Bab 34 : Informasi

18.5K 2.4K 9
                                    

Sabrina masih sibuk dengan pikirannya. Padahal kereta kudanya sudah berhenti di depan sebuah rumah makan. Tempat yang ditulis di dalam surat putra mahkota untuknya. Hati kecilnya mengatakan untuk tidak datang. Tapi dia ingat dengan ancaman pria itu. Sabrina masih tidak menyangka isi dari pesan yang ditulis Derek untuknya. 

Dear, My Lovely Sabrina.

Apakabarmu sayang? aku harap kamu baik-baik saja. Aku sudah mendengar kabarmu beberapa hari lalu. Aku awalnya ingin mengunjungimu sayangnya Max ada di samping selama beberapa hari ini. Beruntungnya sebuah tugas memanggil Max untuk kembali ke istana. Aku ingin bertemu denganmu. 

Aku harap kamu datang atau kamu pasti tahu hukuman yang tepat untuk seorang pengkhianat. Buktikan kalau kamu masih berada di sisiku. Aku juga menunggu informasi yang kamu dapatkan dari Max selama pria itu di sampingmu. 

Aku tidak suka menunggu lama. Kamu harus datang tepat waktu. Kita bertemu di restauran  Balencia jam 10 pagi. Aku akan menununggumu sayang. Jangan mengecewakanku Sabrina.

Salam Derek 

"Nona 5 menit lagi jam 10." ucap Millie yang menyadarkan lamunan Sabrina. Dia tidak menyangka pria itu mengirimkan surat ancaman dengan kata-kata lembutnya itu. Entah apa yang harus dia berikan pada Derek. 

Karena selama Max tinggal di sampingnya tidak banyak informasi yang bisa dijualnya. Kecuali tentang Velix yang merupakan orang paling bisa dipercaya oleh Max dan kutukan tunangannya. Apakah dia harus memberi tahu itu. Bukankah sama saja dia memberi tahu kelemahan dari Max. 

"Aku tidak ingin menemuinya Millie." ucap Sabrina yang berjalan menuju pintu kereta api. Dia turun dari kereta api melihat bangunan restauran di hadapannya tanpa minat. Sungguh dia lebih baik mengurus Max dibandingkan bertemu dengan Derek. Dia menjadi rindu tunangannya yang menyebalkan itu. 

"Max aku harap kamu yang aku temui." gumam Sabrina sebelum masuk kedalam restauran tempat pertemuannya dengan sang putra mahkota yang sedang menyamar itu. Dia bisa menemukan dengan mudah. Rambut emasnya itu bisa dibilang sangat mencolok di antara orang-orang di dalam restauran. 

"Kamu memang datang tepat waktu, aku menyukainya." ucap Derek saat melihat wanita yang ditunggunya sudah berada di depannya. Tidak lupa sebuah senyuman terbit di wajah pria itu. 

Kalau saja Sabrina tidak tahu seberapa buruk sikap seorang Derek. Dia yakin sudah jatuh cinta pada pria di depannya. Max dan Derek memang dua pria yang bisa menggoda iman seorang Sabrina. Bagaimanapun dia wanita normal yang suka melihat pria tampan. Kedua pria itu memiliki wajah di atas rata-rata tampan yang pernah ditemuinya. Sayangnya keduannya sama-sama membuat Sabrina pusing bukan main. 

Max pria yang bisa berubah seperti bunglon. Sedangkan Derek seperi singa yang sedang  memandang targetnya. Sedikit saja Sabrina melakukan kesalahan pria itu pasti tidak akan membiarkannya begitu saja. Hidupnnya benar-benar menjadi sangat berwarna setelah menjadi Sabrina. 

"Kenapa melamun sejak datang ke sini? apa kamu masih kurang sehat?"tanya Derek bersamana tangan pria itu ditempelkan pada dahi Sabrina. Sebenarnya hal itu sedikit canggung untuk sabrina. Mungkin dia sudah terbiasa dengan keberadaan Max yang membuatnya sulit untuk menerima pria lain di sampingnya. 

"Aku baik-baik saja, hanya banyak hal yang terjadi beberapa hari ini saja. " ucap Sabrina dengan senyuman terpaksanya terbit. Setidaknya hal itu tidak akan diketahui oleh Derek. 

"Aku sudah memesan makanan kesukaanmu." ucap Derek bersamaan dengan sebuah makanan yang paling di benci diletakkan di depannya. 

"Apaan makanan kesukaanku, ini namanya menyiksa orang." gumam Sabrina saat melihat satu piring salad yang hanya berisi daun hijau. 

"Apakah dia sedang memberikan makan kambing. Aku manusia bukan hewan yang hanya makan daun-daun saja. Aku lebih suka makan daging seperti singa. Kamu saja makan daging sedangkan aku rumput-rumput ini. Kamu memang tidak sepintar max dalam menarik perhatian orang lain." umpat Sabrina sambil menatap makanan di hadapannya.

"Kenapa ? kamu tidak suka dengan makananmu itu? aku pikir kamu masih suka dengan salad yang selalu kamu pesan biasanya." ucap Derek dengan tatapan polosnya. Sedangkan Sabrina tidak bisa menunjukkan ketidak sukaan akan makanan di depannya.

"Tidak, aku suka sekali. Terima kasih sudah memesankannnya." ucap Sabrina dengan senyuman yang tidak akan dia hentikan. Tentu saja untuk membuat Derek tidak menyadari kekesalannya itu. 

"kamu harusnya makan banyak daging biar tidak kurus seperti ini. Tapi kamu selalu ingin menjaga badan kecilmu itu dengan sayuran hijau itu. Sebaiknya kamu berhenti saja diet ketatmu itu." ucap Derek yang dengan asik memakan dagingnya itu. Sedangkan Sabrina sedang menahan perasaan kesal yang menumpuk di dalam hatinya. Pria di depannya benar-benar ngajak berantem dengan Sabrina. 

"ya kamu benar." ucap Sabrina seadanya saja. Dia kesal mendengar perkataan Derek. 

"Kalau dia bilang begitu kenapa masih pesankanku rumput-rumput ini. Aku rindu kamu Max. Setidaknya kamu selalu memberiku makanan enak. Maafkan aku dulu selalu protes padamu. aku janji tidak akan pernah lagi marah padamu." gumam Sabrina yang baru saja menghabiskan makanannya. Sungguh rasanya seperit makan rumput hijau saja. 

Sabrina tidak habis pikir dengan pemilik tubuh ini. Bisa-bisanya dia menghabiskan hidupnya dengan mengomsumsi makanan seperti itu. Padahal dia terlahir dari keluarga kaya raya tapi makan lebih ngirit dari hidupnya dulu. Sabrina tidak habis pikir dengan sang pemilik tubuh asli ini. 

"Jadi kamu sudah mendapatkan informasi apa saja dari ?"tanya Derek yang membuat Sabrina tegang sendiri mendengarnya. Tanpa sadar dia menelan ludahnya dengan kasar. Kedua tangannya berpautan untuk menenangkan dirinya. Jantungnya saja seperti akan lepas dari tempatnya saat ini.

"kamu jangan bilang tidak mendapatkan apapun setelah menghabiskan waktu bersama tunanganmu itu." ucap Derek dengan tatapan tajam mengarah padanya. 

"Dia hanya menceritakan tentang kutukan yang dimilikinya saja." ucap Sabrina. 

"Kutukannya? ah aku tahu itu. Apakah kutukan itu sudah mulai mengikis waktu hidupnya? aku sudah menantinya hingga bom itu meledak. Saat itu aku bisa menghancurkan kebanggan Max di kerajaan ini. Monster itu memang tidak semestinya menjadi pahlawan." ucap Derek yang membuat Sabrina kesal sendiri. Dia mencoba untuk menahan amarah yang tiba-tiba muncul di hatinya. 

Dia tidak suka dengan perkataan Derek yang secara tidak langsung menghina Max. Padahal tunangannya itu memang seorang pria yang sangat baik dan mencintai kerajaan ini. Sedangkan pria di depannya hanya ingin mendapatkan kekuasaan saja tanpa peduli kesejahteraan rakyatnya. 

"Lalu apa yang dia katakan tetang kutukannya itu?" tanya Derek yang sangat antusias mendengarkan penjelasan Sabrina. Tentu saja Sabrina sedang berbohong tentang kondisi Max. 

"Dia tidak membicarakan banyak hal tentang kondisinya. Aku hanya melihat sebagai wajahnya sudah dipenuhi dengan sebuah lukisan hitam yang merambut seperti sulur pohon." jelas Sabrian yang tentu saja kebenarannya tidak seperti itu. 

Sulur hitam di wajah max hanya muncul sesekali saja. Sabrina juga tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Karena saat Sabrina bertanya pada Max. Itu tidak berbahaya dan tidak perlu khawatir. Keadaan Max benar-benar sangat baik beberapa hari ini.

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang