Bab 11 : Negosiasi

41.9K 5K 32
                                    

Max berjalan mendekati Sabrina yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga dia tidak sadar pria itu sedang berajalan mendekatinya. Sekarang mereka berjarak sangat dekat. Senyuman tipis muncul di wajah Max yang melihat wanita di depannya sedang tidak fokus. Entah apa yang dipikirkan wanita itu hingga dia tidak sadar keberadaanya. 

"Apa yang ingin tunangaku ini bicarakan?" tanya Max yang menyadarkan lamunan Sabrina. Dia terkejut melihat pria itu berada di depannya. Secara refleks dia mundur beberapa langkah yang membuatnya terjatuh ke sofa. Tanpa sadar tangannya menarik baju Max.

Keduannya saling melebarkan mata saat merasakan kedua bibir mereka bersatu. Sungguh dia tidak menyangka akan seperti jadinya. Apalagi ini menyangku ciuman pertamanya. Dia ingin berteriak sekarang. Berbeda dengan Max yang tersenyum lebar melihat wajah di depannya. 

Sabrina langsung mendorong badan Max. Tidak peduli lagi pria itu adalah pangeran ketiga yang bisa membahayakan hidupnya. sekarang dia tidak bisa membiarkan pria itu  mendekatinya. Ternyata bersama dengan tunangannya memang berbahaya untuk kesehatan jantungnya.

"aku tidak menyangka nona Sabrina sangat mencintaiku." ucap Max sambil mengelap bibirnya dengan jarinya. Entah kenapa sekarang pria itu terlihat tampan. Tapi Sabrina mencoba menghilang pikirannya.

Dia tidak sadar dengan tindakannya memutar wajahnya membuat Max gemas sendiri dengan tunangannya itu. Padahal Sabrina hanya ingin membuang pikiran kotornya. Sayangnya tindakannya membuat pria yang duduk di sampingnya itu menatap tajamnya. 

Max tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wanita di sampingnya. Selama ini dia tidak pernah dekat dengan wanita. Karena menurutnya semua wanita sama saja mereka tidak mungkin menerimanya sepenuhnya. Bagaimanapun Dia adalah pangeran yang mendapatkan kutukan dan sebagai simbol kesialan kerajaan ini. 

"Aku tidak mencintaimu walaupun kamu tampan." ucap Sabrina yang tidak sadar membuat Max semakin gemas saja padanya. Entah sihir apa yang digunakan wanita di depannya untuk mengambil perhatiannya. Sejak pertemuan pertamanya, perlahan Max tidak lagi ingin menjadikan Sabrina musuh yang harus diburunya itu.

"Benarkah, tapi kamu sepertinya sangat menikmati kegiatan kita tadi." ucap Max yang merapakan duduknya pada Sabrina. Saat itu jantung Sabrina seperti ingin meloncat dari tempatnya. Sungguh pesona pria ini sangat besar. Walaupun sebagaian wajahnya masih tertutup dengan topeng. Tapi pesonannya tidak berkurang sama sekali.

"Aku tidak menikmatinya." ucap Sabrina yang langsung berdiri dan berjalan ke sisi lain. Dia tidak yakin bisa bertahan kalau terus berdekatan pria setampan tunangannya itu. Rasanya kehidupan ini dia terlalu banyak diberikan nikmat dunia hingga harus mati lebih awal.

Padahal saat dia menjadi Kayla tidak pernah menemukan pria tampan seperti Pangeran ketiga.Entah pergi kemana para pria tampan di dunia dulu. Apalagi Kayla hanya bisa memandangi para idolannya dari benda canggih yang tak ada di duniannya. Dia jadi rindu pacar-pacar halunya.

"Kenapa kamu berpindah?"tanya Max dengan wajah yang tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin. Pria itu tidak suka Sabrina menjauhinya. Tapi dia tidak bisa memaksa wanita itu untuk duduk di sampingnya. Karena harga dirinya lebih tinggi dari apapun. 

"bukankah seperti ini lebih nyaman untuk berbincang." ucap Sabrina dengan  senyuman canggung di wajah. Dia menyesal membiarkan tangan kanan pria di depannya keluar. Kalau pria yang bernama Clovis itu tidak keluar. Pasti tidak kejadian seperti beberapa saat lalu.

Kalau dia ingat lagi, karakter pangeran ketiga sangat dingin. Walaupun bersama dengan tokoh utama wanita dia tetap dengan sikap dinginnya. Bahkan mereka sangat jarang berinteraksi secara fisik. Tapi melihat beberapa kejadia yang terjadi. Pria itu lebih ganas dari apa yang dibayangkannya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? aku sudah memaafkan kesalahan kamu tentang bungan duka cita itu." ucap Max sambil menunjuk rangkaian bunga yang berada di atas meja kerjanya. Wajahnya Sabrina berubah langsung mengingat kejadian beberapa saat lalu. Bisa tidak pria di depannya tidak mengingat tentang rangkaian bunga itu. Sungguh dia sangat menyesalinya.

"Kalau yang mulia pangeran sudah memaafkan kesalahanku. Bukankah lebih baik anda tidak perlu mengingat tentang rakaian bunga itu." ucap Sabrina lirih dengan wajah pucat pasih. Dia tidak berani melihat pria di depannya. Seluruh keberaniannya seketika lenyap begitu saja saat diingatkan tentang rangkaian bunga itu.

"Aku suka diatur oleh siapapun bahkan raja saja tidak bisa melakukannya. Jadi kamu tidak punya hak untuk mengaturku nona Sabrina. Selain itu bukankah tidak sopan jika berbicara tidak melihat mata lawan bicaramu." sindir pangeran ketiga yang membuat Sabrina menelan ludahnya. Seakan seluruh oksigen ini perlahan kurang. Entah apa yang membuat suasana di ruangan ini terasa sangat mencekam sekali. Bahkan tangan Sabrina sudah berkeringat dingin. 

"Kamu tidak perlu terlalu formal bersama tunanganmu ini atau kamu bisa sebut tunangan palsu." Sindir max untuk kesekian kalinya. Kenapa pria itu suka sekali menyindirnya sekali. Sungguh kalau seperti ini dia tidak yakin bisa melakukan negosiasi dengan tunangannya ini.

"Kamu benar pangeran ..." ucapan Sabrina terpotong dengan perkataaan Pria di depannya.

"Aku sudah katakan jangan terlalu formal, panggil aku Max. Bukankah kamu harus bisa menikmati waktumu bersamaku sebelum kematian menjemputmu." ucap Max yang membuat badan Sabrina bergetar mendengarnya. Sekarang dia dengan berani menatap pria di depannya.

"Ya kamu harusnya seperti itu jika ingin berbicang dengan orang lain. Aku seperti berbicara dengan patung tadi." ucap Max dengan senyuman lebar yang membuat ketampannya bertambah ribuan kali. Rasannya pesona pria ini tidak pernah berkurang. Bahkan selalu bertambah apalagi sekarang dia membuka topengnya. Sungguh nikmat dunia yang  membuat para wanita tergoda untuk memuja pria di depannya ini.

"Pangeran, Max,aku ingin melakukan kerja sama." ucap Sabrina yang membuat Max tidak bisa menahan tawannya. Entah apa yang membuat pria itu tertawa. Rasanya tidak hal lucu dari perkataanya. Tapi pria itu tertawa seakan perkataannya adalah gonyolan.

"Kamu sedang bercanda nona Sabrina." tanya Max yang sudah berhenti tertawa. Sekarang tatapan tajam yang seperti akan mengulitannya saat ini juga. Sungguh tatapan yang menyeramkan. Sabrina menggelengkan kepalannya untuk menjawab ucapan pria itu. Rasanya suarannya sudah menghilang karena rasa takut yang menyelumbunginya.

"Tapi dimataku perkataanmu itu sangat lucu. Kamu mengajakku bekerja sama untuk apa? bukankah kamu sudah menjadi tangan  pria yang kamu cintai itu." ucap Max pada wanita di depannya yang terlihat  menggemaskan seperti kelinci. Bukankah sangat lucu kalau dia memburunya ketika wanita itu melupakan ada mangsan yang mengejarnya.

"Aku tidak mencintai putra mahkota. AKu akan membantumu menjadi raja selanjutnya." ucap Sabrina yang sekarang sudah tidak ada rasa takut. Dia merasa kalau dirinya terus mengulur waktu bukannya nyawanya selamatnya. Dia hanya mempercepat kematiannya. Karena pria di depannya sudah mengetahui rahasiannya.

"Tidak baik berbicara seperti itu ketika raja masih dalam keadaan sehat. Kamu tahu hukuman bagi orang yang berniat melakukan pemberontakan dan perkataanmu seperti mengajakku untuk melakukan hal itu pada ayahku sendiri. Kamu sungguh lucu nona sabrina." ucap Max pada Sabrina. Tiba-tiba badan Sabrina berpindah di hadapan pria itu.

"Kamu sepertinya terlalu memandang rendah aku nona Sabrina." ucap MAx sambil menepuk pipi wanita di depannya. Dia sangat terhibur dengan sikap lucu dan sok polosnya  itu.

Jangan lupa vote dan Comment ya pembaca yang aku cintai. Biar aku selalu semangat nulis cerita Sabrina. Apakah dia bisa menyelamatkan hidupnya dari takdir yang melilitnya ?

The Fiance' of Villain Cursed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang