya Pangeran ketiga terlihat lebih maco dengan warna rambutnya dan bentu badannya yang terbentuk akibat latihan kerasnya. Sedangkan putra mahkota memiliki rambut indah seperti emas dengan wajah tampannya. Walaupun badannya tidak sebagus milik Max. Tapi pria itu cukup untuk menarik hati seorang Sabrina. 

"Benarkah? aku tidak menyangka kamu bisa secepat itu dekat dengan adikku." ucap Putra makota bersamaan dengan pelukan yang dilakukan pria itu. Tentu saja Sabrina terkejut dengan tindakannya. 

Masih bisa dia ingat putra mahkota tidak pernah ingin berdekatan dengan Sabrina. Dia hanya ingin memanfaatkan wanita itu untuk menghancurkan saingannya tanpa harus mengotori tangannya. Tapi sekarang pria itu memeluk badannya. Rasanya berbeda dengan pelukan Max tadi. 

Dia merasa terancam di dalam pelukan putra mahkota. Seakan-akan dia akan mati malam ini jika melepaskan pelukannya. Tanpa sadar badan Sabrina bergetar dan itu tidak luput dari perhatian putra mahkota.

"Apakah kamu kedinginan? badanmu bergetar." ucap Putra mahkota yang tiba-tiba memutar badannya. Lalu pria itu kembali memeluknya. Kepala pria itu diletakkan di bahu Sabrina. Dia merasa sangat nyama memeluk wanita yang selama ini ditolaknya. Rasanya ingin memiliki wanita itu muncul saat Sabrina terlihat dekat dengan adiknya. Dia tidak bisa membiarkan wanita ini menjadi adiknya juga. Cukup perhatian orang yang sudah direbut oleh adiknya itu. 

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu Sabrina." ucap Putra mahkota yang membuat kedua matanya terkejut bukan main. Bersamaan Max datang dari pintu penghubung balkon dan ruang pesta. Pria itu menatap tajam kedua orang yang sedang berpelukan. Dia tidak percaya wanita itu ternyata berbohong. 

Saat dia ingin meninggal kedua orang itu. Sabrina yang sadar kalau tunangannya itu akan salah paham. Dia menggerakkan tangannya. Beruntungnya Max mengerti dari arti kode Sabrina. sebuah senyuman muncul di wajahnya. Senyuman sedih yang ditunjukkan Sabrina pada Max sebelum pria itu pergi. 

"Kamu harus melaksanakan rencana itu malam ini." ucap putra mahkota bersamaan pelukan terlepas. Pria itu memegang bahu sabrina yang tidak terlapisi oleh kain apapun. Dia bisa merasakan kulit lembut wanita di depannya.

"Kita akan bersama setelah ini. Kamu menjadi ratuku selamanya Sabrina. Ingat aku akan selalu menjagamu. Kamu hanya perlu melakukan perintahku." ucap Putra mahkota pada Sabrina yang sejak tadi memilih menundukkan kepala.

Dagunya ditarik untuk menatap putra mahkota di hadapannya. Dia tidak suka saat wanita cantik di depannya mengalihkan pandangannya. Dia ingin menjadi pusat kehidupan wanita ini lagi. Tidak peduli dia sudah melakukan kesalahan dengan menyatukan Sabrina dengan adiknya. Pria itu yakin setelah ini Sabrina akan kembali seperti wanita yang dulu pernah dikenalnya. 

"Kamu mengerti?"tanya Putra mahkota.

"saya mengerti yang mulia putra mahkota." ucap Sabrina dengan suara terbata-bata. Dia merasa sangat gugup saat ini. Semua keberaniannya seakan menghilang.  Perasaan gugup yang tidak pernah dirasakannya. 

"Aku tidak suka kamu memanggilku dengan panggilan formal. Kamu bisa memanggilku Derek." ucap Putra mahkota dengan senyuman lebar. Kalau saat ini Sabrina tidak merasa terancam. Dia akan terpesona dengan ketampana pria di depannya. Sayangnya dia tidak bisa merasakan hal itu karena perasaan terancam yang sangat besar dari Derek.

"Saya tidak bisa yang mulia, itu sangat tidak sopan untuk bangsawan rendahan seperti saya." ucap Sabrina yang kembali menundukkan kepalanya. Namun Derek menarik wajahnya untuk menatapnya. Dia tidak suka wanita di depannya menghindarinya seperti ini. Kalau dulu pasti wanitanya akan sangat bahagia dengan semua tindakannya. 

Tanpa sadar dia mencengkram dagu sabrina sedikit keras. Ritihan terdengar yang membuat Derek tersadar. Dia merasa bersalah sudah melukai Sabrina tapi dia tidak suka meminta maaf. 

"Aku tidak suka kamu seperti ini Sabrina. Kamu seperti sedang menjauhiku. Ingat kamu hanya mencintaiku saja tidak ada pria lain yang menjadi prioritas utama kamu. Aku berharap kita bisa segera bersama." ucap putra mahkota yang sebelum meninggalkan Sabrina. 

Setelah tidak menemukan keberadaan Derek. Badan Sabrina luruh kelantai. Kedua kakinya serasa tidak ada tenaga untuk bertahan berdiri. Rasa takut yang melingkupi dirinya. Padahal pertemuan pertamannya dia tidak setakut ini. Tapi melihat Derek seperti memiliki ketertarikan pada dirinya. Hal itu menjadi sebuah bahaya yang terjadi padanya. Pria itu berubah apakah semua ini karena keberadaanya. 

"Kamu baik-baik saja?"tanya Max yang sudah di hadapannya. Dia tidak menyangka menemukan memar di rahang Sabrina. walaupun tidak terlihat secara jelas. 

"Aku takut Max." ucap Sabrina yang langsung memeluk badan pria di depannya. Seluruh perasaan yang tadi dia tahan keluar begitu saja. Max hanya bisa memeluk badan yang bergetar itu. Sebuah tangisan kecil terdengar di pendengarannya. 

Setelah puas mencurahkan perasaannya. Sabrina melepaska pelukannya pada Max. Dia merasa malu menatap pria di depannya. Selama ini Sabrina tidak pernah menunjukkan ketakutannya atau kesedihannya pada orang lain. Sekarang dia dengan mudah memeluk pria itu dan mencurahkan seluruh perasaannya.

"Kamu tidak perlu malu, aku tidak akan mengungkitnya. Apakah dia mengancammu?"tanya Max yang dijawab dengan gelengan kepala.

"Max rencana kita harus dilaksanakan. Maaf kalau kamu akan tidur beberapa hari. Aku pastikan semua tidak akan berbahaya. Kamu bisa percaya padaku?"tanya Sabrina yang dijawab dengan anggukkan kepala oleh Max.

"kalau aku mati karena kamu, aku pastikan akan menarikmu bersamaku." ucap Max yang mendapatkan pukulan pelan dari Sabrina.

"Becandanya gak lucu." ucap Sabrina yang langsung meninggalkan Max begitu saja. Sedangkan pria itu sedang tersenyum melihat kepergian tunangannya. Beberapa saat kemudian wajahnya berubah menjadi sangat dingin dan menakutkan.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang