Acara pesta perayaan kemenangan kerajaan Octavain harus berakhir ditengah jalan. Saat tokoh utama dalam pesta itu terkena racun. Orang itu adalah pangeran ketiga yang terkena racun dari minumnya. Tentu saja hal itu membuat ketegangan pada pesta itu. Mereka tidak menyangka ada orang yang berani melakukan hal itu pada pangeran ketiga di acara pesta perayaanya.
Pesta terpaksa dihentikan dan pangeran ketiga langsung dibawa ke kediamannya di istana Timur. Keadaanya sangat mengkhawatirkan dengan bekas darah yang masih ada di wajahnya. Tadi pangeran ketiga memuntahkan darah sebelum dirinya pingsan.
Sedangkan Sabrina tidak jauh dari tunangannya. Ada rasa bersalah pada pria di depannya. Dia tidak seharusnya seperti ini kalau sabrina bisa menolak perintah gila dair putra mahkota. Tidak ada keberaniannya untuk menunjukkan kalau dirinya tidak lagi berpihak pada pria itu.
Sabrina, Max akan sepercaya itu padanya. Dia dengan santainya tersenyum saat meminum minumannya yang sudah dicampur dengan salah satu racun bunga qwelsin. Efeknya memang membuat orangnya memuntarkan darah karena luka dari racun di organ dalamnya. Beruntungnya bunga itu sudah memiliki penawarnya. Jadi Max bisa terselamat. Sebuah tindakan yang sangat berbahaya untuknya maupun Max.
"Aku harap kamu segera kembali, jangan membuatku khawatir Max." ucap Sabrina yang sedang mengelap keringat di wajah max. Dia tidak menyangka akan separah ini. Padahal dalam novel yang diba racun jenis qwelsin tidak berbahaya untuk para manusia kecuali orang-orang yang mendapatkan sihir.
Wajah Sabrina menegang, dia tahu pria di depannya memiliki sihir atau tidak. Tapi melihat efek obat yang diminum oleh Max. Bukankah ini cukup untuk memberitahu Sabrina kalau Max memiliki sihir. Sekarang dia membahayakan tunangannya yang bahkan mempercayakan seluruh hidupnya padanya.
"Maafkan aku Max." ucap Sabrina yang tidak sadar mengeluarkan air mata. Dia merasa sangat bersalah. Kalau saja dia memilih untuk menghilang dari dunia ini atau tidak membuat kerja sama dengan Max. Pria baik di depanya ini tidak akan terluka parah karenannya.
"Tidak ada yang perlu aku maafkan Sabrina. Kamu sudah melakukan sesuai rencana kita. Dengan seperti ini putra mahkota akan mempercayaimu. Kamu tidak akan lagi dimata-matai oleh pria itu." ucap Max yang beberapa saat lalu sudah sadar. Dia bisa mendengar semua perkataan tunangannya.
Sebenarnya Max sudah mengetahui hal ini akan terjadi. Racun qwelsin adalah racun yang sering dirinya komsumsi untuk menekat kutukannya. Tidak ada yang tahu kalau selama ini Max mengomsusinya secara teratur jika sihirnya mulai tidak stabil. Hanya tabib setianya saja yang mengetahui tentang ini semua.
"Tapi kamu bisa saja mati karena racun itu. Kamu tidak bilang memiliki sihir. Racun ini bisa mengikis sihir yang kamu punya. Kamu bisa mati kalau sihir itu hilang dari tubuhmu." ucap Sabrina dengan wajah cemasnya. Sedangkan Max malah tertawa keras mendengar ucapan wanita di depannya.
Selama bertahun-tahun hidup di kerajaan ini tanpa ada seorangpun yang menyanginya. Ibunya meninggal dihari dirinya lahir. Hal itu yang membuat raja atau ayahnya itu membencinya. Karena sudah merenggut wanita yang dicintainya.
Sekarang dia melihat seorang wanita yang sangat memperdulikannya kecuali tangan kanan cerewetnya itu. Hanya Colvis, Velix, dan bayangannya yang benar-benar peduli padannya. Mungkin sahabatnya yang memiliki gelar duke juga peduli padanya. Tapi Max tidak pernah mendapatkan mereka bersedih untuk dirinya seperti ini. Sungguh miris hidupnya, dia ingin sekali menjaga wanita di depannya untuk selalu berada di sampingnya. Sayangnya dia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Terlalu bahaya untuk wanita seperti Sabrina bersama pria seperti Max yang bisa kapan saja membunuhnya.
"Kamu tidak perlu menangis seperti itu, aku sudah biasa mengomsumsi racun bungan Qwelsin." ucap Max yang membuat SAbrina terkejut mendengarnya. Dia sampai berdiri dari posisi duduknya. Entah kenapa hal itu terlihat sangat menggemaskan dimata Max. Bukannya takut dengan tatapan wanita itu.
"KAMU GILA, INGIN MATI KAMU? ORANG INGIN HIDUP KAMU MALAH INGIN MATI. ANEH." teriak Sabrina yang membuat Max tidak bisa menahan tawannya. Dia memang sudah gila dan ingin sekali meninggalkan dunia ini. Sayangnya masih ada dendam yang belum dirinya balaskan. Jadi Max harus bertahan hingga semua dendamnya terbalaskan. Setelah itu dia baru bisa meninggalkan dunia ini.
"kamu bisa berpedapat seperti itu. Kamu tahu pangeran yang terkena kutukan dan akan menjadi penyebab kehancuran kerajaan ini di masa depan?" tanya Max pada sabrina yang dijawab dengan anggukkan kepala.
"Lalu apa hubungannya dengan tindakan gilamu itu?"tanya Sabrina dengan wajah juteknya. Tapi di mata Max mukannya sangat lucu. Dia ingin mencubit pipinya. Sayangnya dia hanya bisa membayangkannya tanpa melakukannya.
"Racun itu bisa membantuku untuk menekan aliran sihir dari kutukan yang bersarang di tubuhku. Hanya dengan cara seperti itu kutukanku tidak akan bangkit." ucap Max yang sekarang memilih menatap langit-langit kamarnya. Dia meratapi nasibnya yang sangat menyedihkan. Jika pemuda seusiannya bisa menikmati hidupnya secara bebas. Sedangkan Max harus menjaga kondisi badanya hanya untuk menjaga kerajaan ini tetap ada hingga hidupnya berakhir.
"Kamu terlalu jahat padamu. Orang lain tidak akan memikirkan kebahagianmu. Tapi kamu malah melakukan hal untuk lain secara percumah. Dasar bodoh." ucap Sabrina yang membuat Max menatap wanita di sampingnya. Dia terkejut dengan perkataan tunangannya yang terlahit mudah marah akhir-akhir ini. Pertemuannya dengan Sabrina, wanita itu bisa mengotrol emosinya. Tapi sejak pertemuan tidak sengaja di pasar. Wanita itu jauh dari ekspetasinya.
"Kamu memang aku selalu jahat padaku."
"Kalau kamu tahu kenapa masih dilakukan, kamu bodoh atau apa sih? orang lain itu mengejar kebahagiannya, kamu malah mencari penderitaan. Jadi menjadi pahlawan untuk mendapatkan sanjungan orang lain yang memiliki seribu muka. Kamu tahu seberapa besar mereka memujimu tidak bisa sebanding dengan nyawamu." ucap Sabrina yang membuat Max terdiam. Perkataan Sabrina memang benar, tapi dia tidak pernah ingin mendapatkan sanjungan.
"aku hanya ingin negeri yang dicintai ibuku tetap ada hingga akhir aku menutup mata. Setidaknya aku bisa menjaga negeri ini untuk ibuku yang sudah berkorban saat melahirkanku." ucap Max yang membuat Sabrina membuang nafas. Mungkin dulu Sabrina seperti pria di depannya. Terlalu memikirkan kebahagian orang lain di atas semua kebahagian dirinya. Dia lelah mengorbankan tenaga dan masa mudannya untuk memberikan kebahagian pada para hama. Hanya karena dia tahu seberapa sayang ayahnya pada ibu tirinya itu.
Tapi saat diberikan kehidupan kedua, semua itu salah. Dia harus bahagia terlebih dahulu. Baru Sabrina memberikan kebahagian untuk orang lain. Karena sejak awal kebahagiannya hanya miliknya bukan orang yang dia bahagianya.
"Berhenti melakukan hal konyol itu, hidup hanya sekali. Kamu harus bisa menikmati hidupmu sebelum semua kehidupanmu berakhir." ucap Sabrina sebelum keluar dari kamar Max. Dia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Dia takut akan meluapkan amarahnya Max yang sedang sakit.
"Aku tidak tahu cara membahagiakan diriku sendiri Sabrina, mungkin kamu bisa mengajarkannya." ucap Max yang membuat langkah sabrina terhenti. Dia memutar badannya dan menatap tunangan dari pemilik tubuh ini.
BTW nih besok hari libur, para pembaca tercintaku mau aku update berapa bab ini? ayo jawab di kolom komentar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)
Fantasy# 2 Edisi Novel Transmigrasi #Season 2 Warning '16+++ [Follow sebelum membaca ya 🙏] Kayla yang masuk ke dalam tubuh seorang wanita dari anak marquess di kerajaan Octavain. Tentu dia senang saat tahu akan hidup bahagia. Karena kedua ora...